11. Ini Soal Perasaan

1.4K 117 35
                                    








📓









Jika sudah musim ujian, perpustakaan pusat maupun daerah sangat banyak sekali diminati oleh para siswa/i yang menghabisakan waktunya dengan beberapa tumpuk buku soal yang sangat tebal, dari pagi buta hingga malam gelap tiba, termasuk Canda.

Canda sedang merapihkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas ransel berwarna abu miliknya. Kini sudah jam 8 malam dan ia harus segera pulang. Canda seringkali menghabiskan waktu libur sekolahnya di perpustakaan pusat kota, mengisi waktu luang dengan membaca buku kedokteran dan sesekali mengisi beberapa soal tes masuk perguruan tinggi.

Setelah rasanya Canda sudah merapihkan barang miliknya, ia segera bergegas menuruni tangga menuju tempat parkir sepeda yang telah perpustakaan itu sediakan. Dengan perlahan Canda mengayuhkan sepedahnya membelah jalanan kota yang sangat ramai dan terasa sedikit dingin, untung saja Canda mengenakan baju hangat jadi tubuhnya tetap terasa nyaman. 

Tepat di persimpangan jalan raya dengan jalan kecil, Canda membelokan sepedahnya ke jalanan kecil yang berada tepat di sebelah kanannya, setelah Canda memasuki jalan kecil itu, ia memicingkan matanya dan menangkap seseorang yang tengah berjalan sendirian di sana menuju ke arahnya, namun kepalanya tertunduk.




Tiba-tiba saja




"Elvano?"

"Can..da"




Disinilah mereka berdua, di salah satu mini market yang menjajahkan makanan instan. Canda mengajak Elvano untuk menyantap ramen instan tak jauh dari tempat pertama mereka bertemu. Suasananya sungguh dingin, bukan karena suhu udara, namun memang Canda dan Elvano tidak ada percakapan sama sekali, mereka seperti sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga Canda membuyarkan lamunan Elvano.


"Gue gatau lo masih denial atau nggak soal perasaan lo, tapi gue gak peduli.." Canda membuka percakapannya dengan Elvano, namun percakapan ini bukanlah percakapan santai.

"Gue sayang sama Nana," lanjutnya, Canda melihat Elvano yang masih terdiam seraya mengaduk-aduk kuah ramen instanya, "dan gue harap, lo gak bikin Nana sakit hati lagi, Elvano."

"...."

"Sebelum ujian kenaikan kelas nanti, gua mau nyatai perasaan gue sama Nana"

"Lo ngerti kan apa yang gue omongin El?"



El masih saja tidak menjawab ataupun menanggapi sedikitpun percakapan yang Canda mulai dengan dirinya, El masih saja sibuk dengan pikirannya, kenapa dia memberi taunya? Apa untungnya bagi dirinya? Apakah Canda hanya ingin pamer saja? Huh! Membuatnya sangat muak. Hatinya sudah mendidih kala Canda berbicara tentang Nathan, apapun yang keluar dari mulut Canda tentang Nathan membuat Elvano seketika tak suka. Apa ini yang Barra bilang bahwa dia sebenarnya cemburu?

Masih tak ada tanggapan dari seseorang yang diajaknya berbincang, akhirnya Canda menghabiskan minumannya dan mengambil tas miliknya, lalu ia pergi meninggalkan Elvano sendiri disana. Jujur saja, Canda sedikit kecewa dengan reaksi yang Elvano berikan padanya. Sesungguhnya Canda mengharapkan Elvano sedikit saja terlihat peduli pada Nana, namun nyatanya? Setelah gertakan yang ia berikan pada Elvano, tidak ada reaksi cemburu ataupun tertarik sedikitpun. Apa memang Elvano sudah tidak ingin lagi ada Nana di hidupnya? Jika memang begitu adanya, mudah baginya untuk mendekati Nana lebih jauh dan merealisasikan ungkapan sayangnya pada Nana suatu hari nanti.





Tes..


Tes...




Air mata itu menetes dari pelupuk mata sayu milik El. Kali ini dirinya benar-benar menyalahkan ke egoisannya, El merasa sangat terlambat untuk melangkah. Memang ini hanya sekedar perasaan anak remaja yang mungkin jika ia beranjak dewasa semuanya akan berubah, namun tidak bagi El, menurutnya Nathan adalah seseorang yang bisa menerimanya tanpa iming-iming dia pintar dan dapat di permainkan, malah sebaliknya, El lah yang mempermainkan Nathan.

CRUSH | minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang