Chapter 10

2.6K 306 25
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca!!!

Happy reading guys!

.

.

.

.

"Tidak, Cale-nim!"

"Bajingan gila!"

BOOM!!

_______________

"Cut!"

Sutradara menatap clip yang direkam, dia bertepuk tangan dan tersenyum cerah.

"Okay, kerja bagus hari ini semuanya!

Akhirnya syuting hari ini selesai juga, Hali berjalan kaki kearah gedung apartemen yang disewanya. Sudah 2 Minggu dia tiba di Prancis, tapi Hali merasa aneh.... Seperti ada yang mengawasinya diam-diam.

Hali menepis pemikirannya itu, dia berjanji akan menelpon adik pertamanya malam ini. Siapa lagi kalau bukan Taufan? Awalnya si Muson itu ingin menjemput Hali di bandara internasional.

Namun karna suatu tugas yang entah apa itu, Hali pun juga tak tau. Taufan akhirnya tidak jadi menjemput Hali, tapi seminggu ini mereka sering sekali berhubungan via telepon.

Hali masuk ke apartemen, pemandangan ruangan vintage menyambut Hali. Jujur saja Hali sangat suka dengan apartemen ini, selain warnanya yang dominan merah dan hitam, corak petir di dinding juga menambah kesan mewah yang elegan. Sungguh, seolah-olah apartemen ini memang dibuatkan khusus untuk Hali.

Setelah membersihkan diri dan makan malam, Hali yang berniat menelpon Taufan malah tertidur. Membiarkan orang di seberang sana menunggu.

Keesokan paginya Hali bangun kesiangan karena lelah, dia segera buru-buru bersiap dan meluncur ke lokasi syuting.

"Selamat pagi!"

"Pagi dongsaeng sayang"

"Pagi dik."

"Pagi, tumben datang terlambat"

Hali tertawa canggung dan menggaruk tengkuknya, malu sekali datang terlambat. Akhirnya syuting pun dimulai, beberapa take telah diambil. Tapi entah kenapa.... Hari ini sepertinya gadis pemeran karakter On
tidak begitu fokus.

"Cut!, Jihan? Ada apa denganmu hari ini?"

Ini sudah take keempat, dan malah lebih buruk dari sebelum-sebelumnya. Melihat aktris cilik itu hanya menunduk tanpa menjawab, sutradara hanya bisa menghela nafas.

"Istirahat 15 menit!"

"Baik..."

Jihan berjalan dengan gontai dan duduk di kursi kosong, Hali berinisiatif menemaninya.

"Hei, Jihan ada apa?"

"Uh... Kak Hali."

On dengan mata berkaca-kaca segera memeluk Hali erat, Ia terlihat sangat sedih. Hali yang merasakan tubuh gemetar memeluk dirinya pun berusaha menenangkan, akhirnya setelah beberapa saat Jihan berani buka suara.

"Kakak, aku benci keluarga ku.... Mereka tidak pernah menganggap aku penting, selalu adik dan kakak tertuaku yang diutamakan! Seolah-olah usahaku di sekolah dan di lokasi syuting tidak bernilai Dimata mereka!"

Jihan mulai kembali menangis, dia adalah anak tengah dan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga. Jika di keluarga lain anak perempuan satu-satunya akan begitu disayangi, maka Jihan berbeda. Keluarganya sangat kolot dan masih menganut patriarki, mereka masih memegang perspektif bahwa "sekeras apapun wanita berusaha, pada akhirnya mereka hanya akan tinggal di dapur".

I'm The Antagonis!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang