BOOK THREE | Chapter 1

461 64 15
                                    

"Jadi Annie... perkenalkan, ini suamiku. Sirius Black."

Mendengar nama buronan nomor satu Kementrian Sihir itu disebut lagi, Blue kembali bergidik ngeri. Peri-rumah itu masih menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya berkat perintah Marlene. Tapi tak lama lagi ia pasti akan jatuh pingsan kalau majikannya itu tak segera memerintahkannya untuk keluar dari ruang tengah.

Marlene menghela napas. "Blue, bawa koper dan kandang Oscar ke kamar Annie, lalu siapkan makan malam untuk kami."

Tanpa menunggu, peri-rumah itu langsung lenyap dari pandangan bersama koper dan kandang kosong Oscar dengan bunyi 'Tar!' nyaring.

"Kelihatannya aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki penampilanmu agar kau terlihat sedikit manusiawi. Kau membuat peri-rumahku ketakutan. Itu bukan pertanda baik," kata Marlene pada Sirius yang berdiri di sampingnya dengan tubuh jangkung yang kurus kering. Pria itu tampaknya sudah membersihkan diri. Bahkan ia telah mengganti jubah lusuh yang dikenakannya selama ia berada di Azkaban dengan satu set kemeja putih dan celana hitam bersih. Kini Anne bisa melihatnya sebagai pendamping pengantin pria yang ada di foto pernikahan kedua orang tuanya.

"Kau mau aku menata rambutku seperti para pria di majalah gosip Witch Weekly yang sering kau baca?" tanya Sirius sambil mengelus jenggotnya yang kini telah dipangkas rapi.

"Mm... tidak." Marlene menatap Sirius dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Mereka jauh lebih seksi darimu. Mereka punya otot dan kulit eksotis, dan yang kau punya hanyalah tulang dan kulit."

"Hei! Kalau model-model itu juga mendekam di Azkaban, mereka juga bakal terlihat seperti gembel," protes Sirius. "Kau seharusnya membandingkanku dengan semua narapidana di Azkaban. Setelah itu kau akan sadar bahwa aku tetap yang paling tampan."

Marlene menghela napas lagi. "Yah... biar kupikirkan caranya nanti."

"Kuharap seleramu terhadap pria masih sebagus dulu," kata Sirius, lalu menoleh pada Anne dan tersenyum. "Halo, Prongslet. Senang bertemu denganmu lagi."

Anne mengerutkan alis. "Prongslet?"

Sirius mengedikkan bahu. "Yeah. Prongslet... sebutan untuk anak Prongs," katanya enteng. "Aku memang yang paling jenius soal memilih nama. Aku bahkan sudah memikirkannya sejak aku melihatmu di Hutan Terlarang. Kurasa nama itu cocok untukmu. Jadi mulai sekarang kau akan kupanggil Prongslet."

Marlene menatap Anne sambil meringis miris. "Mengejutkan, ya? Kuharap kau bisa agak sedikit memakluminya. Pria ini tidak pernah bersosialisasi dengan baik selama dua belas tahun," katanya pada Anne.

Sirius mendesah lelah. "Yah, apa boleh buat? Pilihannya hanya ada dua. Bicara pada tembok sel, atau Dementor. Kau tahu apa yang terjadi kalau kau bicara pada Dementor, kan?"

"Tapi ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa sampai disini?" tanya Anne pada Sirius.

"Dengan tungganganku yang keren itu." Sirius menunjuk ke luar rumah dengan dagunya. "Singkat cerita, aku mengenali burung hantumu. Saat itu aku sedang dalam persembunyian bersama Si Hippogriff di sekitar Hogsmeade. Aku langsung mengikuti kemana perginya burung hantumu karena firasatku mengatakan bahwa dia sedang membawa suratmu pada Marlene. Dan ternyata aku benar."

"Oh, ya? Lalu bagaimana reaksinya?" tanya Anne sambil menunjuk ke arah Marlene.

Sirius memutar bola matanya. "Mengerikan...," katanya dengan suara yang dibuat-buat.

Marlene langsung melipat kedua tangannya di depan dada. "Menurutmu aku harus bagaimana?" katanya pada Sirius dengan ketus. "Aku baru saja pulang dari Kementrian Sihir, melakukan korespondensi sepanjang hari dengan Menteri Sihir Prancis membahas soal dirimu yang masih berada dalam daftar teratas buronan berbahaya yang harus segera ditemukan, lalu pulang dan tiba-tiba melihatmu berdiri di hadapanku setelah dua belas tahun lamanya sambil menunggangi Hippogriff."

THE KEEPER (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang