19. Dark Cakra

76 8 1
                                    

Terlarang untuk menikah dan bertepuk sebelah tangan.  Dua kombinasi yang seharusnya cukup untuk membuat Cakra mematikan perasaannya.

Nyatanya, dia tidak bisa.  Perasaan itu malah semakin bertumbuh dari waktu ke waktu.

Meskipun pada awalnya, Cakra tidak menyadarinya, terkamuflase oleh peran sebagai seorang kakak yang telah disematkan kepadanya sejak kecil.

Namun tanpa disadari, sebagian besar waktu di masa remajanya hanya dihabiskan untuk tiga hal: bersekolah, nge-band, dan mengamati perjalanan cinta Maisarah.

*

Saat SD, dia tidak mengkhawatirkan apa pun.   Meskipun Maisa dan dirinya bersekolah di tempat berbeda, mereka bertemu hampir setiap hari di rumah.  Cakra hanya menginap di rumah ayahnya saat akhir minggu saja.

Maisa bersekolah di SD khusus putri.  Tidak ada murid lelaki di sekolahnya.  Cakra mengenal semua teman dekatnya yang sering bermain ke rumah, dan bahkan ikut memanggilnya 'Kak Caca'.

"Suruh teman-temanmu berhenti memanggilku dengan nama itu, Sa, atau ..." teriak Cakra. Dia baru saja berpapasan dengan Bella yang menyapanya di tangga, dengan dandanannya yang tidak masuk akal.

"Atau apa?" kata Maisa, yang  tiba-tiba saja muncul di depannya.  

Dandanannya tak kalah anehnya.  Cakra semakin terkejut,  ada empat orang lagi di belakangnya. Semuanya memakai riasan, membawa payung di tengah rumah, dan menghias gagangnya dengan pita berwarna-warni.

"Atau apa? Atau Kak Caca mau aku tempeli glitter ini di pipi biar menjadi berkilau juga." Maisa menyodorkan telapak tangannya yang penuh glitter ke pipi Cakra sambil tertawa.

Cakra spontan menepisnya dan menyelamatkan diri dengan cepat.   Dia menutup pintu kamarnya dengan bergidik.  Masih terdengar tawa riang dan percakapan mereka menggosipkan dirinya.

"Kak Caca lucu, ya," kata seseorang.

"Sa, bolehkah Kak Caca menjadi pacarku?" tanya Bella.

Cakra urung membuka seragamnya dan menempelkan telinga dari balik pintu.

"Tidak boleh," jawab Maisa.

"Kenapa? Apa dia sudah punya pacar?"

"Iya sudah."

"Siapa?" 

"Aku.  Sekarang ini, Kak Caca adalah pacarku."

Cakra terkekeh, sambil manggut-manggut.  Hatinya senang.

*

Saat Cakra SMP, sekolah mereka berdekatan, saling berdempet antara tembok belakang dan samping. Jadi, Cakra dapat mengintip ke dalam sekolah Maisa, jika dia memanjat tembok belakang sekolah di dekat toilet siswa dan gudang sekolahnya.

Sebenarnya, Cakra tidak mau melakukan itu. Namun, kebiasaan siswa SMP mengintip murid-murid di SD putri itu, rupanya sudah berlangsung sejak lama.  Dia mulai mengkhawatirkan Maisa.

Kakak kelas Cakra sering mengincar gadis-gadis kelas lima SD untuk dijadikan sebagai pacar atau sekadar bahan taruhan. Hanya kelas lima, karena hanya deretan kelas itu yang terlihat jelas dari balik tembok perbatasan sekolah mereka.

Banyak juga yang tergoda.  Gadis-gadis kelas lima itu mendekat ke tembok untuk membalas sapaan atau surat cinta yang dilemparkan padanya.  Akhirnya, tembok belakang itu semakin bertambah fungsinya, menjadi ajang berpacaran lintas jenjang.

Saat Maisa kelas lima, Cakra baru kelas satu SMP.  Dia masih termasuk anak baru yang jika ingin merambah ke tembok belakang, harus dengan seizin penguasa wilayah itu, yaitu para kakak kelasnya. 

Relung Cakrawala (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang