7. Lele Albino

9 1 8
                                    

Sagita kemarin bilang kan? bahwa mereka memiliki tugas kelompok yang harus dikerjakan dalam kurun waktu satu bulan, tetapi kelompok Sagita sudah menyelesaikan tugas itu. Kelompok budi daya ikan konsumsi yang menjadi tugas paling menarik di bulan ini.

Beberapa kelompok yang lain kini sedang sibuk mendiskusikan tentang ikan-ikan itu, ada yang membicarakan perkembangan ikan yang mereka pelihara, ada yang sudah tampak tidak tertarik dalam membicarakan ikannya dan bahkan ada yang belum sama sekali mencari ikan itu. Dalam artian mereka belum mengerjakan tugasnya di minggu terakhir pengumpulan tugas.

Perbuatan yang sangat beresiko itu dilakukan oleh kelompok yang di mana Kamasean Sungkara berada dan tergabung dalam lingkaran itu. Sean yang tampak cuek-cuek saja dan teman-teman kelompok lainnya juga tidak tertarik dengan penugasan yang mereka dapatkan.

Meisha yang akhirnya mengambil inisiatif dalam kelompok mereka datang dengan wajah paniknya kepada Sheila yang sedang duduk di bangkunya dengan menyiku tangan, ia menyandarkan pipinya pada telapak tangan dan memandang Meisha dengan mimik wajah yang santai.

"Sheila, gimana ini kelompok kita?"

Sheila terkekeh kecil sambil mengangkat tangannya ke atas untuk merenggangkan tubuhnya.

"Aduh, gimana yaaa?"

Perempuan itu tampak berpikir dan menatap ke sekeliling kelas mencari sosok yang menjadi satu-satunya laki-laki di kelompoknya. Sean si ketua kelas tengil itu tengah berjalan santai di kelas dan memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman di kelasnya.

"SEAN, IKAN KITA GIMANA LOH?"

Sean menoleh dengan cepat lalu sudut bibirnya terangkat dan memberikan senyuman tengil juga kekehan kecil dari mulutnya.

"Gimana ya, hahaha."

"Lo sih yang beli!"

Laki-laki itu dengan tanpa dosa menyuruh Sheila untuk pergi membeli ikan, hal tersebut tentunya mendapat balasan komentar tidak senang dari Sheila yang sudah berjengit kesal di tempat duduknya.

"Dih, enak aja!"

"Lo aja sana yang beli." singut Sheila dengan jengkel kepada Sean.

"Males."

Sean memutar kedua bola mata yang ia miliki dan juga memutar badannya dengan cuek lalu kembali menyibukkan dirinya tanpa tahu malu, bocah tengil itu kini menghilang dari pintu dan bergabung dengan anak laki-laki lainnya di halaman kelas.

Meisha merengek kecil, dirinya menjadi jengkel dengan teman sekelompoknya sendiri. Sheila juga kini menangkup wajahnya dan kemudian memegang kepalanya dengan kesal.

"Tau ah, pusing!"

Perempuan itu mendengus kesal dan menatap Meisha dengan mimik wajah yang pasrah. "Di deket rumah gue gak ada yang jualan ikan, sha."

Meisha capek sendiri, di pasar dekat rumahnya sih ada yang jualan ikan hias, tapi Meisha tidak punya cukup waktu untuk pergi ke pasar dan bahkan mungkin tidak ada yang mau untuk sekadar mengantarkannya ke tempat dengan penuh keramaian itu.

Perempuan dengan tanda lahir yang tercetak jelas di wajahnya itu memperlihatkan mimik muka yang sama pasrahnya dengan Sheila, mata pelajaran itu akan berlangsung besok dan tugasnya akan dikumpulkan bersamaan di hari itu.

Sagita ada di sana, mendengarkan dengan jelas percakapan mereka dan mengamati setiap sosok yang terlibat dalam percakapan itu. Sekelompok dengan Sean memang hal yang terparah, anak itu tidak mau repot dan tidak mau ambil pusing sehingga membuat teman sekelompoknya sakit kepala.

Perempuan dengan mata segaris itu menyandarkan kepalanya pada telapak tangannya, sikunya bertumpu di meja dan matanya memandangi Meisha dan Sheila yang masih terlibat dalam pembicaraan.

Sean dan SagitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang