part 21

889 63 3
                                    

part 21













malam hari ini jaemin dan Ji Eun begitu sibuk menenangkan Arin yang tidak mau berhenti menangis sejak petang. mereka sudah melakukan segala cara untuk membuat balita itu tenang namun semua tetap sia-sia. meski jaemin dan Ji Eun sudah bergantian menggendongnya dan memberi anak itu susu, Arin tetap menangis.



"tuan muda ... " panggil ji Eun pada jaemin yang masih sibuk menggendong Arin yang menangis dan tak mau diam.



"kenapa ??? ji eun-ah menurut mu ... apa Arin tidak enak badan ?! tapi suhu tubuhnya terasa normal..."



ji Eun menggeleng pelan "sepertinya ... nona Arin ... " ujar ji Eun menggantungkan kalimatnya karena ragu.



"ada apa ?"



"nona Arin ... sepertinya merasa asing dengan kamar ini ... juga ... nona Arin ... terbiasa tidur bersama tuan Jeno.... " jelas ji Eun, dia mencoba untuk menyadarkan jaemin jika Arin mungkin saja merindukan Jeno dengan kalimat yang tidak terlalu kentara.



jaemin yang masih sibuk menenangkan Arin yang menangis kencang hanya diam. dia tentu membenci ini, dan mencoba untuk mengingkari kenyataan bahwa Arin merindukan Jeno. bagaimanapun juga Jeno sudah membesarkan Arin sejak dia lahir dan membuat ikatan batin tersendiri di antara keduanya.



"buatkan susu lagi... Arin pasti kehausan karena terus menangis " titah jaemin mengalihkan topik pembicaraan.



"baik tuan muda ... "



pada akhirnya setelah beberapa jam berlalu, Arin yang kelelahan menangis bisa tidur dengan pulas, membuat jaemin bisa bernafas lega. setelah dia berhasil menidurkan Arin di atas kasur, jaeminpun mengatakan pada ji Eun untuk segera istirahat di kamarnya, meninggalkan dirinya sendiri di sana. mata jaemin bergulir menyapu seluruh ruangan kamar yang begitu megah. jangankan Arin, jaemin sendiri masih merasa asing dengan kamar yang dia tempati. jaemin bahkan baru tinggal di rumah itu dan tinggal satu kamar dengan jaehyun beberapa bulan sebelum jaehyun meninggal.



perlahan jaemin berdiri, berjalan menuju meja rias dan mendudukan dirinya di sana. tangannya menyusuri segala benda yang ada di atas meja itu dengan telunjuknya hingga dia menemukan kotak perhiasan berwarna biru tua.



nafas jaemin tercekat ketika dia membuka kotak perhiasan tadi dan menemukan cincin pernikahan yang jaehyun berikan padanya ada di dalam sana.



jaemin benar-benar menyesali banyak hal. dia baru saja menyadari jika selama ini dia dan jaehyun bahkan tidak pernah memiliki foto pernikahan ataupun foto bersama yang di pajang di rumah mereka.



bibir merah muda jaemin mulai terisak dengan dalam ketika rasa sakit mulai terasa menusuk jantungnya. rasa bersalah menyeruak begitu besar ketika dia mengingat semua yang terjadi pada mendiang suaminya itu. seandainya dulu jaehyun tidak pernah menolongnya, mungkin jaehyun tidak akan pernah terlibat masalah dengan ayah jeno dan memiliki akhir hidup yang tragis. jaemin benar-benar menyesal ketika dia menyadari bahwa selama mereka hidup bersama, jaemin bahkan tidak pernah sekalipun melakukan sesuatu untuk membahagiakan jaehyun di sisa hidupnya.



jaemin membekap mulutnya dengan kuat berharap suara tangisnya tidak akan terdengar dan mengganggu tidur Arin "mma...maaf...." lirih jaemin terbata menggenggam erat cincin itu di tangannya "maafkan aku... Hyung..." sesalnya begitu dalam. jaemin benar-benar merasa bersalah pada jaehyun, jaemin merasa jika dirinyalah penyebab semua hal buruk yang menimpa mendiang suaminya itu.




*
*
*
*
*


"haechan !!"


"kau tidak memberi tahu ibumu jika kau di rawat di rumah sakit ?" tanya haechan mendudukan dirinya di kursi yang ada di samping ranjang Jeno.


[END]nomin | markhyuck | different things |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang