Tuan Putri

9 1 0
                                    

"Makan apa...makan apa...makan apa sekarang...sekarang, makan apa...makan apa sekarang"

"Pantes sakit kuping kakak, ada yang nyanyi ternyata", cetus Meli yang terbangun karena mendengar nyanyian dari arah dapur yang tidak lain dan tidak bukan adalah adek nya sendiri

"Elah kakak, merdu gini. Berarti kuping kakak yang emang bermasalah", balasnya dengan wajah yang tercengir tengil yang memang sudah bawaan dari lahir

"Enak aja"

"Oh iya, kok belum ada makanan?, Asland laperrr~", rengeknya yang sengaja dibuat buat dihadapan kakaknya. Percayalah guys, Asland ini sangat muuaaannnjaaa sekali jika dihadapan kakaknya

"Eee, kakak kesiangan, jadi kakak ga masak. Maaf ya", ucap Meli dengan kepala yang tertunduk ke bawah tanda dia sedang sedih saat ini, menyesal karena ia bangun terlambat (bukan kesiangan karena ini baru pukul 06:50) hingga tak sempat memasak walaupun hanya sekedar untuk sarapan Asland pagi ini. Yaahhh, meskipun Asland sudah menyiapkan dan menghaluskan bumbunya, serta menyiapkan bahan masakannya agar memudahkan kakaknya untuk memasak

Padahal, Asland sudah bilang, urusan dapur biar dia yang megang. Tapi Meli tetap berisikeras, tak mau merepotkan adeknya. Awal awal masih banyak sekali kegagalan. Karena ya, wajar dia adalah seorang wanita yang tuna netra. Tapi, karena terus berlatih, akhirnya berhasil, dan menjadi mahir

"Yaudah, gampang. Asland berangkat dulu ya", pamitnya dengan disertai berjabat tangan/salim pada kakaknya dan juga dia sendiri yang menarik lembut punggung tangan kakaknya supaya menjadi lebih mudah untuk melakukan jabat tangan/salim, tidak lupa juga dia mencium dan mengecup punggung tangan wanita yang ada didepannya, lalu menatap sendu kearah wajah wanita tuna netra tersebut

"Iya, hati hati ya", balas wanita tuna netra itu sambil meraba raba wajah adeknya berharap dapat mengelus wajah bersih tersebut. Namun seperti biasa, selalu saja mengenai mata yang indah milik adeknya

"Aduh, kakak kena mata lagi", keluh Asland sambil mengucek ucek matanya yang mulai memerah

"Yaudah maaf, sana berangkat keburu telat"

"Byeeeee", lambaian tangan mengiringi perpisahan sementara mereka, disertai dengan senyuman hangat antar keduanya

                                   ****

"Shaka balikin, tchk gua belum selesai bego"

"Nanti lah Sher, liat dikitt aja"

"Ga, balikin sekarang!!"

"Hadehhhh, pagi pagi udah pada ribut aja sih", samber Asland ketika sudah tepat didepan pintu kelasnya. Melihat 2 orang yang sepertinya tengah berebut sesuatu

"Ini nih, si Shaka main ambil buku gue, mana gue belum selesai lagi", ucap Sherli mengadu pada abangnya seraya menunjuk Shaka dengan tatapan penuh kekesalan

"Heh, lu main ganggu adek gue aja, balikin ga!", kata Asland sambil berusaha merebut sebuah benda yang berada tepat ditangan kanan Shaka

"Ada apa ini?"

Di sela sela perebutan sebuah benda berbentuk persegi panjang yang terdiri dari lembaran lembaran kertas yang di susun menjadi satu dan memiliki sampul yang berwarna hijau tua dengan motif keindahan alam itu, terdengar suara berat nan dingin dari arah mereka. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah seorang siswa kelas XI yang mempunyai sifat bak kutub utara, otak Albert Einstein, setampan pangeran dari syurga, tatapan setajam pedang, wajah yang selalu datar, siapa lagi kalau bukan Iqbal Reza Arbani

"Ehhhh, ada ka Iqbal. Ini loh gue lagi main sama sama mereka berdua", ucap Shaka menutupi kebohongannya

"Elehhh, bohongnya keliatan banget. Ini loh Bal, dia itu gangguin adek gue, nyontek paksa tau ga", elak Asland dengan wajah yang seakan memberi tahu bahwa itu tidak benar

Tuan Putri untuk AslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang