Awass typo!!
2 bulan berlalu, kehidupan Ziana telah kembali normal seperti sebelumnya.
Sang Daddy juga semakin sibuk dengan pekerjaannya. Awalnya Zio masih tak ingin kembali menyibukan diri dengan segala urusan pekerjaan.
Namun, karna tuntutan pekerjaanlah yang memang mengharuskannya untuk kembali ke perusahaan.
Bagaimanapun tak semua urusan perusahaan dapat di wakilkan sang tangan kanannya, zero.
Belum lagi zero mendapatkan tugas yang lumayan penting darinya. Yaitu mencari Justin di new Zealand dan juga membujuknya pulang. Karna Justin hanya akan mendengarkan ucapan dirinya, Jackson dan juga zero.
Sudah hampir dua bulan ini zero belum juga menemukan posisi Justin. Yah, mau bagaimana lagi? seorang peretas kelas atas sepertinya tak akan mungkin berkeliling dunia menggunakan identitas asli, pastinya seorang Justin telah menyiapkan puluhan identitas selama penjelajahannya. Karna itulah keberadaannya tak dapat di ketahui.
Namun setidaknya mereka tau negara spesifik tempat Justin menetap saat ini.
Karna itulah Zio semakin di sibukkan dengan urusan pekerjaan, karna bagaimanapun tak ada zero yang membantunya. Seluruh pekerjaannya hanya di bantu oleh sekertaris kedua dibawah zero.
Zia pun tak masalah karna waktu Daddynya tak sebanyak dulu. Bagaimanapun jiwanya adalah seorang gadis dewasa.
Zia juga semakin menyibukan dirinya dengan segala les miliknya dan juga home schoolingnya.
Terkadang akan bermain bersama para saudaranya jika mereka memiliki waktu senggang.
Namun bagaimanapun waktu senggang Yang anak-anak konglomerat ini miliki, tak seperti anak-anak pada umumnya. Jadi mereka juga tak setiap hari bertemu.
Namun, komunikasi mereka di telepon selalu terjaga.
Zia hanya selalu di dampingi Bastian di sampingnya, kemanapun dirinya pergi maka Bastian akan selalu ada.
Tak masalah, Zia juga tau keamanannya perlu di perhatikan. Ia tak ingin merepotkan orang lain dengan drama 'privasinya terusik'. Hal itu hanya akan semakin menyulitkan mereka dari kemarahan sang Daddy jika sampai terjadi apa-apa padanya.
Siang ini Zia sedang bersantai di kamar miliknya. Duduk di sofa singlenya dengan televisi yang menyala.
Kesampingkan dulu segala jadwal kegiatannya, toh mau ia membolos setiap hari juga tak akan menjadi Masalah, justru Daddynya itu pasti akan merasa senang jika putrinya lebih memilih bermain dan bersantai daripada melakukan jadwal kegiatannya yang sangat padat.
"Ohooo!!! Tampan sekali" ucapnya saat melihat idol-idol tampan di televisi.
Matanya berbinar menyala-nyala saat melihat pria-pria tampan itu.
Bastian hanya mendesah lelah melihat kelakuan majikan kecilnya itu.
Namun mau bagaimana lagi. Hal yang wajar bagi anak seusianya menyukai keindahan-keindahan seperti itu, pikirnya.
"Paman Tian lihatlah, bukankah mereka tampan? Ya tak heran, untuk menjadi seorang idol pastinya selain bakat mereka juga pasti tampan" ucapnya dengan riang.
Bastian hanya dapat menganggukan kepalanya sambil berdiri di sisi sofa nona kecilnya itu.
"Mereka memang tampan. Tapi jika di Eropa, Aziel, Samuel,Jordan juga pastinya akan sangat tampan saat dewasa nanti. Hihihi. Jangan tanyakan Alex, sudah pasti anak itu akan tumbuh dengan sangat menggemaskan hehehehe" tawanya tengil.
Bastian hanya terkekeh mendengar ucapan nonanya itu. Terkadang ia dibuat kagum akan kedewasaan nonanya, namun tak jarang ia juga menyukai sisi kekanak-kanakan nonanya ini, seperti saat ini contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziana Second Life
Fiksi RemajaFollow dulu sebelum membaca!! Xixixixi :3 Ziana, seorang anak yatim piatu yang seumur hidupnya di sibukkan hanya untuk mencari nafkah. memenuhi kebutuhan hidup dan makan sehari-hari. bukannya menghadap sang tuhan setelah tanpa sengaja terhantam ba...