ARSELLA || 18

43 16 2
                                    

Hari ini setelah pulang sekolah Acel berencana ingin menjenguk adik Sam yang berada di rumah sakit. Tadi malam dia sudah menghubungi Sam dan menanyakan keadaan adiknya yang masih dirawat dirumah sakit untuk proses pemulihan.

Sepulang sekolah Acel pulang kerumah dan berganti pakaian serta berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi kerumah sakit. Acel pergi ke rumah sakit menggunkan ojek online. Dia meraih benda pipih di dalam tasnya dan menekan nama Sam di sana.

"Halo kak Sam, aku udah sampai di rumah sakit!! Ruangannya dimana ya kak," Ucap Acel setelah telepon tersambung.

"Tunggu aja di loby, gua jemput!!" jawab Sam dari seberang sana lalu telepon dimatikan secara sepihak.

"Ih cuek banget kak Sam, beda banget kalo pas dirumah aku." gerutu Acel mendengar jawaban dari Sam

"Lo ngomongin gua?"

Acel kaget mendengar suara dari lelaki yang sangat di kenalnya itu. Tiba - tiba saja samudera sudah berada dibelakang tanpa diketahuinya.

Sejak kapan kak Sam disana? Cepet banget

"E- e itu anu kak" gagap Acel melihat wajah samudera yang datar.

"ikut gua" Ucap Sam dan melenggang pergi begiru saja

Akhirnya Acel mengikuti Sam dan berjalan di samping lelaki itu menyeimbangu langkah Samudera menuju ruang rawat adiknya.

Begitu masuk ruangan, Acel melihat gadis kecil yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan kaki di perban dan juga disampingnya ada lelaki tampan yang di ketahui adalah ketua osis di sekolahnya.

"Hai kak" Sapa Acel kepada Alam yang duduk disamping ranjang Vania.

"Hallo, Lo temannya Samudera ya? Kenalin gua Alam abangnya Sam" Alam memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya kepada Acel yang disambut hangat oleh Acel.

"Hallo cantik, nama kamu siapa?" Tanya Acel lembut kepada gadis kecil itu namun tidak ada jawaban.

"Maaf ya Cel, Vania lagi ga mau ngomong semenjak tadi pagi" Jelas Alam agar Acel tidak tersinggung.

"Eh iya ga papa kak, mungkin masih ngerasa sakit. Cepat sembuh ya cantik."

"Vania ga mau sembuh!!...Hiks... Kalo Vania sembuh pasti Vania disuruh..hiks.. Mama latihan terus, Vania capek.. Aaaa Vania gasuka ballet Kak" Gadis kecil yang baru berusia 11 tahun itu menangis dan terisak.

Acel terkejut mendengaar ucapan Vania, apa Vania dipaksa melakukan hal yang tidak disukainya? Apa dia trauma?. Vania menangis sejadi - jadinya sedangkan Alam mulai menenangkan adiknya.

"Kak Sam, aku salah ngomong ya?" bisik Acel kepada lelaki di sampingnya yang sedari tadi mengeraskan rahang menatap adiknya.

"Engga lo ga salah, emang adek gua lagi merasa tertekan, dia ga suka ballet tapi dipaksa sama nyokap gua" jelas Sam tanpa mengalihkan pandangannya dari Vania.

"Tenang Nia, masih ada abang ada bang Alam, Abang ga akan biarin Nia tertekan lagi, Nia bisa lakuin apapun yang Nia suka, abang pastiin setelah ini Nia bisa lakuin semua keinginan Nia" Sam menatap lekat adiknya meyakinkan bahwa dia bisa melakukan apapun yang dia mau.

"Hiks.. Vania gagal bang!! Vania bikin mama kecewa hiks... Mama marah sama Vania Ma-mama udah gak sa-sayang Nia." tangisnya semakin pecah mengingat mamanya tidak.

Acel tak tahan dia mendekat ke arah Vania dan memeluk gadis itu sebentar lalu menatap gadis itu dengan senyum hangatnya.

"Sayang, mungkin kakak baru kenal kamu, kakak ga tau apa- apa tentang masalah kamu. Tapi kakak yakin kamu bisa bangkit dan bahagia lagi" Vania menatap Acel yang sedang memegang bahunya.

ARSELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang