Ujian Kenaikan Kelas

5 1 0
                                    

Pagi pagi sekali Maura sudah menggendong tas berwarna Dark Grey tepat dibagian pundaknya, berisi dengan berbagai alat untuk melaksanakan Ujian Akhir Semester (atau bisa di bilang Ujian Kenaikan Kelas) seperti, papan ulangan, pensil atau pulpen, peraut, penghapus ataupun tip x, dan buku buku belajar yang di perlukan

Dihampirinya mobil berwarna merah tua yang terletak di halaman luas depan rumahnya, tak lupa juga bi Tatik yang selalu menghantarkannya sampai depan pintu mobil sebelum memasrahkan dirinya pada pak sopir

"Ini Non, bekalnya. Jangan lupa di makan yaa", nasehat bi Tatik yang langsung dihadiahi sikap hormat dari anak majikannya tersebut. "Siap, Bi"

Tapi, tiba tiba wajah anak tersebut berubah menjadi murung dan sedih, mengapa?

"Bi, Mama sama Papa kapan pulang?"

"Nanti, sekitar 1 minggu lagi. Kayanya nunggu Non selesai ujian deh"

"Yaudah, cepetan berangkat gih, takut telat nanti", lanjutnya dengan membelai lembut rambut Maura

"Iya, doain ya bi, semoga Maura di beri kelancaran pas lagi ngerjain ujian"

"Pastiiii"

                                ≈≈≈≈≈

"Hai, anak cupuu". Yaelah, ngapain sih mereka bertiga muncul, ganggu aja, tchk

"Waahh, ada yang mau ngerjain ujian nih"

Deg degan? Jelas!, takut? Sangat!. Tetapi dia teringat apa kata Asland pada saat itu "Lain kali kamu coba ngelawan. Jangan malah diem, oke!"

Akhirnya ia nemutuskan untuk melawan meski disertai dengan tangan yang gemetar dan keringat dingin yang berjatuhan

"Maaf untuk ke 3 kakak kelas yang super nyebelin, saya mau lewat", wah berhasil, eh belum masih ada sedikit perlawanan

"Ooo, jadi udah berani nih buat ngelawan kita. Sikat ga guys?", kata Clara, kakak kelas super menyebalkan itu lalu mencoba meraih rambut Maura. Eiittss dengan sigap, Maura berhasil menangkap tangan tersebut, lalu mencengkramnya dengan kuat

"Kali ini saya ngga akan kalah dari kalian bertiga"

Tak lama setelah itu, datanglah seorang bapak guru super killer, yang hanya dia satu satunya guru yang sangat ditakuti oleh para siswa di SMA ini, siapa lagi lagi kalau bukan Pak Joni

"Clara, kamu sudah kelewatan tahu ga?"
"Kalau saja Papa kamu itu bukan kepala sekolah di sini, saya pasti akan mengeluarkanmu dari dulu"

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Clara dan para Clonning nya pergi menjauh dari Maura dan Pak Joni. Dan Pak Joni hanya bisa menggeleng gelengkan kepala saja, mengetahui dirinya tidak memegang kekuasaan penuh pada sekolah ini. Jika saja ia bisa melengserkan kepala sekolah yang sekarang ini, dan menggantikan kedudukannya, ia pasti bisa lebih adil dari yang sekarang

"Maura, kamu juga, masuk!. Ujian akan di mulai sebentar lagi!"

"Baik, pak"

                                ≈≈≈≈≈

"Heh, kalian tau ga sih, kelas kita ini kelas yang paling ricuh. Ga mandang itu ujian atau bukan", kata Tio yang sudah menyiapkan bokongnya di depan meja, dan rencananya ia akan meletakkan bokongnya itu di atas meja. Eh, ga jadi deh setelah mendapatkan tatapan maut dari kembarannya, Rio, takut nanti kalau urusan makin panjang

"Ya, elu sih yang bikin ribut, gua mah enggak ya. Secara, gua kan anak yang paling kalem dan rendah hati di sini"

"Yaelahhhhh, si buaya ikut ikutan, ahahahaha", sahut Rehan pada buaya, eh—, Shaka

Tuan Putri untuk AslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang