luluh berujung lirih

50 4 0
                                    


Menentang luluh, meski yang tersisa hanya lirih...


*


"Cukup! Ini salahku!" suaraku meninggi.

Mayang langsung berhenti saat aku membentangkan kedua tangan menghadangnya. Sedangkan Via melotot tak percaya melihat aku yang begitu berani, dan mengeluarkan suara yang begitu lantang.

"Nih, tampar aja, kalau itu membuat kamu puas!"

Mayang napasnya berat, mengangkat sebelah tangannya ingin mendaratkan sebuah hadiah panas.

"Kamuuuu!" Mayang menurunkan sebelah tangannya.

Semua murid yang ada di kelas kini memperhatikan seksama, membuatku melangkah keluar kelas. Tapi, sepertinya ini tindakan yang berpikir dangkal, lari dari masalah.

Seharusnya, aku tidak ikut lepas kontrol untuk meninggalkan keributan. Kini aku hanya merutuki kesalahan karena sekarang bingung mau kembali ke kelas langkah ini berat seperti terikat rantai malu. Tapi, melanjutkan langkah yang entah mau ke mana.

"Bunga?"

Suara itu membuat langkah berhenti, dan menoleh. Ternyata ada cowok yang sedang mendekat ke arahku. Sungguh tak menyangka Angga menghentikan langkahku.

"Tumben bolos?" katanya. Dia sudah berada di hadapanku. Kami saling hadap dan saling melempar tatap.

"Bolos?" heranku melempar pandang ke samping.

Angga tersenyum tipis. Tangannya terulur ke puncak kepalaku dan mengusap lembut. "Tak biasa ... kamu lagi ada masalah?"

Aku tertegun. Reflek mundur selangkah. Membuat tangannya menjauh dari kepala.

"Eh, jangan asal pegang!" tegurku.

"Maap, kamu kenapa?"

Aku menggeleng cepat. "Gapapa."

"Mau bolos bersama?" tawarnya.

"Iih, siapa yang bolos."

"Lah ini kamu keluar saat jam pelajaran?" tanyanya yang membuatku males ngeladenin dan melangkah yang entah ke mana.

"Di situ ada satpam, nanti ketahuan masuk BK, mampus!"

Jelas saja, kalimat itu membuat aku menoleh. Baru tersadar jika ini masih jam pelajaran.

"D-duh, gimana nih," intonasi suaraku sudah tidak baik.

"Yuks ikut aku aja," tawarnya.

"Ke mana?"

"Kantin, cari makan," ucapnya membuat wajahku berekspresi datar.

"Gilak! Mau di liat sama anak-anak yang bolos juga?"

Koridor tempat kami berdiri memang masih sepi, karena jam pelajaran masih berlangsung.

"Iya enggak ke kantinlah! Ayo!"

"Ya udah." Aku mengalah saat tangan ditarik olehnya.

Kepompong [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang