Chapter 12

2.6K 305 56
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca!

Happy reading guys!

.

.

.

     Sebuah langkah kaki menggema di ruangan dingin. Tubuh Hali yang dirantai secara sadar langsung gemetar, dia tidak bisa melihat dan berbicara. Suara langkah menggema yang terdengar dari telinganya merangsang rasa takut.

"....Lihat betapa menyedihkannya kamu, di kurung dan di sakiti oleh adik kandungmu sendiri."

Hali mendongak, dia kenal pemilik suara ini... Orang yang membuatnya sengsara, yang menjadi alasan dia di kurung di tempat ini, yang membuatnya disiksa adik-adiknya sendiri.

'Ruby'

Mulut Hali membentuk nama tersebut, namun tidak ada suara yang mengalir dari rongga giginya.

"Hali... Tidak, ■■■■■■■■ di dunia ini."

'apa yang dia katakan...?'

Hali kebingungan, apakah ini mimpi masa lalu? Pikirannya berkecamuk. Namun, seingat Hali dia tak pernah bertemu Ruby di ruang bawah tanah selama 40 hari masa penyiksaannya.
      

     Gadis bersurai gagak mendekati Hali, mata merah itu menatap. Ruby dan Halilintar.... Mereka berpenampilan mirip, orang yang melihat adegan ini mungkin mengira mereka hampir kembar. Namun sang gadis di penuhi oleh vitalitas anak muda, matanya bersinar cerah dan terlihat hidup di manjakan. Sedangkan sang anak laki-laki di seberangnya pucat pasi dan kotor, mata yang semula indah tertutup karena bola matanya telah diambil. Sungguh ironis, tampak seperti langit dan bumi.

"Kakak, aku tau kau itu orang yang sebenarnya sangatlah baik..."

Ruby berjongkok di depan Halilintar, dia mengulurkan tangan untuk mengambil tangan Hali yang gemetar. Mencium punggung tangan kotor itu dengan mata tertutup, dia kembali menatap Hali yang tidak menatapnya.

       Mata merah itu terbuka, menampilkan kesusahan dan paranoid yang kentara. Dia mencengkram kedua pundak Hali dengan tergesa-gesa dan wajah bersemangat. Hali menegang karna rasa sakit di pundaknya saat kuku-kuku jari Ruby menancap di kulitnya, namun suara paranoid gadis itu membuatnya merasa takut.

"Karna itulah kumohon!.. agar aku bisa tetap hidup, kau HARUS MATI!!"

~~~

"Cut!!"

Hali terlonjat kaget mendengar teriakan sutradara, dia menatap sekeliling lapangan syuting dengan linglung.

'apa itu tadi...?'

"Oh? Kau sudah bangun ternyata."

Jihan yang baru selesai merekam mendekati Hali dengan senyuman di wajah manisnya, dia berkata dengan suara cempreng.

"Tadi kau tertidur, kami tidak tega membangunkan karena kau terlihat letih."

"begitu ya, terimakasih."-Hali tersenyum membalas.

Selama syuting berlangsung, Hali masih belum melupakan mimpinya itu. Banyaknya kemungkinan muncul di benaknya.

'Tiqom, apa setelah transmigrasi ingatanku kacau? Atau ada sebagian kejadian yang terhapuskan?.'

[............]

Hening, ketiadaan jawaban membuat alis Hali tertekuk. Dia pun kembali melanjutkan syuting dengan kepala berlipat ganda.

I'm The Antagonis!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang