16

1.1K 193 26
                                    

"Jikalau hadirnya senja sama seperti mu, bukankah lebih baik aku tak bertemu dengan mu?"

_______________________________________

Masih sama, tetap di tempat dimana Chika membeli gado gado yang merupakan salah satu makanan kesukaan nya, sedikit cerita dulu papa nya selalu membelikan gado-gado sepulang dari kantor. Alasan Chika lama tak membeli makanan itu karna memang hal itu mengingatkan nya kembali.

"Mang beli gado-gado" Ucap seorang gadis yang baru datang.

Gadis itu sepertinya masih bocah SMA bisa terlihat dari kemeja berlogo osis dan dasi abu abu, namun celana yang ia gunakan adalah hitam dan juga jaket hitam yang selaras dengan motor sportnya.

"Neng ini gado gado nya udah jadi"
Ucap penjual gado-gado kepada Chika.

"Eh iya bang makasi ya"

"Kok kayak kenal ya, dari postur tubuh nya mirip..." Monolog chika saat melihat gadis itu yang baru turun dari motor nya.

"ANJ AZIZI!" Batin Chika saat melihat gadis itu membuka helm, sontak dia langsung mengenakan masker nya dan memakai topi yang ia bawa.

"Bang kayak biasanya ya lima buat temen-temen" Ucap gadis yang ternyata adalah adik Chika yaitu Azizi.

"Okee neng, ga sekolah ini?"

"Biasalah bang, bolos dikit ga ngaruh" Ucap Zee dengan cengiran khasnya.

"Ga dimarahin neng"

"Selagi mereka gatau mah aman bang" Ucap Zee lantas duduk di kursi sebelah Chika.

Zee tak menyadari bahwa yang berada di samping nya adalah kakaknya. Chika yang melihat Zee duduk di samping nya pun langsung membuka handphone nya dan berpura-pura sedang menghubungi temannya.

Entah ide darimana Chika bergegas pulang menuju apartemen nya, meletakkan gado-gado nya di kamar nya dan langsung mengambil kunci motor. Dia ingin mengikuti adik nya pergi karna setau chika walaupun adiknya sering balapan namun ia sangat menghindari kata bolos sekolah.

Waktu sepertinya merestui hal yang Chika lakukan. Karna bertepatan dengan Chika yang baru sampai di dekat penjual gado-gado tadi Zee baru saja mendapatkan pesanannya. Chika menunggu sejenak agar motor adiknya sedikit lebih jauh. Supaya tidak ada rasa curiga bahwa ada yang mengikuti nya.

"Kalo ketahuan cici, gatau lagi gimana nasib mu dek" Ucap Chika yang sekarang sedang mengikuti arah sepeda motor Zee.

Motor Azizi berhenti di suatu rumah. Chika melihat pergerakan nya dari jarah yang cukup jauh, disana terlihat Zee dan teman-teman yang biasanya dia ajak main ke rumah. Terlihat seluruh teman nya membawa motor sport yang berwarna senada.

Mereka berbincang-bincang santai, namun sayang nya Chika tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Ga asik banget ga kedengeran mereka ngomong apa, masa yang kedengeran pas mereka ngomong anjing, anjir dan kata kata mutiara itu" Gumam Chika.

Tak lama kemudian Zee dkk menaiki motor masing masing dan langsung tancap gas pergi begitu saja.

"Anjir cepet banget, harus di ikuti lagi ini" Ucap Chika yang langsung menyalakan motor nya.

"Nih bocah kalo bawa motor ngebut banget sih, diajarin siapa sih" Ucap Chika yang mengikuti motor Zee. Padahal yang mengenalkan dan mengajari pertama kali adalah Chika.

Berapa terkejutnya Chika saat melihat adiknya berhenti di tempat yang sangat Chika kenali. "Cafe Ycfiction" adalah cafe milik Chika. "Ycfiction" artinya adalah Yessica Fiony, didalam nama itu juga tersirat kata fiction yang bermakna fiksi karena tema cafe milik Chika adalah tentang dunia fiksi. Setiap cabang memiliki karakteristik fiksi masing-masing namun setiap cafe ada karakter yang sama sebagai ciri khas cafe Ycfiction ini.

"Ngapain dia disini??" Ucap Chika dengan memarkirkan motornya.

"Apa dia mau minum ya? cabang yang ini rata-rata bukan minuman cafe pada umumnya njir.. ini isinya manusia mabok semua cug" Ucap Chika dengan sedikit khawatir.

Chika melihat adik nya masuk dan memesan ruangan khusus yang memang di sediakan disana. Sebenarnya Chika sedikit tenang karna memang di setiap ruangan terdapat CCTV yang sengaja dia pasang. Supaya jika ada yang melakukan hal tak pantas akan langsung di usir dari sana.

Chika langsung mengambil langkah menuju ke ruangan nya dan memantau CCTV disana.

"Boss tumben kesini lagi?" Ucap salah satu pegawai.

"Gapapa lagi gabut, saya duluan ya"

"Baik boss"

Sampai di ruangan Chika, benar saja apa yang dia duga. Adiknya.. Azizi mulai meminum minuman beralkohol. Entah bagaimana cara mendeskripsikan perasaan nya saat ini. Sedih, marah, kecewa, gagal, segala nya ia rasakan saat ini. Dia tidak tau harus melakukan apa. Menegur pun salah, melaporkan langsung kepada Cici nya pun juga akan salah.

Di benak Chika hanya tersisa satu opsi terakhir, ia harus menghubungi seseorang.

Indah, ada tugas buat kamu

Apa Chik?

Gue nanti kirim foto, lu kirimin
foto itu ke nomer ini ya
081xxxxxxxx. langsung kirim aja gausah ditambahin kata kata

Shap laksanakan

"Terus gue harus gimana sekarang? Nunggu respon ci shani sama ci gre? atau gue usir?" Ucap Chika dengan melihat ke layar monitor CCTV.

Sementara itu, disuatu tempat yang lain. Aktivitas manusia pada kantor tersebut sangat padat. Ada yang fokus ke layar komputer dan ada juga yang sedang menikmati waktu istirahat nya. Disini lah Shania Gracia berada, ia sedang menikmati makanan yang di pesan kan oleh kakak tercinta nya yaitu Shani Indira. Gracia hari ini sedang tak ada tugas di rumah sakit, maka ia memutuskan untuk ikut bersama Shani di kantornya.

"Pelan-pelan Ge makannya, laper apa doyan si kamu" Ucap Shani menatap adik nya lantas hanya dibalas senyuman manis oleh Gracia.

"Kling"

Ponsel Shani dan Gracia berbunyi bersamaan.

"Bisa bareng gitu ya cii" Ucap Gracia dengan kekehan.

"Harus banget notifikasi nya ikut bareng" Balas Shani dan dia langsung membuka pesan masuk tersebut.

Deg....

"Gre.. buka pesan masuk di handphone kamu sekarang" Ucap Shani dengan nada bicara yang sedikit gemetar.

"Hah? Cici kenapa sih?" Tanya Gracia.

"Buka sekarang gre!" Bentak Shani, dan yang dibentak pun langsung terdiam dan membukan pesan tersebut.

Sudah bisa di prediksi, bagaimana respon Gracia. Tentunya seorang Shania Gracia yang sangat sulit mengontrol emosi nya. Dihadapkan dengan keadaan seperti ini, tangan yang mengepal erat menunjukkan urat urat nya.

"Ci.. kita ke tempat itu sekarang" Ucap Gracia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Tanpa basa-basi lagi, mereka pun langsung menuju ke tempat yang tercantum di pesan masuk nya.
Sedari tadi, Gracia sudah sangat esmosi. Apalagi ditambah jalanan kota Jakarta yang kita tau macet nya minta ampun.

"Ge.. nanti tahan emosi dulu ya?" Ucap Shani sambil tetap fokus menyetir.

"Ci? Cici serius ngomong gini? dia keterlaluan loh!"

"Iya ge, Cici tau tapi itu tempat umum.. Tolong tahan emosi ya?"

"Gabisa ci! mau itu tempat umum atau apapun itu, dia keterlaluan!"

Shani yang sudah pasrah pun hanya menghela nafas berat. Shani tipikal orang yang penyabar, sangat penyabar. Sebenarnya jauh di dalam hati nya dia merasakan kecewa yang begitu dalam. Sebagai anak sulung ia merasa gagal dalam mendidik.

"Ma, maaf ma... adek jadi kayak gini ma.."

_______________________________________

HALOO READERS!!
maaff baru up yaa hehehehhe, kemaren masih ngurus beberapa event 17 Agustus mangkanyaa sibuk bangettt!

Jangan lupa vote dan komen yaa‼️‼️🤍🤍🤍🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lelah HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang