Chapter 3

583 70 0
                                    

Pagi itu Anne, Marlene, dan Blue baru saja menyelesaikan sarapan pagi mereka di ruang makan. Blue dengan senang membereskan peralatan makan kotor dari atas meja dengan sihirnya. Suasana hatinya berubah bahagia ketika hubungan Marlene dan Anne terlihat membaik sejak perjalanan terakhir mereka ke Godric's Hollow.

"Teh dan pai stroberi untuk Nyonya dan Miss Anne," kata Blue yang baru saja menyajikan teh susu masing-masing untuk Marlene dan Anne, dan seloyang penuh pai stroberi yang masih hangat.

"Terima kasih, Blue," kata Anne yang langsung memotong pai stroberi kesukaannya dan melahapnya. "Oh... in—hi y—hang terbha—ik," lanjutnya dengan mulut yang penuh.

Marlene tertawa melihat Anne. "Aku tidak pernah bisa memahami obsesimu dengan pai stroberi kalau kau bukan anak Lily. Kalian sudah benar seperti pinang dibelah dua."

Seketika Anne melotot. "Benarkah?"

"Ibumu tidak pernah melewatkan pai stroberi sebagai hidangan penutupnya di Hogwarts dulu. Kau harus tahu bagaimana ayahmu selalu meletakkan sepotong pai stroberi tiap kali ibumu selesai memakan makanan utamanya. James mencintai Lily segila itu," kata Marlene sambil tersenyum geli. Ia lalu menyeruput tehnya.

Anne tersenyum takjub. "Aw... itu manis."

Marlene sedikit meringis. "Sedikit menjijikkan sih buatku, tapi yah... itu James dan Lily."

Anne kembali melahap sepotong demi sepotong pai stroberinya sambil mencoba membayangkan kehidupan kedua orang tuanya di Hogwarts dulu. Di dalam kepalanya, ia membayangkan James dan Lily yang bersikap manis satu sama lain, James yang menyodorkan sepotong pai stroberi untuk Lily, tapi sayangnya semua itu terasa aneh baginya.

Kalau dipikir-pikir, mungkin itu karena Anne belum mengerti apa itu cinta. Yah, memangnya apa sih yang diharapkan dari anak gadis yang baru akan berusia dua belas tahun? Bagaimana mungkin Anne sudah tahu apa yang dimaksud dengan cinta yang sesungguhnya sehingga ia langsung dengan mudah membayangkan kedua orang tuanya yang saling mencintai? Dirinya sendiri bahkan belum pernah jatuh cinta.

"Blue? Bisakah kau menyalakan radionya?" kata Marlene sambil ikut mengambil sepotong pai untuk dirinya sendiri. "Tolong putar di kanal Jaringan Radio Sihir. Mereka biasanya memutar lagu-lagu bagus di pagi hari—oh! Tolong sekalian juga ambilkan surat-surat yang kusimpan di lemari sebelahnya."

"Tentu, Nyonya!" pekik Blue riang sebelum pergi ke ruang tengah dan menyalakan radio dengan sihirnya. Seketika terdengar suara ramah yang membahana di seluruh penjuru rumah.

"Selamat pagi, Warga Sihir! Ini tayangan Jaringan Radio Sihir untuk akhir pekan Anda. Kami punya permintaan khusus dari Mrs. Thames yang tinggal di Cheshire untuk memutar satu album penuh Celestina Warbeck yang paling populer. Kalau begitu, tanpa menunggu lama, Kuali Asmara oleh Celestina Warbeck untuk Mrs. Thames dari Cheshire. Selamat mendengarkan!"

Marlene tertawa sambil mengelap mulutnya dengan serbet. "Astaga. Aku tidak menyangka Mrs. Thames masih menyukai Celestina Warbeck. Usahanya meminta Jaringan Radio Sihir memutar satu albumnya boleh juga," kata Marlene geli.

Saat lagu kuno yang berjudul 'Kuali Asmara' itu mulai mengalun, Anne meringis miris. "Er... ini kedengarannya tua sekali," katanya. "Apa kau juga dulu menyukai lagu ini?"

"Oh, Anne. Lagu ini populer sebelum aku masuk ke Hogwarts. Tentu saja ini sudah sangat ketinggalan zaman," kata Marlene. "Dulu aku lebih sering mendengarkan lagu Muggle. Yah, itu karena menurutku dan teman-temanku lagu Muggle yang dirilis saat itu jauh lebih keren."

Blue kembali dari ruang tengah dengan setumpuk surat yang belum dibaca dan langsung menyerahkannya pada Marlene. Sambil bersenandung, Marlene membaca beberapa tulisan di amplop surat itu sebelum menyodorkan tujuh diantaranya pada Anne.

THE KEEPER (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang