9. Cara sang dominan

1K 44 8
                                    

Plak.

"Bangsat lu Hyung!" Bekas lima jari itu tercetak jelas pada pipi Jean.

"Sorry Kyy," ucap Jean memegang pipinya.

Suasana di kamar apartemen ini tidak baik, pria di atas kasur dengan wajah marahnya dan air mata yang mengalir menatap sengit pada pria yang lebih tua, sedangkan yang ditatap menatap balik dengan wajah menyesalnya.

"Gue mau balik!" bentak Varo.

"Iya, iya, gue anterin, tapi maafin gue dulu ya."

Mencoba peruntungannya sekali lagi dengan memohon pada anak itu. Digenggamnya tangan yang lebih kecil dan mengeluarkan kata-kata penyesalannya.

Sayang sekali, Varo sedang mode ngambek. Disentaknya tangan Jean dan mundur menjauhi predator mesum bernama Jean.

"Dih, mikir bego! Pantat gue masih sakit ya bangsat! Lu tau gara-gara siapa?"

"G-gue." Pria itu mengalihkan pandangannya, enggan menatap pria yang sudah menemani malamnya.

Tak ada sahutan atau pukulan dari Varo. Jean pun kembali menatap anak itu. Anak itu diam dengan selimut menutupi tubuhnya. Namun, ia tau anak itu pasti menangis lagi.

Gue salah, tapi gue ga nyesel.

Jean berbalik dan pergi dari kamarnya. Ia harus menembus perbuatannya. Ia harus menenangkan landak imut nan lucu yang ia pungut tadi malam. Sayang kan kalau ia melepas pria manis itu. Entahlah, ia sedikit suka dengan tingkah pria itu.

.

.

.

Di tempat yang lain dengan waktu yang sama.

Bugh.

"Sialan lu!" Pukulan telak didapat Rafael dari pria yang resmi menjadi pacarnya setelah melewati malam panas. 

"Akkh." Pukulan keras itu mampu menjatuhkan Rafael dari atas kasur. Pantat mulusnya harus menyentuh lantai yang keras.

Kerutan tercetak jelas di dahi Samuel saat ia tak sengaja bergerak 'sedikit' brutal. Rafael segera bangkit dan menghampiri sang kekasih yang mendesis di atas kasur.

"Pelan-pelan," ucap Rafael sambil memperbaiki posisi Samuel.

"Bacot!" Tangan Samuel berusaha menyingkirkan tangan Rafael.

Rafael hanya geleng-geleng mendengar penolakan dari pria di depannya.

"Mandi dulu baru makan," ucap Rafael setelah menarik selimut yang menutupi sang kekasih.  

"Ga ah, mager, lu aja sana."

"Ga boleh mager, oh atau lu lebih suka benih gue di dalam sana?" goda Rafael.

Rona merah mulai terlihat dari pipi Samuel. Dengan spontan ia kembali memukul Rafael, tapi kali ini berhasil ditangkap oleh Rafael. Tangannya tertahan dan Rafael mendekat dengan cepat padanya. Hidung mereka menempel satu sama lain.

Kepala Rafael miring dan segera meraup bibir yang menjadi candu nya. Hanya sedikit lumatan tanpa nafsu.

"Mandi sendiri atau gue mandiin? Atau...mandi bareng?" Tawar Rafael.

"Cabul lu!"

"Itu nama tengah gue." Rafael memberikan senyum manisnya sebelum turun dari kasur.

"Cepetan, mau yang mana?"

"Mandi sendiri lah, gue bukan bayik," ucap Samuel.

"Oh bukan bayik, ya udah pergi sendiri ke kamar mandi."

Samuel Atlanta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang