Chapter 27 (END)

423 37 12
                                    

Jonathan masih belum sadarkan diri. Sam mulai merasa gelisah karena ia tak mengetahui apapun soal Chris. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Berulang kali ia berjalan mondar-mandir di ruangannya.

"Sepertinya Tuan Jonathan tidak akan bangun dalam waktu dekat. Ia kehilangan terlalu banyak darah," ucapan salah satu penyembuh itu terngiang di kepalanya.

Kini ia tak miliki siapapun untuk diajak berdiskusi. Apapun yang akan terjadi kedepannya adalah sepenuhnya pilihannya. Apakah ia harus menyelamatkan diri seperti apa yang dikatakan oleh Jonathan? Tapi jika dia menyelamatkan dirinya sendiri, lalu apa yang akan ia lakukan? Ia sudah tidak memiliki alasan lain lagi untuk hidup.

Bagaimana dengan Chris, apa yang terjadi? Apakah sang duke masih hidup? Atau ia sudah mati? Tapi ia belum menepati janjinya kepada Sam, seharusnya dia tidak boleh mati.

Dengan isi kepala yang kacau akhirnya Sam memilih sebuah keputusan. Ia akan kembali mendapatkan Chris bagaimanapun caranya.

"Apakah anda yakin anda akan pergi sendiri?"

Sang kepala pelayan bertanya kepada Sam sembari memberikan beberapa peralatan yang diminta. Sam merapihkan pakaiannya dan membereskan peralatan yang akan ia bawa.

"Kalian harus melindungi Hailstorm dan Jonathan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi jika raja mengirimkan pasukan untuk menyerang Hailstorm saat duke berada di istana, kalian akan berada dalam bahaya."

Terakhir, ia membawa pedang yang diberikan oleh Chris. Ia mengusap pedang itu perlahan. Hari di mana Chris memberikan pedang itu masih teringat jelas di benaknya.

"Aku akan membawa kembali duke apapun resikonya."

Sang kepala pelayan tersenyum mendengarnya. Namun, senyum itu luntur saat sesuatu yang aneh terjadi pada tubuh Sam.

"Tuan! Rambut anda!"

Rambut yang tadinya segelap malam tiba-tiba luntur dan menunjukkan warna aslinya. Rambut keemasan yang merupakan tanda keluarga kerajaan. Irisnya kembali berubah menjadi semerah darah seolah menjadi pertanda bahwa saat ini adalah saat yang tepat bagi Sam untuk kembali menjadi Pangeran Aesther. Melihat itu, semua orang di ruangan itu langsung berlutut dan membawa kepala mereka serendah mungkin.

"Ka-kami mengucapkan salam pada anggota keluarga kerajaan, semoga berkat Luciel menyelamatkan kita semua."

Sam tersenyum kecut mendengarnya. Di dalam tubuhnya tak sepenuhnya berisi berkat dari Luciel. Ia pun merasa tak enak karena diperlakukan hingga seperti ini.

"Bangunlah, kalian sudah seperti keluargaku di tempat ini."

Meski telah berkata demikian tak satupun dari mereka berani mengangkat kepala barang sedikitpun. Sam menghela nafas, ia sudah tidak bisa melakukan apapun. Ia lalu menutup rambutnya dengan tudung jubahnya.

"Aku akan pergi. Terimakasih karena kalian telah merawatku dengan baik hingga detik ini. Semoga kita dapat berjumpa lagi lain waktu. Aku akan membalas budi kalian jika waktu itu benar-benar tiba."

Setelah itu, Sam segera keluar dari ruangan itu, meninggalkan para pelayan yang masih terpaku dalam diam di dalam ruangan itu.

Ketika ia berjalan di aula kastil ia tak sengaja berpapasan dengan Sir Steven dan Sir Derrick.

"Tuan, kemana anda akan pergi?" Tanya Derrick pada Sam.

Keduanya terkejut ketika melihat mata semerah darah memandang keduanya dari balik tudung itu. Menyadari identitas asli dari orang dihadapannya, kedua prajurit itu membuat reaksi yang sama dengan para pelayan tadi.

Red Crown (Chanjin)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang