🍄 DELAPAN 🍄

55 4 0
                                    

Hallo yoreoubun!!
Typo bertebaran, mohon koreksi.
Vomen nya janlup!

***

Tasya kini berjalan menuju ke rumah Jendral

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tasya kini berjalan menuju ke rumah Jendral. Tadi, dia sempat pesan gojek. Namun lokasi yang ia tunjukkan pada sang gojek hanya sampai depan komplek perumahan Jendral. Jadinya, ia harus berjalan lagi untuk sampai ke tujuan.

Tak perlu menunggu lama, akhirnya Gadis itu sampai di depan rumah Jendral. Ia pun membuka gerbang yang cukup besar itu. Setelah masuk kedalam pekarangan rumah tersebut, Tasya pun memencet bel yang berada di dekat pintu berwarna putih itu.

Selang beberapa saat, pintu terbuka dari dalam. Menampakkan Bi Ina yang sedang memegang sapu. Wanita itu tersenyum ramah dan di balas dengan hal yang sama oleh Tasya. "Masuk, Nak." Pinta Bi Ina memberi celah untuk Gadis itu masuk.

Tasya mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam rumah besar itu. Gadis itu berbalik ke arah Bi Ina. "Mama-Papa nya Jendral udah pergi, Bi?" tanyanya.

Bi Ina mengangguk kecil sebagai jawaban. Tasya menghela nafas pelan. "Kalau gitu, saya ke Jendral dulu ya, Bi." Pesan nya dan Bi Ina mengangguk samar.

Gadis itu kemudian berbalik lagi dan berjalan menuju ke lantai atas yang tak lain dan tak bukan adalah kamar Jendral.

Setelah sampai di depan kamar tersebut, Tasya menarik gagang pintu lalu membuka pintu itu dengan perlahan.

"Siapa?" tanya Jendral yang sedang menggenggam buku braille nya.

Tasya pun berjalan kemudian duduk di hadapan Lelaki itu. "Tasya." jawab nya.

Jendral mengerutkan keningnya nya, "Ana?" tanyanya memastikan dan diangguki oleh Gadis itu walaupun ia tak dilihat sama sekali. "Iya."

Jendral mengangguk paham kemudian kembali meraba buku braille nya. Tasya memandang wajah tampan Lelaki yang ada dihadapannya kemudian beralih ke tulisan yang sedang diraba sang empu. "Artinya apa?" lontar nya.

Jendral terdiam beberapa saat, setelah itu ia kembali membuka suara. "Pengen tau?"

Lagi-lagi Tasya mengangguk samar dengan percuma. "Iya."

"Bentar," ucap nya kemudian meraba kembali tulisan braille tersebut. Selang beberapa saat, akhirnya Lelaki itu berhenti meraba lalu menghadap ke depan. "Sistematika." Jawab nya.

Perlahan kening Tasya mengerut. "Buku nya tentang apa emang?" tanya nya kembali. "Pelajaran." Tukas Jendral.

Tasya mengangguk samar.

"Buku ini, pengganti buat kehidupan belajar gue selama berhenti sekolah." Lanjut Lelaki itu.

"Lo kenapa gak homeschooling aja?"

"Gue gak mau,"

"Kenapa?"

"Hm... gue punya trauma."

ARINDAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang