Phell menatap Chris dengan tatapan jengah. Ia menghela nafas kasar sebelum berucap, "Anda tahu duke? Saya mulai bosan melihat anda, meskipun saya menyukai uang anda melebihi apapun."
Kini Phell tengah berada di kastil Hailstorm. Ia baru saja pergi ke ibu kota dan hendak kembali ke Levada. Mengetahui hal tersebut, Duke Hailstorm memintanya untuk mampir terlebih dahulu ke kastilnya. Tentunya untuk mendiskusikan soal 'bisnis'.
"Jadi berita apa yang kau dapat dari ibu kota?"
Phell melirik kantung berisi uang yang ada di depan Chris. Ia mendengus kesal tapi tak bisa menahan senyumnya. Perlahan ia mengambil kantung itu.
"Ada sebuah rumor dari dalam istana. Konon katanya selama ini raja telah membuat sebuah pasukan rahasia yang disamarkan sebagai pasukan penjaga raja. Anggota pasukan itu direkrut dengan memilih pahlawan terkuat dari berbagai wilayah. Saat ini sudah ada lima anggota yang bergabung, salah satunya adalah William. Anda pasti tidak asing dengan nama itu bukan?"
Chris menyandarkan tubuhnya ke belakang. Tentu saja ia tau siapa itu William. Ia adalah pengguna aura sama seperti dirinya. Namun karena statusnya sebagai rakyat biasa kemampuannya tidak pernah diakui. Hingga akhirnya ia berhasil membantai monster di Selatan sendirian beberapa waktu lalu. Para bangsawan akhirnya mulai melirik bakatnya dan ingin merekrutnya menjadi pengawal. Namun siapa sangka raja juga ikut dalam perebutan Willian dan mendapatkannya?
"Apa sebenarnya yang ingin di rencanakan raja?"
Rasanya semua terlalu abu-abu. Chris tak bisa melihat kemana tujuan dari raja saat ini. Terlalu acak seolah semua tak berhubungan, tapi ia yakin raja tak mungkin melakukan hal yang sia-sia.
"Baik kalau begitu. Apakah ada informasi dari anak-anakmu soal situasi di Detrio?"
"Ada beberapa informasi baru yang kami dapat soal Detrio. Jumlah penyebaran wabah sudah cukup menurun karena Gereja Luciel telah menurunkan semua pendeta dan penyembuh yang ada. Bahkan para kardinal juga ikut turun menangani wabah secara langsung."
Phell sempat menghentikan ceritanya ketika melihat Sam dan Jonathan masuk ke dalam ruangan. Ia tersenyum cerah sembari melambaikan tangan pada Sam.
"Paus memang sepertinya ingin membunuh para kardinal. Bagaimana bisa ia menyuruh para petinggi turun langsung ke tempat penuh wabah? Walaupun keputusan itu memberikan kesan baik pada rakyat, tapi jika mereka semua mati karena wabah, Paus lah satu-satunya yang berkuasa di Gereja Luciel. Ah, mereka juga masih mencari Kardinal Laverios."
Chris menoleh ketika Sam memegang pundaknya. Ia memberikan tatapan bertanya. Ia kira Sam ingin menyampaikan sesuatu. Namun sang pangeran tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum padanya. Chris tersenyum dibalik penutup wajahnya. Ia menepuk tangan Sam beberapa kali sebelum kembali fokus ke Phell.
Sikap keduanya tentu saja tak luput dari observasi Phell. Kedua mata berwarna zamrud itu menatap Sam dan duke secara bergantian. Ia lalu tersenyum miring ketika menyadari apa yang terjadi.
"Jonathan! Kasihan sekali dirimu. Apakah kau tidak lelah selalu mengawal pasangan yang sedang dimabuk cinta? Kemarilah sayangku, akan aku akan memberikan banyak cinta padamu, Jonathan sayang!"
Mendengar ucapan Phell, semua orang di ruangan itu nampak terkejut. Jonathan menatap sang duke dengan tatapan horror dan sedikit rasa tidak percaya. Kedua matanya bertemu dengan tatapan Chris, namun sang duke sepertinya tak memiliki niatan mengoreksi ucapan Phell ataupun menyanggahnya. Jonathan menutup mulutnya dengan kedua tangan, mencegah suara apapun keluar dari tenggorokannya.
Sedangkan Sam, ia membalikkan badannya ke arah lain. Ia menghindari Phell yang siap melontarkan kalimat menggoda lagi.
"Mari kembali ke bisnis utama kita. Apakah kau mengetahui rute aman untuk berlabuh di Detrio? Kali ini kami benar-benar tidak ingin terlihat menonjol mengingat salah satu buronan Detrio bersama kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Crown (Chanjin)✔️
Tarihi KurguSamuel tak pernah inginkan tahta. Ia hanya ingin hidup tenang seperti saat dirinya masih hidup di luar istana bersama ibunya yang merupakan rakyat biasa. Namun darah kerajaan yang mengalir dalam tubuhnya membuat dirinya tetap jadi ancaman bagi tahta...