Chapter 10

1.2K 114 20
                                    






Mobil sudah berhenti beberapa menit lalu di halaman rumah, namun keduanya tak berniat untuk beranjak dari posisinya. Ada keheningan yang menyelimuti mereka.

Setelah kejadian tadi Abim benar-benar marah dan kecewa. Marahnya disebabkan ia yang bodoh memberikan kekasihnya ralat mantan kekasihnya tempat untuk menginjak-injak harga dirinya. Kecewa? jelas ia sangat kecewa. Ryuki, orang yang dicintainya begitu tulus harus menusuknya dari belakang, menghunuskan belati fakta kepada cinta murni Abim.

Sekarang ia bimbang harus bersikap seperti apa terhadap Kala. Bagaimanapun ia merasa bersalah atas semuanya, mungkin perlahan ia akan membiasakan keberadaan Kala meski belum menerima sepenuhnya.

"Sorry, lo ngga jadi makan sushi." Ucap Abim memecah keheningan diantara keduanya.

"Gapapa." Perlahan Kala membuka pintu mobil di sampingnya, keluar meninggalkan Abim yang sedang berperang dengan batinnya.

Kala tak banyak menaruh peduli kepada urusan Abim sebagimana yang di katakannya sejak awal pertemuan mereka. Membiarkan Abim menyelesaikan masalahnya sendiri, Kala akan peduli jika Abim datang membutuhkannya.

Tubuh Kala rasanya lelah setelah beraktivitas diluar, belum lagi ia masih merasa agak syok lepas kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Mungkin istirahat sebentar akan lebih baik.




=•=•=•=




Pandangannya tak lepas dari layar televisi, jari-jari tangannya lincah menari diatas stik game dan mulutnya tak henti-henti menyorak penuh ambisi. Sahar yang khidmat menikmati gamenya terganggu oleh suara berisik bel yang ditekan brutal.

"ANJING!" Umpat Sahar ketika fokusnya mulai goyah menyebabkan karakter dalam gamenya berhasil dilumpuhkan lawan.

"Iya! Iya! SABAR!" Sahar mem-pause gamenya lalu beranjak untuk membuka pintu.

Si babi rupanya

"Lo ngapain kesini? ganggu aja."

Abim. Ya, Abim adalah tamu yang seenaknya itu. Tak mengindahkan pertanyaan Sahar, ia langsung masuk kedalam tanpa persetujuan sang pemiliknya.

"Eh-eh! maen nyelonong aja, ada adab lo begitu!?"

Lagi. Sahar melihat lagi raut muram Abim, entah mengapa sejak Abim menikah seringkali raut muram Abim selalu muncul, atau hanya saat berkumpul dengannya saja. Sialan! dateng pas lagi butuhnya doang. Batin Sahar.

Sahar meletakan sekaleng minuman soda diatas meja dihadapan Abim, bagaimanapun ia tamunya kan?

"Muka lo kecut banget, kenapa? kaga dikasih jatah ya sama si Ryuki? hahaha..."

"Gue gak ada tenaga buat becanda."

Kayanya bakal serius nih.

Sahar kembali melanjutkan permainannya yang sempat terhenti sebagai upaya untuk memberikan ruang bagi Abim. Ia menunggu sampai Abim siap untuk bercerita.

Hening. Hanya terdengar efek suara yang dikeluarkan dari game yang dimainkan Sahar. Abim menghela nafasnya sebelum akan bercerita.

"Gue putus sama Ryuki."

Wow! jika situasinya tidak sedang serius disaat itu juga Sahar melemparkan banyak olokan terhadap temannya itu.

"Karena?" Tanya Sahar walau pandangannya masih terpaku dilayar televisi.

"Dia ketauan cuma manfaatin duit gue doang."

"Kok bisa?"

Sahar yang duduk di karpet berpindah posisi mengambil ruang kosong di sofa yang tengah di duduki Abim. Ia tak lagi memainkan gamenya, sepertinya kawannya ini butuh perhatian dari masalah yang melandanya.

A N A I A || HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang