Keberanian diri Maura

6 1 0
                                    

Senin, 27 Mei, hari dimana Asland menghantar Kakaknya untuk melangkahkan kaki disekolah tercintanya. Dengan diselimuti perasaan yang Dag Dig Dug Deg Dog, ia dengan tidak sabar dan gelisah, bagaimana hasil nilai gue?, ya seperti itulah kira kira arti dari raut wajah Asland

Kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang diarea sekolah. Mungkin jika diukur, ia bisa memutar sampai 180 derajat. Akhirnya ketemu juga sohib gue

"WOYYYY", suaranya seperti orang yang sedang mendapati maling motor, kerass banget. Sampai semua mata tertuju kepadanya saat ini. Ia salah tingkah dan hanya menunjukkan gigi kepada semua orang

Meli terkejut, mengira kalau ada maling sungguhan. "Siapa Sland, ada maling? "

"Eh, bukan kak, itu loh ada Shaka sama Rio"

Mereka berdua datang menghampiri teman kurang ajar itu, siapa lagi kalau bukan Asland. Dengan muka yang marah, Shaka mendekatkan matanya dengan mata Asland
"LO GUE END", dengan gaya dua jari yang seolah olah ingin sekali mencolok mata indah nan menjengkelkan dari Asland itu. Tapi dia tahan, tak mau temannya bernasib sama dengan kakak tercinta, Meli

"Lu kalo manggil kita yang bener dong, jangan kaya gitu, kaya manggil maling tahu ga? ", ujar sang ketua kelas yang selalu berusaha membimbing teman temannya kejalan yang benar, namun semuanya berjalan bagai mendaki gunung Himalaya, seperti mustahil untuk mencapai puncak

"Hehe, maaf, gue reflek". Tahu ga apa yang paling menjengkelkan ketika Asland meminta maaf kepada Rio, dengan tangan yang jahil, perlahan tapi pasti dia berhasil meraih sebuah permen Milkita dari saku Rio, siapa yang ga marah coba?

"Asllaaannddd"

"Eh, ada ka Meli, apa kabar kaka cantikkk", buaya banget sumpah si Shaka ini

"Baik", jawab Meli yang langsung menyalurkan senyuman pada si buaya darat itu

Bahkan Shaka heran, bagaimana si bocah tengil itu mempunyai Kakak yang sangat lembut, anggun nan kalem seperti Ka Meli ini

Asland yang mengetahui hal itu, dengan cepat ia memelototi teman buaya kelas kakap tersebut, "Sekali lagi lu deketin Kakak gua, habis lu"

"Ya ampun, gue cuma nyapa, Islandiaaaaaaa"

"Heleh, tetep aja ga boleh"

"Boleh"

"Ngga bolehhh"

"Bolehhh"

Meli hanya terkekeh mendengar perdebatan mereka berdua yang sedang memperebutkan dirinya

"Udah udah, mending kita sekarang masuk kelas aja, siapa tahu udah mau mulai", dengan sigap Meli menghentikan perang mulut antar remaja tersebut

                                 *****

Jika ini hari yang menegangkan nan dinanti bagi seluruh siswa, berbeda dengan Maura yang hanya duduk merenungi dirinya. Tak mau hari ini segera tiba. Bagaimana tidak, ia memiliki kedua orang tua, namun ia kehilangan peran untuk menjadi anak. Ia datang sendiri, seorang diri mengambil hasil laporan nilainya

Namun, ditengah lamunannya, wajahnya tertabrak sebuah pesawat kertas putih yang sepertinya memang sengaja ditujukan untuknya. Sesekali ia menoleh kekanan kekiri dan kebelakang. Namun, memang tak ada siapapun disekelilingnya, karena ia sekarang tengah berada ditaman sekolah, sedang yang lainnya sudah memasuki kelas sedari tadi. Ia memegang pesawat tersebut lalu membukanya. Terdapat tulisan singkat dipesawat tersebut

Temuin aku di gudang sekolah, penting!
≈Asland≈

"Asland?"
"Gudang?, mau apa dia?"

                                  ****

Tuan Putri untuk AslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang