Bab 3 - Finding Light in the Darkness

215 12 4
                                    

Sheila menjalani kehidupan yang terlindung di bawah sayap perhatian pamannya setelah kehilangan ibunya dalam peristiwa tragis yang mengguncangnya hingga ke dasar jiwa. Kecelakaan yang mengakibatkan kematian ibunya telah meninggalkan luka yang tak terobati dalam dirinya. Setiap malam, dia terbangun oleh mimpi buruk yang menghantui, mengingatkannya akan kehancuran dan ketakutan yang tak terlupakan. Namun, pamannya adalah sumber kekuatan dan dukungan baginya, membantu mengarahkannya melalui masa-masa sulit tersebut.

Paman Sheila, seorang pria bijaksana dengan hati yang hangat, menyadari betapa pentingnya memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi keponakannya yang tersayang. Dia berusaha keras untuk menenangkan pikiran Sheila dan membantunya pulih dari trauma yang dialaminya. Dengan penuh kasih sayang, paman tersebut membimbingnya melalui setiap langkah kecil dalam proses penyembuhan, memastikan bahwa dia tidak merasa sendirian dalam perjalanan tersebut.

Bersama pamannya, Sheila menemukan keamanan dan kehangatan yang dia butuhkan. Mereka menjalani hari-hari mereka dengan mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna, seperti berjalan-jalan di taman, membaca buku bersama, atau hanya duduk di teras rumah sambil menikmati cahaya matahari sore. Meskipun luka-luka masa lalu masih menghantuinya, kehadiran paman Sheila membantu meredakan kecemasannya dan membantu memulihkan kepercayaan dirinya yang hilang.

Saat ulang tahunnya yang ke-22 tiba, Sheila merayakan kesuksesan akademisnya bersama pamannya di sebuah restoran mewah di kota. Meja mereka dihiasi dengan bunga-bunga segar dan lilin-lilin yang menyala, menciptakan suasana yang hangat dan meriah. Sheila tersenyum bahagia, merasa bersyukur atas semua yang telah dia capai dan semua yang telah dia lewati bersama pamannya.

Paman Sheila mengangkat gelasnya dalam toast untuk merayakan prestasi Sheila dan memperkuat ikatan yang kuat di antara mereka. Dia menunjukkan kebanggaannya pada keponakannya yang tangguh dan berbakat, dan berjanji untuk terus mendukungnya dalam setiap langkah yang dia ambil dalam hidupnya.

"Paman bangga padamu, Sheila," kata pamannya dengan suara yang hangat. "Kau telah melewati begitu banyak rintangan dan ujian, dan kau tetap tegar dan tangguh. Untuk masa depan yang cerah dan semua mimpi yang akan kau raih, Paman angkat gelas untukmu. Selamat ulang tahun, dan selamat atas kelulusanmu!"

Sheila tersenyum terharu, mata cemerlang oleh kebahagiaan dan rasa syukur. Dia merasa sangat beruntung memiliki pamannya yang selalu ada untuknya, yang memberinya dukungan dan cinta tanpa syarat setiap hari. Bersama-sama, mereka menikmati makan malam yang lezat, berbagi tawa dan cerita, menciptakan kenangan yang akan mereka kenang selamanya.

Saat makan malam mereka memasuki tahap akhir, paman Sheila tiba-tiba mengambil kesempatan untuk berbicara tentang masa depannya.

"Sheila," katanya dengan serius, "Paman tahu bahwa setelah kelulusanmu, kamu akan memasuki dunia yang lebih luas dan menantang. Dan sebagai Pamanmu, Paman hanya ingin yang terbaik bagimu. Itulah sebabnya Paman ingin berbicara tentang satu hal."

Sheila menatap paman dengan penuh perhatian, siap mendengarkan apa pun yang ingin dikatakannya.

"Paman telah mendengar tentang perusahaan satuan pengamanan digital yang sangat canggih milik seorang teman," lanjut paman Sheila. "Mereka menawarkan layanan yang luar biasa dan dapat membantu banyak orang dalam melindungi data mereka dari ancaman cyber. Paman pikir ini bisa menjadi peluang bagimu setelah kamu lulus. Bisnis ini berkembang pesat dan menawarkan peluang karir yang menarik. Apa pendapatmu?"

Sheila memikirkan kata-kata pamannya dengan serius. Meskipun dia tidak memiliki pengalaman di bidang keamanan digital, dia merasa tertarik dengan kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam industri yang terus berkembang pesat. Selain itu, ide untuk melindungi orang-orang dari ancaman cyber juga sangat menarik baginya.

"Baik Paman, kelihatannya menarik," jawab Sheila dengan penuh antusiasme. "Aku akan mempertimbangkannya dengan serius setelah aku lulus. Terima kasih telah memberi tahuku tentang ini."

Paman Sheila tersenyum puas. "Tidak masalah, Sheila. Paman hanya ingin memberikanmu semua peluang yang ada. Paman yakin kamu akan membuat keputusan yang tepat untuk dirimu sendiri. Sekarang, mari kita selesaikan makan malam ini dengan gaya!"

Mereka melanjutkan makan malam mereka dengan penuh semangat, menikmati makanan lezat dan atmosfer yang menyenangkan. Ternyata Paman Sheila telah mempersiapkan untuk momen perkenalan. Ketika paman Sheila memperkenalkan Agung kepada Sheila di restoran, suasana hangat dan ramah langsung tercipta di antara mereka. Sheila melihat Agung dengan rasa ingin tahu yang tulus, sementara Agung tersenyum lembut dalam menyambutnya.

"Sheila, ini adalah Agung, rekan kerja Paman yang hebat," kata paman Sheila dengan bangga, sambil memperkenalkan Agung kepada Sheila.

Agung menyambut Sheila dengan hangat. "Senang bertemu denganmu, Sheila. Pamanmu telah banyak menceritakan tentangmu."

Sheila tersenyum, merasa nyaman dengan kehadiran Agung. "Senang juga bertemu denganmu, Kak Agung. Terima kasih telah datang untuk merayakan ulang tahunku."

Mereka berjabat tangan, suasana cair dan penuh kehangatan. Agung segera terkesan oleh keramahan dan kecerdasan Sheila, sementara Sheila merasa nyaman di sekitar Agung.

Paman Sheila tersenyum melihat interaksi mereka. "Ayo, mari kita duduk dan mulai merayakan ulang tahun Sheila!"

Dalam momen tersebut, Agung merasa senang telah memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Sheila, sementara Sheila merasa beruntung memiliki Agung dan pamannya sebagai bagian dari perayaan ulang tahunnya. Hubungan yang terjalin di antara mereka terasa alami dan penuh kehangatan, menjanjikan awal yang baik untuk persahabatan yang akan tumbuh di masa mendatang.

Setelah momen yang menyenangkan merayakan ulang tahun Sheila bersama pamannya, saatnya bagi mereka untuk berpamitan dan pulang. Mereka saling bertukar senyuman dan pelukan hangat di depan restoran, penuh dengan rasa terima kasih atas waktu yang mereka habiskan bersama.

"Sheila, terima kasih atas malam yang indah ini," ucap Agung dengan tulus. "Aku turut bahagia bisa merayakan ulang tahunmu."

Sheila tersenyum lebar, matanya bersinar bahagia. "Terima kasih banyak, Kak Agung. Aku juga sangat bersyukur bisa merayakan ulang tahunku denganmu.."

Dengan salam terakhir, mereka saling berpamitan dan berpisah untuk pergi ke mobil masing-masing. Agung melangkah dengan langkah mantap menuju mobilnya, hatinya dipenuhi oleh kehangatan dan kebahagiaan dari malam itu.

Namun, saat dia sudah beberapa lama meninggalkan restoran, Agung merasa sesuatu yang tidak beres. Dia meraba saku celananya dan menyadari bahwa kunci rumahnya tidak ada di sana. Hatinya berdegup kencang saat dia menyadari bahwa dia lupa mengambil kunci rumahnya saat pertama kali meninggalkan restoran.

"Duh, aku lupa kunci rumahku," gumam Agung pada dirinya sendiri dengan sedikit frustrasi. "Aku harus kembali ke restoran untuk mengambilnya."

Agung merenung sejenak tentang kecerobohannya, menyadari bahwa bahkan orang yang paling terorganisir pun bisa melupakan hal-hal kecil. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih teliti dan memperhatikan detail-detail kecil yang sering terlewatkan dalam kesibukannya.

Luc(k)ursed Sheila [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang