Bab 15 - Depression Returns

215 12 4
                                    

Agung duduk di meja kerjanya dengan tatapan serius, memeriksa hasil penyelidikan yang baru saja diterimanya dari timnya di perusahaan. Hasilnya, ternyata Amelia adalah istri sah dari Pak Baskoro, anggota dewan direksi perusahaan tempat mereka bekerja. Kabar ini mengguncang Agung secara mendalam. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dan kebingungannya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" gumamnya dalam hati.

Dalam kebingungannya, Agung merasa perlu berbagi kabar ini dengan Sheila. Meskipun dia tidak yakin bagaimana Sheila akan menanggapinya, dia percaya bahwa mereka harus menghadapi kenyataan ini bersama-sama.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Agung segera menuju apartemen Sheila. Dia ingin memberitahunya tentang perkembangan terbaru dari penyelidikannya.

Ketika dia tiba di apartemen Sheila, dia mendapati suasana yang tidak seperti biasanya. Lampu di apartemen Sheila mati dan tidak ada cahaya yang menyala dari dalam. Agung merasa ada yang tidak beres dan segera mengetuk pintu.

"Sheila, apa yang terjadi?" panggilnya dengan suara cemas.

Namun, tidak ada jawaban. Agung mencoba memanggil Sheila berkali-kali, tetapi tidak ada suara yang menjawab. Dia semakin khawatir dan memutuskan untuk menggunakan kunci cadangan yang diberikan oleh Sheila untuk membuka pintu.

Ketika dia masuk ke dalam apartemen, Agung melihat Sheila duduk di sofa dengan wajah pucat dan matanya yang tampak ketakutan. Sheila terlihat gemetar, seolah-olah dia telah mengalami sesuatu yang sangat mengerikan.

"Sheila, apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Agung dengan nada khawatir.

Sheila menoleh ke arah Agung dengan tatapan kosong. "Aku ... aku tidak tahu, Kak Agung. Aku takut. Aku merasa seperti aku adalah penyebab dari semua ini," ucapnya dengan suara gemetar.

Agung merasa hatinya berdenyut kencang mendengar kata-kata Sheila. Dia bisa melihat betapa tegangnya Sheila dalam situasi ini. Dia segera duduk di sebelah Sheila, mencoba menenangkannya dengan kehadirannya.

"Sheila, dengarkan aku. Ini bukan salahmu," ucap Agung dengan suara lembut. "Kamu tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri untuk semua ini. Kita harus mencari tahu kebenaran dan mengatasi masalah ini bersama-sama."

Namun, Sheila terlihat masih terpaku dalam ketakutannya. "Aku ... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Kak Agung. Aku tidak bisa menghadapinya," ucapnya dengan suara yang hampir tercekat oleh tangisnya.

Agung merasa tak tahan melihat Sheila dalam keadaan seperti itu. Dia menggenggam tangan Sheila dengan erat, mencoba memberinya kekuatan dan dukungan yang dia butuhkan. "Kita akan melewati ini bersama-sama, Sheila. Aku akan selalu ada di sini untukmu."

Sheila menatap Agung dengan tatapan yang penuh dengan rasa syukur. "Terima kasih, Kak Agung. Terima kasih telah percaya padaku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan emosi.

Agung tersenyum lembut. "Kita akan menemukan jalan keluar dari situasi ini, Sheila. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian."

Mereka duduk bersama dalam keheningan, merasa terhubung satu sama lain melalui kekuatan dan dukungan mereka. Meskipun tantangan besar menanti mereka di depan, mereka tahu bahwa mereka bisa mengatasinya asalkan mereka bersama-sama.

Setelah beberapa saat, Agung memutuskan untuk memberitahu Sheila tentang hasil penyelidikannya. Dia merasa bahwa Sheila harus mengetahui kebenaran, meskipun itu mungkin membuatnya semakin terpukul.

"Sheila, aku mendapatkan informasi tentang Amelia," ucap Agung dengan hati-hati.

Sheila menatap Agung dengan ekspresi yang penuh dengan ketegangan. "Apa itu?" tanyanya dengan suara gemetar.

Agung menelan ludah, mempersiapkan dirinya untuk memberitahu Sheila tentang fakta yang baru saja dia temukan. "Amelia adalah istri sah dari Pak Baskoro, anggota dewan direksi perusahaan tempat kita bekerja," ucapnya dengan suara yang hampir tercekat oleh emosinya.

Sheila terdiam, matanya memancarkan kebingungan dan ketakutan yang mendalam. Dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dia dengar. Semua dunianya tiba-tiba terasa runtuh di hadapannya.

"Aku ... aku tidak tahu harus berbuat apa," ucapnya dengan suara yang terdengar lemah.

Agung merasa khawatir melihat Sheila dalam keadaan yang hancur seperti itu. Dia meraih tangan Sheila dengan lembut, mencoba memberinya kekuatan dan dukungan yang dia butuhkan.

"Sheila, dengarkan aku. Ini bukan salahmu," ucapnya dengan suara yang mantap. "Kamu tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri untuk semua ini. Kita harus mencari tahu kebenaran dan mengatasi masalah ini bersama-sama."

Sheila menatap Agung dengan tatapan yang penuh dengan ketidakpercayaan. Dia mer

asa seperti hidupnya telah berubah dalam sekejap, dan dia tidak tahu bagaimana cara menghadapinya.

"Bagaimana kita bisa mengatasi ini, Kak Agung? Bagaimana kita bisa menyelesaikan semua ini?" tanyanya dengan suara yang hampir tercekat oleh tangisnya.

Agung merasa hatinya berdenyut kencang mendengar pertanyaan Sheila. Namun, dia tahu bahwa mereka harus tetap tenang dan fokus untuk menemukan solusi dari masalah ini.

"Kita akan menemukan jalan keluar, Sheila. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian," ucapnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.

Mereka duduk bersama dalam keheningan, mencoba menenangkan diri mereka sendiri di tengah-tengah kekacauan yang melanda. Meskipun masa depan mereka penuh dengan ketidakpastian, mereka tahu bahwa mereka akan bisa menghadapinya asalkan mereka bersama-sama.

Luc(k)ursed Sheila [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang