Chapter 5

887 94 9
                                    





Abim terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari yang mengintip di celah gorden kamarnya mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya yang menyapanya.

Abim terkejut hingga ia terduduk melihat badannya yang tidak mengenakan pakaian. Mata Abim membola ketika ia mengingat kejadian semalam.

"SIALAN!! apa yang udah gue lakuin!" Abim mengusak frustasi rambutnya.


Kala yang tengah berkutat di dapur dikejutkan oleh Abim yang memanggilnya lantang, membuat tubuh Kala membeku takut-takut jika Abim akan menyiksanya lagi.

"Woy! Bikinin gue sarapan, gue laper. Lo denger gue ngga sih!?"

"Iya Abim, aku denger. Kamu bisa tunggu dulu di ruang tengah." Kala menjawab tanpa melihat kearah Abim.

"Kenapa emangnya?"

"Aku takut..."

"Dih, kegeeran banget lo. Dikira gue bakalan  horny liat muka lo. Najiss!"

Kala menyelesaikan masakannya cukup lama karena tangannya yang terluka menghambat pekerjaannya.

"Kelamaan, gue udah gak mood!"

"Maaf Abim, tangan aku masih luk—"

"Gak usah banyak alesan deh lo!"

"Maaf."

"Gue mau buat peraturan. Lo ngga usah atur-atur hidup gue dan ngga usah ikut campur urusan gue, gue sengaja ngga sewa ART karena ada lo yang harus beresin seisi rumah ini. Masih untung lo ngga gue usir anggap aja lo lagi bayar hutang. Oh iya satu lagi, lo tidur dikamar sebelah. Ngerti lo!"

"Ngerti, Abim."

Abim melenggang pergi membawa kunci mobilnya tanpa memakan sarapan yang sudah di buatkan Kala. Akhirnya Kala bisa bernafas lega, sendirian di rumah lebih menyenangkan dibanding harus berdialog dengan Abim.



=•=•=•=




Di sepanjang perjalanan Abim bingung harus kemana. Ia ingin main dengan temannya tetapi mereka sibuk bekerja, maklumlah namanya juga budak korporat. Ingin pacaran tapi sang kekasih sedang ada keperluan, entahlah kekasihnya akhir-akhir terlihat menjauh.

Abim memutuskan untuk berhenti di sebuah Cafe yang lumayan jauh dan sepi pengunjung. Ia ingin menikmati kesendiriannya.

Abim yang tengah menikmati secangkir kopinya dikejutkan oleh dering dari ponselnya.

Drrttt Drrrtt

"Halo."

"Halo, Abim."

"Kenapa, pah?"

"Abim, besok tolong kamu kembali ke kantor ya. Keadaan kantor lagi chaos, Papa perlu bantuan kamu."

Abim menimbang-nimbang keputusannya ia terlalu malas untuk bekerja tapi disisi lain ini kesempatan Abim untuk menghindari Kala.

"Iya, Abim besok ke kantor."

Tutt

Abim mematikan sambungan telponnya.



=•=•=•=



Satu bulan kemudian....

Sebulan berlalu, tetapi hubungan Abim dan Kala masih tetap sama. Abim yang mulai bekerja jarang pulang kerumahnya sekalinya pulang ia dalam keadaan mabuk dan akan menyiksa Kala.

Abim pulang ke apartemen kekasihnya, Abim juga masih sering nongkrong bareng temannya.

Kala pun sama. Sebulannya Kala hanya diisi dengan beres-beres rumah, terkadang pergi ke supermarket dan Naya yang sering berkunjung meski hanya untuk menonton film bareng, membuat cookies atau hanya menumpang mengerjakan tugas saja. Itu menyenangkan untuk Kala.

A N A I A || HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang