Sore hari di pinggiran kota Jogjakarta, suasana mendadak sendu setelah di guyur hujan yang cukup deras. Seorang lelaki muda berparas ayu berjalan di atas aspal yang masih basah oleh air hujan, menikmati semilir angin dingin sisa-sisa hujan.
Jalanan yang lumayan sepi menjadi teman perjalanannya sepulang bekerja. Lamanya ia berjalan tanpa sadar dari arah depan bahaya sedang mengintai seorang pria paruh baya yang hendak menyebrang, dari arah berlawanan terdapat sepeda motor yang melaju kencang.
"PAK AWAS ADA MOTOR!"
Ia berteriak kencang untuk menyadarkan dan tanpa babibu pria muda berlari sekuat tenaga ke arah pria paruh baya tadi dan langsung menarik pergelangan tangannya hingga mereka terjatuh ke pinggir jalan. Akhirnya selamat.
"Bapak ngga apa-apa kan?"
Tanya pria muda dengan raut kekhawatiran untuk memastikan.Ia membantu pria paruh baya itu untuk berdiri.
"Saya baik-baik saja, terimakasih nak sudah menolong saya. Kalau boleh tahu siapa namamu nak?" ada perasaan lega setelah mendengar jawaban pria paruh baya didepannya.
"Saya Kala pak." dengan senyumannya yang manis.
"Nak Kala, saya harus berterimakasih dengan cara apa lagi, kamu sudah menyelamatkan nyawa saya." Ia merogoh dompet pada saku celananya lalu mengeluarkan sejumlah uang.
"Tolong terima ini sebagai ucapan terimakasih saya."
"Tidak perlu pak, saya ikhlas menolong bapak." tolak Kala dengan senyuman yang tulus. "Kalau begitu saya pamit, permisi pak." Kala hendak berjalan tapi tangannya di tahan oleh pria paruh baya.
"Mari saya antar kamu pulang, saya mohon anggap ini sebagai rasa terimakasih saya."
Kala membalas dengan anggukan dan senyuman manisnya.
=•=•=•=
Mobil sedan hitam telah terparkir di halaman rumah Kala. Rumah yang sederhana terdapat pot-pot kecil tanaman hias di sekitar teras, kursi dan meja kayu tertata rapih disana, serta warna putih yang hampir pudar pada cat tembok menambah kesan lama pada rumah Kala.
Kala menuruti permintaan lelaki tua yang ia tolong untuk mengantarkannya pulang, ia juga meminta agar Kala mempertemukannya dengan kedua orang tua Kala, entahlah Kala tidak mengerti apa tujuannya namun Kala tetap menurutinya.
"Mari masuk pak." Kala mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumah.
"Tidak apa-apa nak Kala, saya tunggu disini saja."
"Ya sudah, saya panggilkan bapak dan ibu dulu."
Sambil menunggu Kala yang sedang memanggil orang tuanya, pria paruh baya duduk di kursi kayu tua, sesekali melihat sekeliling halaman.
"Maaf, ada keperluan ap—" ucapan bapak Kala terhenti, matanya membulat terkejut melihat sang tamu. Si tamu pun tidak kalah terkejutnya.
"Hermawan."
"Wijaya!"
Mereka berdua berpelukan, ada tangis haru disana. Kala yang menyaksikan, dirundung banyak pertanyaan di kepalanya lantas menoleh ke samping yang terdapat ibunya, ia memiringkan kepalanya seolah bertanya 'ada apa' namun ibunya hanya memberi senyuman.
=•=•=•=
"Jadi Kala itu anakmu Wijaya?" Pria paruh baya yang di ketahui bernama Hermawan itu bertanya. Setelah pelukan singkat mereka lanjut mengobrol di dalam rumah ditemani secangkir teh hangat dan sepiring pisang goreng, sepertinya perbincangan ini akan berlangsung lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A N A I A || Hyuckren
RandomKala yang terjebak dalam lubang yang Abim gali, harus berhadapan dengan pilihan. Bertahan atau menyerah. WARNING‼️ Harsh word, mpreg, cheating, violence.