7. Ribut

767 35 5
                                    

Laura pun pergi meninggalkan dua orang pria itu. Mereka berdua berhenti sejenak dari pekerjaan. Dewa mengambil kursi dan duduk di depan Rafael. Mereka pun menikmati kopi yang di bawa Dewa.

"Laura sudah besar, apa kau tak ingin mencarikan dia kakak ipar Dew?"

"Belum saatnya saya rasa."

"Ayolah Dewa, hanya kita berdua, hentikan bahasa formal mu," ucapnya kesal. Dewa selalu saja lupa, ia harus selalu mengingatkan Dewa untuk tidak bicara formal saat mereka hanya berdua.

"Maaf Raf," balasnya. Tak ingin terlalu canggung, ia pun memulai topik lain, "Mengenai tuan Zenya, aku punya solusinya."

"Apa?"

Dewa membisikkan sesuatu kepada Rafael. Rafael yang mendengarnya kaget.

"Jangan begitu Dewa, masih ada cara lain untuk mengatasi anak itu."

"Tapi hanya ini cara yang paling ampuh Raf."

"Sudahlah, kita harus menenangkan pikiran. Besok saja pikirkan lagi, istirahat lah dulu sebelum kembali bekerja."

Dewa pun mematuhinya. Mungkin benar, akhir-akhir ini rasanya harinya semakin berat. Ia butuh istirahat sejenak.

.

.

.

Suasana jalanan masih ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Padahal ini sudah jam 10 malam. Malam ini, mau tak mau Samuel harus melakukan pertemuan dengan anggotanya. Ada hal genting yang harus mereka bahas di pertemuan kali ini.

Begitu ia sampai di markas, banyak anak-anak yang sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri. Ada beberapa yang berkerumun tapi ada juga beberapa yang memisahkan diri. Banyak bungkus makanan dan rokok berserakan di lantai. Maklum, ini sudah malam, biasanya anak-anak itu akan membersihkannya saat kesenangan berakhir.

Wajah Samuel sejak masuk ke markas terlihat sangat tidak ramah. Mukanya kayak mau ngajak gelut. Tujuan Samuel ke sini hanya satu, yaitu menemui Varo. Dan tak sulit menemukan Varo di antara kerumunan manusia ini.

"Varo!" Panggil Samuel. Sedangkan orang yang dipanggil hanya menjawab seadanya bahkan tak melihat ke arahnya. Varo sedang asyik memainkan game ML.

"Paan?"

"Lu bisa-bisanya ya, kenapa database kita hilang?" Tanya Samuel lagi.

"Hah, mana ada hilang," jawabnya acuh.

Kesal dengan lawan bicaranya, Samuel pun menarik paksa hp Varo.

"Sam ah, itu lagi main, siniin!"

"Cek dulu database kita, kalo bener ilang lu gue hukum."

"Ih, ga ilang Sam, beneran."

"Ya udah, cek sana!"

Dengan wajah tertekuk, Varo menyalakan laptopnya. Begitu ia mencari database mereka, sayangnya itu benar-benar hilang. Ia pun panik bukan main. Bagaimana bisa? Ia tak membukanya selama beberapa hari ditambah ia yakin sekali sudah mengamankan data-data itu.

Karena terbukti lalai dalam pekerjaannya, Varo mendapat hukuman dimana gajinya akan dipotong setengahnya selama 3 kali misi dan ia tak akan mendapat bonus untuk pekerjaan tambahan ditambah Omelan Samuel selama 3 jam.

Dan yah, di sinilah seorang Alvaro Zakyandra, duduk bersimpuh di bawah Samuel yang mengomelinya selama 2 jam. Merasa telinganya sudah benar-benar panas mendengar suara Samuel, ia pun beranjak dari tempatnya.

"Heh, mau kemana lu? Gue belum selesai!"

"Terserah, bukan salah gue! Mana gue tau itu ada virusnya, kan gue cuman jalanin tugas gue!"

Samuel Atlanta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang