17

190 16 0
                                    

"Jadi, kamu mau bicara soal apa?" Tanya Gus Alwi kepada Nana.

Nana memainkan jemarinya, gugup. Itulah yang Nana rasakan saat ini. "Tadi kan aku tidur di mobil, kok sekarang bisa ada di Ndalem?" Tanya Nana pada akhirnya.

Gus Alwi terkekeh, "suamimu yang pindahin." ujarnya enteng.

"Tapi.. Ga ada yang liat kan?" Tanya Nana.

"Saya gak tau, sepertinya tidak ada?" ujar Gus Alwi menatap mata si pemilik hatinya.

"Kalo ada yang liat gimana?" Tanya Nana gelisah.

"Kamu malu punya suami seperti saya?" Tanya Gus Alwi tak mengalihkan pandangannya dari mata teduh sang istri.

"Nggak gitu.. Aku cuman takut.." ujar Nana menundukkan kepalanya.

"Humairah.. Tatap mata saya." perintah Gus Alwi. Dengan ragu Nana pun mulai menatap manik mata suaminya.

Tangan Gus Alwi terulur untuk memegang pundak perempuan kesayangannya. "Gus Alwi itu banyak fansnya, kabar Gus Alwi nikah aja sampe booming di kalangan santriwati..

Dan kalo mereka tau idola mereka nikah sama siapa, kemungkinan terbesarnya aku bakal diserang, karena apa? Aku yang jauh dari kata sempurna, salah satu santriwati yang bandel, tidak paham agama ini menikah dengan Gus Alwi yang paham agama dan mendekati kata sempurna." ujar Nana mengeluarkan semua yang sudah Nana tahan sendiri, sudah cukup. Nana tak sanggup.

Tanpa di sadari, air matanya lolos keluar begitu saja. Gus Alwi yang melihat itu pun mengusap lembut air matanya dengan kedua ibu jarinya.

"Humairah.. Saya tidak sempurna dan banyak kurangnya. Saya menikahi mu itu untuk menyempurnakan separuh bagian jiwa saya yang hilang. Kita menikah untuk menyempurnakan agama. Saya juga masih perlu belajar, dan.. saya siap untuk menuntun kamu ke arah yang lebih baik lagi. Kita bersama sama meraih ridho-Nya ya?

Saya harap kamu tidak memperdulikan apa kata orang lain, yang terpenting saya ada untuk kamu, dan kamu ada untuk saya." ujar Gus Alwi mengusap lembut kepala istri tercinta.

"Gusss" ujar Nana memeluk erat tubuh suaminya, menyembunyikan kepala nya di dada bidang sang suami.

"Jangan menangis lagi, Humairah. Saya tidak suka." tak kalah erat memeluk sang istri.

"Maaf, aku belum bisa publik hubungan kita." ujar Nana mendongakkan kepalanya melihat Gus Alwi, tanpa melepaskan pelukannya.

"Tidak apa-apa, sayang. Saya akan menunggu sampai kamu siap." ujar Gus Alwi tersenyum menenangkan.

"Terimakasih."

Gus Alwi tersenyum lembut kepada istrinya. "Sekarang tidur ya, besok kan kamu harus sekolah."

"Aku pulang ke asrama ya?"

"Ini sudah jam 11, waktunya mereka patroli. kalo kamu ke asrama sekarang, yang ada kamu kena takzir." jelas Gus Alwi.

"Huft, aku banyak tidur di sini, Gus."

"Gapapa, kamar ini kamar kamu juga, kamar kita berdua." ujar Gus Alwi.

"Bobo sekarang ya, sayang." lanjutnya.

"Gusss!" ujar Nana menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.

Nana pun melepaskan pelukan mereka berdua. Lalu membaringkan tubuhnya. Di susul dengan Gus Alwi yang juga membaringkan tubuhnya.

Niat Nana yang ingin menutup matanya nya harus Nana urungkan karena mendengar suara petir yang dahsyat di sambung dengan suara derasnya hujan.

HEY GUS, LOVE YOU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang