"Annie... ini bukan sebuah perpisahan..."
.
"Suatu hari nanti... suatu saat nanti... aku akan kembali padamu..."
.
"Aku akan selalu melindungimu, Anastasia..."
.
"Mama menyayangimu. Selalu..."
.
.
Anne tersentak bangun dari tidurnya dan mendapati sekelilingnya terlihat gelap karena kelambu. Setelah dua minggu lamanya ia tak bermimpi tentang ibunya, ia tak menyangka bahwa mimpi itu dialaminya lagi dengan kata-kata yang sama persis seperti sebelumnya.
Ia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah yang sebenarnya dilihatnya itu hanya sebuah mimpi? Ataukah itu memang benar-benar terjadi?
Tak ingin paginya dibebani dengan pikiran yang berat, Anne memutuskan untuk turun dari ranjangnya, menggulung kelambunya, lalu pergi untuk membersihkan diri.
Tahun keduanya di Hogwarts dimulai hari itu. Seperti biasa, ia adalah orang pertama yang bangun lebih dulu dibanding keempat teman sekamarnya. Ia menghabiskan waktu dengan berlama-lama di bathtub, merendam tubuhnya di air hangat sambil menenangkan diri, sebelum bersiap mengenakan jubah sekolah dan keluar dari Menara Gryffindor.
Matahari belum meninggi. Bahkan Nyonya Gemuk—lukisan penjaga Menara Gryffindor—yang masih setengah tertidur hanya berkata 'Oh, kau sudah bangun' ketika Anne keluar melewatinya karena tahu hanya Anne satu-satunya anak Gryffindor yang selalu bangun pagi.
Anne berjalan lambat-lambat sambil menikmati kastil yang telah menjadi rumahnya sejak tahun lalu. Angin musim panas yang mulai berubah menjadi musim gugur sepoi-sepoi menerpa rambut merah panjangnya yang terurai indah. Belum pernah ada seorangpun di kastil itu yang sudah berlalu-lalang sepertinya di waktu sepagi itu. Tapi ketika Anne sedang menikmati pemandangan taman belakang kastil, tiba-tiba seseorang bicara padanya.
"Selamat pagi, Anastasia."
Anne berjengit kaget dan mendapati Dumbledore berdiri di sampingnya dengan jubah perak panjangnya. Seketika Anne langsung melihat sekelilingnya. Ia tidak tahu bagaimana penyihir tua itu tiba-tiba bisa berada di dekatnya. Padahal ia yakin sekali, sampai beberapa detik yang lalu, tidak ada orang selain dirinya di bagian kastil itu.
"Profesor? Bagai—bagaimana Anda..." kata Anne tergagap.
"Maaf mengganggu waktu pagimu, Anastasia. Aku tahu kau selalu bangun pagi-pagi sekali. Aku memang sengaja datang kemari karena aku berharap bisa bertemu denganmu," kata Dumbledore.
"Anda datang darimana, Sir?" tanya Anne yang masih menoleh ke kanan-kirinya.
"Oh. Aku berjalan di belakangmu sejak kau belok ke selasar ini."
Anne mengerutkan dahinya. Entah mengapa ia tidak bisa memercayai itu.
"Awal bulan September selalu jadi favoritku. Aku senang melihat murid-muridku merasa seperti kembali pulang ke rumah. Itulah yang kuharapkan sejak aku menerima pekerjaan sebagai kepala sekolah. Kuharap semua muridku merasa bahagia selama berada di Hogwarts," kata Dumbledore sambil tersenyum lembut pada Anne.
"Saya pun begitu, Sir."
"Oh, benarkah?" Dumbledore menaikkan sebelah alisnya. Ia lalu tertawa lirih. "Aku boleh berusia lebih dari seratus tahun, Anastasia. Tapi bukan berarti aku tidak bisa mengerti perasaan anak muda sepertimu."
Anne terdiam sejenak. Sekarang ia benar-benar yakin jika Dumbledore memang bisa membaca pikirannya. Kelihatannya tidak ada gunanya juga berbohong di depan penyihir tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KEEPER (Harry Potter Fanfiction)
FanficTHE KEEPER (Harry Potter Fanfiction | Bahasa Indonesia) "Hogwarts adalah tempat seharusnya kau berada." Anastasia (Anne) memulai perjalanannya menyelami dunia sihir melalui Hogwarts. Sekolah sihir itu menjadi tempat pertamanya mengungkap rahasia ten...