Kepikiran

10 1 0
                                    

"Maura, cuci kaki terus tidur, jangan main hp terus!!", Apasih padahal belajar, kok main hp, nuduhhh terus si Ratih ini
"Iya, Ma", balasnya dengan wajah yang murung

Saat Maura hendak melangkahkan kakinya ke kamar mandi, tetiba terdengar suara ketukan dari luar pintu. "Mama, aduh gimana nih bakal dimarah ga ya?. Buka ga ya?", lirihnya takut, takut akan dimarahi oleh ibunya yang gualak pol itu

"Non, ini bibi, bi Tatik"
Nafas lega keluar dari mulut Maura seraya tangan kanannya yang refleks mengelus elus dadanya
"Iya bi, bentar"

Bi Tatik, seorang pembantu di keluarga Maura, yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun dan menjadi alasan Maura untuk tetap menjalani hari harinya. Bi Tatik ini sudah dianggap ibu oleh Maura. Ya, karena bi Tatik lah yang sangat perhatian pada Maura sejak Maura masih berumur 6 tahun. Bahkan dia lebih perhatian dari sang majikannya, Ratih Purwanita. Mengapa demikian?. Mungkin dengan beberapa alasan inilah yang membuat bi Tatik sangat menyayangi Maura. Mau tahu?, Oke

Alasan pertama, Kasihan. Mungkin bi Tatik kasihan pada Maura yang terus menerus tersiksa lahir dan batin

Alasan kedua, Cinta. Karena Maura adalah anak yang baik hati, maka tumbuhlah rasa sayang dan cinta bi Tatik pada Maura

Alasan ketiga, Merasa dianggap. Bi Tatik merasa dianggap keberadaannya oleh Maura. Ya itu juga hasil dari perlakuannya pada Maura sendiri sih

"Non, kenapa kok belum tidur?", tanya bi Tatik sambil mengelus lembut rambut lurus terurai yang terlihat sangat elok itu
"Ini bi, tadi ada PR di sekolah, jadi Maura kerjain dulu deh", jawabnya dengan suara yang lembut

"Ooohh, ngerjain PR", kata bi Tatik seraya mengangguk anggukkan kepalanya tanda dia mengerti dan merubah posisi tangannya yang semula berada dibelakang kepala Maura kini memegangi dagunya sendiri

"Oiya Non, gimana sekolah barunya?", tanya bi Tatik mengeluarkan unek unek yang dia fikirkan sejak kemarin saat Maura pertama kali pergi ke sekolah barunya

"Mmm, awalnya masih sama bi. Tapi, Maura ketemu sama salah satu siswa yang baik banget sama Maura", matanya berbinar seolah membayangkan wajah seorang pangeran tampan yang ia pernah temui sebelumnya

"Alhamdulillah Non, kalau ada temen yang baik sama Non"

"Iya bi, alhamdulillah. Doain ya bi semoga sekolah Maura yang kali ini bisa lebih baik dari yang sebelumnya", ucapnya sambil meletakkan kepalanya ke pundak bi Tatik

"Aminnn, amin ya allah, bibi bakal selalu doain yang terbaik buat Non", balas bi Tatik yang langsung memeluk dan mengelus lembut kepala yang tersungkur lembut ke pundaknya

"Yaudah, ini bibi kesini cuma mau nganterin susu sama roti buat Non, jangan lupa di makan ya. Abis makan, cuci kaki, sikat gigi, sama cuci muka terus tidur, oke"

"Iya bi, makasih ya"

                                 ****

"Isshhhh, apasihhhh. Apa yang terjadi sama gue", kesal Asland seraya mengacak acak rambutnya
"Kenapa wajah perempuan itu tetep ada di pengelihatan gueeeeee", kali ini dia menutupi wajahnya dengan bantal, berharap agar wajah perempuan itu—eh lebih tepatnya wajah Maura segera sirna dari pengelihatannya

"Cantik, baik, kalem, sopan. Sempurna banget", katanya sambil membayangkan wajah perempuan itu lagi. Eeeiiittss kali ini dengan bibir yang tersenyum ya juga dengan mata yang berbinar layaknya sedang melihat pemandangan indah bak di surga

"Aarrgghh, gue kenapa sih~~", dan kali ini dengan suara yang sedikit merengek dan lagi lagi dia mengacak acak rambutnya

Karena mendengar suara dari kamar Asland, Meli bertekad untuk menghampiri kamar adiknya itu yang tidak jauh dari kamarnya, dengan membawa tongkat ramping nan panjang sebagai alat bantunya untuk berjalan

Tuan Putri untuk AslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang