3. Cinta Pertama

9 3 4
                                    

Tidak terasa sudah satu semester Sagita lewati di kelas ini bersama teman-teman yang telah ia kenali dengan baik dan selalu menyempatkan waktu untuk sekadar berbincang singkat dengannya. Sagita cukup bahagia bisa bertemu dengan orang-orang yang membuatnya nyaman dan memperlakukannya dengan baik.

Sekelas dengan orang-orang yang baik tentunya tidak membuat Sagita luput untuk menyukai setiap karakter yang mereka miliki. Sagita menyukai bagaimana cara mereka berperilaku dan bagaimana cara mereka bersikap dalam menghadapi suatu masalah.

Bagi Sagita, setiap manusia memiliki karakteristik masing-masing yang menjadikan mereka terlihat menarik dan membuat dirinya senang karena bisa bertemu dengan setiap sosok dari mereka.

Sama halnya dengan hari-harinya di sekolah dasar, Sagita tidak dapat menahan perasaannya untuk berlabuh kepada sosok yang menarik perhatiannya, seseorang yang membuatnya merasa senang ketika ia memandang wajahnya dan seseorang yang membuat Sagita tidak mampu membuat pikirannya bekerja dengan baik ketika berhadapan dengannya.

Sagita belum pernah merasakan perasaan ini, perasaan yang meletup-letup seperti ledakan jagung-jagung kecil dan perasaan panik yang hinggap ketika ia berjumpa dengan sosok itu.

Sosok anak laki-laki yang selalu membuat Sagita pusing akan perasaan aneh yang dirinya alami ketika berhadapan dengannya.

Kamasean Sungkara yang dahulu berhasil membuat Sagita sakit kepala karena aroma yang dikeluarkan dari kopiah yang laki-laki itu miliki, kini kembali berhasil membuat Sagita sakit jantung karena menarik anak perempuan itu dalam pusaran perasaan yang baru pertama kali Sagita rasakan.

Sean berhasil membuat Sagita tidak tenang setiap harinya, bingung harus melakukan apa dan tidak bisa bersikap dengan benar ketika berpapasan dengan Sean.

Sean telah menjadi pusat kehidupan Sagita semenjak pertemuan mereka di hari pertama, semenjak Sagita yang dendam karena ulah Sean dengan sepatu futsal atau akibat kopiah Sean yang tidak pernah berhenti datang ke atas meja belajarnya.

Sagita jadi berpikir, apakah mungkin kopiah itu memiliki sesuatu yang membuat Sagita terpikat habis-habisan oleh Sean?

Rasanya begitu membingungkan karena dirinya kacau karena ulah Sean yang bahkan tidak melakukan satupun hal yang berarti kepada Sagita. Tidak ada hal apapun yang Sean lakukan sehingga membuat Sagita tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikit saja dari Sean.

Sean selalu menjadi pusat perhatian Sagita, kemana saja anak laki-laki itu pergi. Ketika anak itu memecahkan kaca jendela dengan bola sepak yang ia mainkan di dalam kelas dan ketika Sean berjalan dengan santai dengan kopiah hitam yang terpasang nyaman di kepalanya.

Semua insan sepertinya harus tahu bahwa Sean adalah pusat dunia Sagita, ketika Sean datang dan masuk ke dalam indra penglihatan milik Sagita, perempuan itu tidak akan berpikir dengan benar dan seluruh pikirannya tertuju kepada Sean, kepada apa yang tengah laki-laki itu lakukan dan apa yang sedang ia senangi.

Sagita bahkan kembali memainkan permainan perang yang sebelumnya sudah ia hapus karena data akunnya yang hilang, Sagita mati-matian bertahan untuk bermain games itu dari awal agar setidaknya bisa berbincang dengan Sean mengenai permainan itu.

Tentang bagaimana dwimanik Sean berbinar ketika Sagita berbicara seputar games peperangan itu dan bagaimana Sean bersemangat dan bertanya-tanya tentang hal apa saja yang harus dilakukan Sagita dalam permainan itu. Sagita terlalu malu hanya untuk memperlihatkan akun games miliknya, levelnya masih berada jauh dari Sean dan base pertahanannya yang masih jauh dari kata sempurna.

Sagita selalu berusaha terlihat baik di depan Sean, seperti bagaimana laki-laki itu berusaha memandang Sagita sebagai sosok yang sangat baik.

"Nih, nyumbang itu kayak Sagita."

Sean membanggakan perbuatan Sagita di depan seluruh siswa di kelasnya, ketika Sagita menyumbangkan uang dengan nominal yang lebih banyak dari biasanya membuat laki-laki itu menerbitkan senyumnya dan mulai membuat orang-orang mual dengan pujian yang ia lontarkan, tentunya kecuali untuk Sagita.

"Makasih, ya Sagitaa."

Sean tersenyum cerah dengan mata yang membentuk bulan sabit membuat Sagita menahan napasnya, kesulitan untuk membalas ucapan Sean dan hanya bisa mengangguk perlahan. Senyuman itu selalu berhasil membuat Sagita ikut tersenyum, Sagita akan tetap menyumbangkan nominal yang sama walaupun ia dalam keadaan sekarat sekali pun.

Tuhan selalu berbaik hati untuk memberikan balasan secara instan ketika Sagita memberikan sedikit hartanya untuk disumbangkan, senyuman manis dari Sean cukup untuk membuat hari-harinya lebih bersemangat dan menjadikan Sagita antusias dalam menjalani kehidupannya di sekolah menengah.

Sean itu persoalan lain, hanya Sean yang bisa membuat Sagita kelimpungan untuk selalu berbuat baik kepada anak laki-laki di kelasnya, Sagita hanya tidak ingin orang-orang tahu bahwa dirinya menyukai Sean, dan hanya Sean yang sebenarnya ingin Sagita perlakukan berbeda. Hanya kepada Sean, Sagita ingin berbuat baik kepada lawan jenisnya dan hanya laki-laki itu yang membuat Sagita kerepotan untuk menutupi perasaannya dengan berlagak ramah dengan siswa laki-laki yang lain di kelas mereka.

Sagita begitu menyukai Sean, sangat menyukainya.

Sagita menyukai dwimanik yang dimiliki laki-laki itu, menyukai hidungnya yang memiliki tulang sedikit tinggi, dan menyukai bibir yang gemar tersenyum kepadanya. Sagita tergila-gila sampai rasanya mau mati.

Sagita Putri Hastari benar-benar menjadi anak yang baik ketika berhadapan dengan Kamasean Sungkara, Sagita yang tidak perlu pura-pura tersenyum atau pura-pura baik hati di hadapan laki-laki itu dengan ramah selalu memberikan senyuman terbaiknya kepada Sean.

Sagita yang tanpa tahu malu bercerita tentang Sean dihadapan Tuhannya dan menceritakan seluruh kesehariannya ketika bertemu dengan Sean. Sagita akhirnya menyadari bahwa perasaan ini sangat berbeda dengan perasaan yang sebelumnya ia rasakan, perasaan jatuh cinta yang begitu mendebarkan dan membuatnya tidak bisa untuk tidak tersenyum ketika sampai di depan gerbang sekolahnya. Perasaan aneh yang baru pertama kali Sagita rasakan ternyata merupakan perasaan jatuh cinta yang sebenarnya, perasaan yang selalu dikatakan orang-orang bahwa akan ada kupu-kupu berterbangan di dalam perut atau perasaan yang membuat anak manusia mampu memahami isi dari dwimanik yang dimiliki oleh pujaan hatinya.

Sagita tidak pernah percaya akan hal itu, bagaimana bisa kita tahu perasaan orang lain melalui matanya dan bagaimana bisa kita tahu ada kupu-kupu yang terbang di dalam perut? sebuah perumpamaan yang sangat aneh dan tidak mungkin terjadi.

Namun, ketika perasaan itu hinggap dalam diri Sagita, anak perempuan itu akhirnya paham, bagaimana perutnya tiba-tiba mulas dan memberikan dorongan hangat ke dalam dadanya yang kemudian memerintahkan bibirnya untuk tersenyum, memberikan sinyal kepada jari-jari tangannya untuk bergetar kecil dan membuat pita suaranya latah hanya untuk mengucapkan sepatah kata. Kupu-kupu itu merasuki jiwa Sagita dan membuat Sagita tidak bisa berperilaku dengan benar, kupu-kupu cinta yang selama ini selalu dibicarakan oleh setiap insan di muka bumi.

Sagita Putri Hastari akhirnya menyadari bahwa Kamasean Sungkara adalah cinta pertamanya, perasaan yang tidak pernah bisa Sagita tahan akhirnya lolos dengan sangat jelas ketika berhadapan dengan Sean.

Ternyata, jatuh cinta memang semenyenangkan itu.

***

maaf yh kalo kalian mual, ini seluruh ungkapan cintaku.

cb disini sp yg pernah perutnya kemasukan kupu-kupu? ayo tunjuk tangan✋.

Sean dan SagitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang