part 18
Mark yang sejak beberapa menit lalu menumpukan kepalanya di atas lipatan tangan mendongak, matanya menerawang keluar jendela ruang kerjanya yang sudah kosong, hanya menyisakan meja dan bangku kerja yang sudah di rapihkan sementara semua kariawannya yang hanya beberapa orang sudah pulang sejak sore tadi.
dia menarik nafas lelah dan bersandar di kursi. menatap sendu keseluruhan ruangan. ini adalah gedung kantor yang dia sewa sejak tahun lalu, ketika dia memulai bisnis miliknya sendiri. Mark tahu semua tidak akan berjalan dengan mudah. seharusnya dia sudah menyiapkan segalanya, tapi tetap saja saat tiba-tiba ayahnya mulai bergerak membuat semua hal yang Mark rintis hancur dalam semalam.
perusahaan ayah Mark memberi ultimatum pada semua perusahaan yang bekerja sama dengan Mark agar membatalkan kontrak. dia juga mengajukan gugatan secara perdata kepada putranya itu dengan tuduhan pelanggaran salah satu pasal kontrak kerja yang dulu Mark tanda tangani saat dia mulai bekerja di perusahaan ayahnya.
saat ini Mark benar-benar gusar, semua produk sudah selesai di produksi sementara klien mereka membatalkan kerja sama dan tak mau membeli produk yang mereka pesan. jikapun Mark ingin menjualnya pada pihak lain dia juga mungkin akan mendapat tuntutan hukum karena sudah membuat barang dengan desain yang di buat pihak klien sebelumnya, itu tentu saja membuat perusahaan Mark menderita kerugiaan yang sangat banyak.
suara dering ponsel menyadarkan Mark dari lamunan, dia mengambil benda pipih itu dari atas meja dan tersenyun kecil saat melihat kontak haechan yang terteras disana.
"halo... "
'mark ... kau masih di kantor ?'
"iya ... ada apa ?"
'chenle menunggumu sejak tadi ... kau sudah berjanji untuk menemaninya tidur '
Mark yang baru menyadari kesalahannya langsung memukul kepalanya sendiri dengan kepalan tangan "maaf ... aku akan segera pulang "
'baiklah ... hati-hati ... '
"emmm ..." Mark memutuskan sambungan telponnya lalu membereskan barang di atas meja untuk bersiap pulang. saat ini Mark dan haechan sudah tinggal satu rumah. mereka juga sudah menikah beberapa bulan lalu. Mark tidak menduga jika haechan akan memintanya untuk mengadakan upacara pemberkatan secara sederhana sementara biaya yang sudah Mark siapkan untuk pernikahan mereka malah dia gunakan untuk membeli sebuah rumah yang sedikit lebih luas dari apartemen sebelumnya. itu semua haechan lalukan agar dia bisa membawa sang ibu untuk ikut tinggal bersama mereka dan Mark tentu tidak keberatan dengan hal itu.
*
*
*
*
*
*jaemin tak henti-hentinya menatap sang anak yang saat ini tengah tertidur di dalam box bayi dengan penuh kagum. sesekali menyentuh pipi Gembil putrinya itu dengan telunjuk dan tersenyum haru. jaemin tak ambil pusing dengan semua keanehan yang terjadi. saat dia tidak mengingat apapun tentang kehamilannya dan apapun yang terjadi selama hampir 2 tahun belakangan. saat Jeno membawanya ke psikiater dan mereka mengatakan jika jaemin sempat mengalami babyblues hingga tak mengingat apapun. jaemin hanya percaya begitu saja tanpa merasa curiga sedikitpun.
"na ... " panggil Jeno lembut, membuat perhatian jaemin teralih padanya
"Jen... ini sangat luar biasa ... dia benar-benar anak ku ?! dia sangat cantik..." sahut jaemin dengan antusias kembali menatap putrinya " ini semua nyata bukan ?! dia bayiku ..." tanyanya lagi untuk yang kesekian kali
jeno tersenyum, ikut merasa senang atas kebahagiaan jaemin "dia sangat mirip dengan mu ... tapi kau masih saja merasa ragu ... "
"aku sangat senang hingga tidak bisa mempercayainya "
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]nomin | markhyuck | different things |
FanficMark to haechan "akan aku tunjukan padamu ... bagaimana caraku bersenang-senang dan memanfaatkan tubuhmu dengan baik " jaemin to Jeno "jika kau menyukai wanita ... kau tidak perlu mengencani ku ... kita adalah sepasang kekasih yang hidup tidak lebih...