Chapter 7

881 99 8
                                    






Kehidupan Kala beberapa bulan ini rasanya tetap sama. Ia yang sendirian di rumah, ia yang jarang bepergian dan ia yang hanya memiliki satu teman yaitu Naya meskipun hanya sesekali berkunjung.

Abim. Apa yang diharapkan darinya. Jika Abim tidak bisa menjalankan perannya sebagai suami Kala harap Abim bisa menjadi temannya walaupun sekedar teman cerita. Faktanya Kala tidak bisa menjadikan Abim keduanya, Kala yang berusaha mencoba mendekatkan diri kepada Abim rasanya seperti menghabiskan tenaga saja, Abim yang selalu bersikap abai seolah tidak ada eksistensi Kala di hidupnya.

Meskipun begitu, Abim masih tetap mengizinkan Kala tinggal dirumahnya, diberikan fasilitas yang cukup, menafkahinya, membiayai kebutuhan Kala dan bayinya. Kala bersyukur atas hal itu. Kala tidak ingin berharap lebih agar Abim bisa berubah dan berbaik hati padanya. Pada dasarnya seseorang tidak bisa berubah oleh faktor eksternal, melainkan diri mereka sendiri yang merubahnya, jika mereka menginginkannya.


Sepulang dari kantornya, Abim tak langsung pulang melainkan ia akan bertemu temannya. Sebelumnya memang Abim yang menghubungi mereka, ia yang lelah dan pening dengan kerjaannya ingin sekali meneguk alkohol agar terasa ringan.

Ting!

Efek suara gelas yang beradu. Mereka bertiga meneguk satu gelas sloki yang berisi cairan soju, rasa dingin yang menjalar di rongga mulut perlahan berubah panas ketika sampai di tenggorokan menimbulkan efek candu bagi peminumnya.

"Woah! coba kalo tiap hari kaya gini, kan enak." ucap Sahar.

"Yang ada lo jatuh miskin, bego." jawab Jodi.

"Gue bingung." Abim yang sedari tadi menyimak kedua temannya akhirnya buka suara.

"Bingung kenapa?" ucap Jodi

"Gue bingung, gue harus ambil keputusan apa. Gue mau seriusin Ryuki tapi disisi lain gue ngga bisa ninggalin Kala dalam keadaan dia yang lagi hamil anak gue." jelas Abim

"Gila lo bim! bahkan disaat lo mau punya anak, lo masih mikir mau nikah sama orang lain." ucap Sahar dengan emosi.

"Lo kan tau, gue nikah sama dia karena paksaan."

"Paksaan atau ngga, Kala tetep suami lo tanggung jawab lo. Pernikahan kalian sah dimata agama dan negara, pernikahan itu sakral bim, lo gak bisa main-main."

"Gue ngga akan main-main, kalo gue nikah sama orang yang gue sayang!"

"Stop! kenapa malah jadi debat sih." ujar Jodi menghentikan perdebatan kedua temannya.

Hari yang semakin malam membuat Bar yang mereka singgahi semakin ramai orang berdatangan.

Sahar kembali berucap setelah ada keheningan diantara mereka.

"Denger ya bim. Kalo gue jadi lo, gua bakal pilih Kala. Gue tau lo sayang sama Ryuki setidaknya lo kudu pelan-pelan lepasin dia. Sisi baiknya, lo yang udah mapan, udah punya rumah, punya bini cakep spek bidadari dan kalian lagi menanti kehadiran anak lo. Apalagi yang lo cari, bim?"

"Sorry bim, gue bukannya mau menyudutkan lo. Meskipun si Sahar rada sengklek gue setuju sama omongannya. Mau gimanapun lo gak boleh egois lo harus mikirin anak lo, kalo seandainya lo beneran nikah sama Ryuki." ucap Jodi

"Lebih baik dipikirin lagi dah, liat jangka panjangnya. Ini buat kehidupan anak lo darah daging lo. Gue tau lo baik bim, lo gak akan tega jadiin anak lo sebagai pilihan. Pelan-pelan bim, lo pasti bisa ngelepas Ryuki seberat apapun lo harus ikhlas, ini demi anak lo." lanjut Jodi.

Apa yang dikatakan kedua temannya itu benar. Namun ia belum rela jika harus berpisah dengan kekasihnya, pasalnya kekasihnya lah yang selalu menemaninya.

A N A I A || HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang