Hermawan pulang ke rumah singgahnya dengan terburu-buru, ingin segera memberitahukan kabar gembira kepada sang istri. Hermawan dan Laras sang istri memang tinggal sementara di jogjakarta, karena keperluan business trip.
Sebenarnya sudah beberapa kali suaminya ini pergi business trip tanpa ditemani sang istri, hanya ada PA dan staff tertentu yang menemani. Tetapi entah mengapa business trip kali ini Laras ingin ikut mendampingi.
"Mah! Papa udah nemuin keluarganya Wijaya, Mah." Hermawan berseru kepada istrinya yang tengah menonton siaran acara di televisi—dengan ekspresi wajah yang menggebu-gebu dan senyum kegirangan.
Laras yang menikmati tontonannya terlonjak kaget dengan suara lantang suaminya. Disisi lain laras juga terkejut dengan berita yang disampaikan suaminya. Laras mengucapkan banyak kata syukur dalam batinnya.
"Syukurlah. Akhirnya Tuhan menjawab doa-doa kita, Pah."
Laras mematikan televisinya, agar fokusnya hanya kepada suaminya yang akan bercerita mengenai pertemuannya dengan Wijaya.
Hermawan menceritakan semua kejadian dari awal pertemuannya dengan Wijaya. Laras yang duduk berdampingan dengan Hermawan diam dan menyimak.
"Kala anak yang baik, Mah. Papa ingin Kala menikah dengan Abima, berharap Kala bisa merubah sikap Abim."
"Apa tidak terlalu cepat, kita juga harus tanyakan Abim dulu. Kita ngga boleh egois."
"Mau sampai kapan, Mah. Papa udah ngga tahan sama kelakuan Abim."
Rasanya terlalu cepat untuk Laras, tapi apa boleh buat jika suaminya kekeuh maka tidak bisa di bantah. Laras percaya pada pilihan suaminya, ia juga ingin yang terbaik untuk anaknya. Maka Laras hanya bisa menyetujui.
"Ya udah, gimana baiknya aja." Laras tersenyum seraya mengusap lengan suaminya agar lebih tenang dari pikiran kalutnya.
=•=•=•=
Pagi hari di kediaman rumah Kala, Hermawan dan istrinya datang berkunjung, mereka berniat untuk meninta izin menjodohkan Kala dan Abim anaknya.
"Sebenarnya kedatangan kami kemari untuk meminta izin, saya berniat menikahkan Kala dengan anak saya." setelah berbasa-basi untuk menanyakan kabar, kini Hermawan membicarakan niat kedatangannya.
"Keputusan ada di tangan Kala, saya hanya bisa merestui dan mendoakan yang terbaik." bapak tersenyum teduh kearah Kala.
Arumi. Ibu Kala, sedikit terkejut dengan berita tiba-tiba ini. Jika Kala menikah dengan anaknya Hermawan, maka mereka akan membawa Kala ke Jakarta. Arumi belum siap jika harus berjauhan dengan anak semata wayangnya.
Tetapi setelah berpikir dan melihat dari sudut pandang Kala, Kala harus memiliki pandangan yang luas, Kala harus melangkah mencari kehidupannya di masa depan nanti.
Ibu tersenyum menghadap Kala, membelai surai kecoklatan Kala—yang duduk disampingnya. "Ibu serahkan kepada kamu Kala, bagaimanapun kamu yang akan menjalaninya nanti."
Seketika Kala teringat percakapannya dengan bapak semalam. Mungkin ini kesempatannya untuk membaktikan diri kepada orangtuanya. Tapi Kala memikirkan, jika dia pergi dari rumah, siapa yang akan mencari uang untuk membayar hutang.
"Iya pak, Kala mau menikah dengan anak bapak." setelah hening beberapa menit diantara mereka, Kala angkat bicara.
Kala melihat wajah sumringah semua orang yang ada di ruang tamunya ini.
"Maaf pak, tapi bapak dan ibu akan bagaimana. Jika saya harus ikut kalian, siapa yang akan mencari uang untuk makan dan bayar hutang?"
"Kamu tidak perlu khawatir Kala. Saya akan menjamin bapak dan ibumu disini, saya juga akan melunasi semua hutangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A N A I A || Hyuckren
RandomKala yang terjebak dalam lubang yang Abim gali, harus berhadapan dengan pilihan. Bertahan atau menyerah. WARNING‼️ Harsh word, mpreg, cheating, violence.