10. Baikan

737 39 5
                                    

Akhirnya kedua pemuda itu berbaikan dengan saling berpelukan. Perkataan Samuel tentang database mereka baik-baik saja itu benar adanya. Tadi pagi ia mengecek lagi dan benar, ia yang salah.

Sebenarnya, setelah pertengkaran dengan Varo, Jean merasa tidak enak dengan anak itu. Makanya ia membuka kunci database itu, bagaimana ya, database itu  ada, hanya tersembunyi saja. Dengan mengembalikan database mereka yang 'baik-baik saja', ia harap Varo mau menerimanya perlahan. Yah, walaupun Varo tidak tahu siapa yang melakukannya.
Kedua pria yang dicap lebih dewasa ini saling menatap sub nya masing-masing.

"Pahatan gue bagus kan?" Tatapan remeh ia layangkan pada Jean.

"Ck, cakepan punya gue lah," balasnya tak mau kalah.

Tatapan keduanya mengintimidasi satu sama lain. Tau lah apa yang mereka ributkan di sini. Ya benar, bekas percintaan mereka. Memang agak lain para om-om ini. Mari kita tambahkan kata cabul di tengah nama mereka.

"Btw gue gak izin kalo ga masuk," ucap Varo. Posisi mereka masih sama, saling berpelukan seperti Teletubbies.

"Gue juga ngga," balas Samuel.

"Terus gimana?" tanya Varo lagi.

Samuel hanya mengangkat bahu dan berkata, "ya udah sih, absen sekali-kali gapapa elah."

"Nyantai bet lu," cibir Varo. Jarang sekali teman sekaligus bos nya ini menyepelekan masalah absensi. Boro-boro mau libur, nyari izinnya aja harus muter kepala dulu.

"Ya terus gimana? Palingan ntar anak-anak nyariin," ucapnya.

Drrt, drrt.

Segera Samuel ambil handphone di sakunya. Di sana tertera tulisan Papa is calling. Digesernya ikon panggil.

"Halo Pa?" Sapa Samuel.

"Kemana?" Tanya papa nya penuh penekanan. Bisa ia dengar juga nada sesenggukan dari papanya.

Samuel diam cukup lama. Hingga Rafael merebut handphone nya. Rafael membawa handphone itu menjauh dari yang lain. Entah apa yang dibicarakan tapi terdengar serius melihat ekspresi Rafael berubah-ubah saat menjawab pertanyaan Papanya. Ya sudahlah, Samuel mana peduli, biarkan saja Rafael yang mendengarkan omelan Papanya, ia harus tanggung jawab bukan? Karena sudah membuat anak dari Leo dan Bastian ini hilang semalam.

Samuel yang bosan pun memainkan rambut Varo. Sedikit diacak dan diunyel-unyel tidak akan membuat anak itu marah kan?

Varo mendongak menatap Samuel.
"Sam," panggil Varo.

"Hmm," sahut Samuel tanpa menghentikan aktivitasnya.

"Sini deketan." Samuel menurut saja. Didekatkan telinganya dengan Varo.

"Lu...pas pertama kali...sakit banget ya?" Tanya Varo.

"Serius lu nanya yang itu?" Samuel mendelik.

"Iya anjir, serius banget gue," ucapnya dengan tampang seriusnya.

"Sakit sih, tapi ya gitu," jawab Samuel santai.

Varo diam setelah Samuel menjawab pertanyaan randomnya. Tak lama ia kembali bersuara," tapi gue ga expect kalo lu yg b."

"Bangsat lu!" Pukulan pelan Samuel layangkan pada Varo.

"Hehe." Cengiran tercetak jelas di wajahnya.

Setelah berbicara panjang lebar dengan Bastian, akhirnya Rafael menyudahi telepon itu. Semua aman terkendali. Intinya, Bastian meminta Rafael mengantarkan Samuel dan Varo ke mansion nya sebagai bentuk tanggung jawabnya. Samuel dan Varo hanya angguk-angguk saja. Toh, tidak ada ruginya ikut dengan Rafael, kalau pun dia berbohong, paling Bastian tiba-tiba datang dan menodongkan pistol ke wajah tampannya itu. Tanpa berlama-lama, Rafael pun segera membawa dua orang
Sub itu.

Samuel Atlanta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang