Masih author pov
"sudah ayah, ini memang luka kecil" ucap jungwon berusaha menghentikan pertengkaran yang takada habisnya ini, ia bahkan tidak fokus untuk memakan makan malamnya
"jika ayah menyiram mu hingga tangan mu melepuh, lalu minta maaf dan membawa mu ke rumah sakit, apakah itu adil?" sang ayah bertanya kepada anak perempuannya lebih murka dari sebelumnya
"jangan berlebihan ayah, itu hanya luka kecil" ucap milly kali ini ia meninggikan suaranya
"milly" tegur sang ayah keras
"apa?! Milly sudah minta maaf, jungwon sudah memaafkan milly. Bahkan tadi ia diantar pulang oleh kak jay, sedangkan milly harus menaiki bus sendiri. Milly menunggu selama 2 jam didepan sekolah dan itu karena kak jay yang mengantar jungwon pulang karena ia bilang tidak enak badan" milly mengambil nafasnya sejenak
"padahal jungwon bisa saja naik taxi atau bus dan tidak menyuruh kak jay untuk mengantarnya. Bahkan sekarang ayah berteriak kepada milly, dan semua ini terjadi karena air panas yang tidak sengaja milly tumpahkan? Karena luka bakar itu milly harus dimarahi seperti ini?" milly benar benar meledak sekarang
Sedangkan jungwon berusaha memasang wajahnya agar tetap tenang,
'meledak juga akhirnya' batin jungwon"kau benar benar keterlaluan milly" ucap sang ayah dengan nada rendah
"ayah serius berperilaku seperti ini kepada milly karena masalah sepele itu? Ayah membentak anak kandung ayah sendiri demi membela anak tiri ayah?" jungwon benar benar kaget untuk saat ini namun ia berusaha tenang dan memasang wajah sedihnya
"milly,," jungwon bisa mendengar lirihan dari sang ibu
Jungwon sendiri terdiam, ia bahkan lebih kecewa mendengar ketika sang ibu membela anak tirinya. Kurang lebih jungwon merasa impas dengan milly untuk sekarang.
"kau benar benar keterlaluan milly, ayah akan mengukummu. Kau harus pergi dengan sopir dan tidak boleh pergi kemana mana setelah pulang sekolah. Uang jajan mu hanya akan untuk keperluan sekolah saja" ujar sang ayah dengan marah
Jungwon bertemu pandang dengan milly, ia bisa menangkap ekspresi panik didalam mimik wajah milly saat ini.
"ibu, jungwon maaf" lirih milly
"aku akan ke kamar ku, maaf menganggu keluarga kalian" jungwon benar benar memainkan perannya dengan baik saat ini
Ia berlalu dengan cepat kearah kamarnya, ia tersenyum puas dan mengirimkan beberapa pesan kepada teman temannya.
Ia bahkan tersenyum dengan lebar ketika sebuah ide muncul.
Ia membuka aplikasi yang tepat untuk memancing segala keributan untuk masalah ini. menulis beberapa kalimat sudah cukup untuk membuat semua orang terpengaruh
'aku tau aku hanya anak tiri dan orang asing, maafkan aku'
1
2
3
Ting!!!
Notifikasi ponselnya langsung berbunyi dengan cepat, banyak yang merespon dan berkomentar dilapaknya. Bahkan cuitan ini sudah memancing admin base sekolahnya muncul.
"satu"
"dua"
"tiga"
Tringgg!! Sebuah panggilan telvon, persis apa yang jungwon harapkan.
'jungwon, apa sesuatu terjadi?' tanya orang disebrang
'a-akuu baik baik saja' dengan susah payah jungwon menambahkan efek dalam ucapannya sendiri
'apakah terjadi sesuatu? Apakah karena milly?' tanya orang disebrang dengan khawatir
'boleh aku cerita?' tanya jungwon, menambah kesan menangis sedikit
'tentu saja jungwon, apakah sesuatu yang buruk terjadi?' tanya jay panik
Jungwon tersenyum kecil, rencananya benar benar berjalan mulus untuk saat ini.
Jungwon pun bercerita mengenai kejadian sewaktu dimeja makan tadi. Jay sendiri hanya terkejut ketika mendengarkan nya, tidak menyangka bahwa orang yang ia kenal baik bisa melakukan hal seperti itu.
'sudah ya, kakak akan memarahinya' ucap jay tiba tiba, jungwon sendiri kaget karena perkataan jay
'jangan kak, milly benar kok, aku memang anak tiri dikeluarga ini' ucap jungwon yang malah semakin memanas manasi jay
'tidak milly benar benar keterlaluan kali ini, kau lebih baik beristirahat jungwon' ucap jay
'aku memang berniat untuk tidur kak, kakak jangan terlalu keras kepada milly ya' ucap jungwon
'kau bahkan masih memikirkannya, padahal dia sudah berbuat begitu kepada mu' ucap jay, jungwon mengeluarkan smriknya dan senyum kemenangannya terbit secara perlahan
'sudah ya kak, aku lelah' jungwon berucap lalu mematikan sambungan televonnya
////
'kakak benar benar kecewa milly' ucap jay disebrang tevon sana
'kali ini apa lagi kak' lirih milly
'tega banget kamu sama jungwon' ucap jay, suaranya meninggi
'jungwon mengadu? milly gak sengaja, itu diluar kendali milly kak' ucap milly
'dia bahkan maafin kamu, ternyata kamu segitunya ngungkit didepan dia dan ibunya. Baru saja kau bilang bahwa tidak egois, tapi kau sendiri saat ini sangat egois. Kau ingin perhatian ibunya, namun kau tidak memperbolehkan ayah mu untuk menyayangi jungwon kan' ucap jay seraya memarahi milly
'apa sih kak, kakak kenapa langsung mengambil kesimpulan begitu' ucap milly nampak tak terima
'apa lagi, semuanya sudah jelas milly' ucap jay
'kakak juga berubah, baru satu hari loh jungwon disini, kalian benar benar memarahi ku seperti ini' milly menangis disela sela ucapannya
'see? Kau bahkan tidak merasa bersalah, awalnya kakak pikir kau berubah, ternyata kau sedang menampakkan sikap asli mu milly' ucap jay semakin marah
'b-bukan begitu kak' ucap milly semakin lirih
'terserah milly, kakak kecewa' ucap jay lalu mematikan panggilan itu secara sepihak
Milly menangis, suaranya bahkan dapat didengar dari kamar jungwon. Jungwon sendiri hanya tersenyum kecut
'jika kau memilih untuk hilang dan tidak bertanggung jawab, aku pastikan adik mu menderita lebih dari ini' batin jungwon seraya menatap depannya dengan pandangan kosong
'kakak,,, aku butuh kakak,, ayah dan kak jay berubah, milly takut kak' batin milly selama ia menangis
Author pov end
YOU ARE READING
Antagonis (JayWon)
Teen FictionSeorang anak yang selalu mendapatkan ketidak adilan dalam hidupnya mulai merasa nyaman dengan kehidupannya sekarang. Namun, secara perlahan ia berniat untuk terus mempertahankan kebahagian untuk dirinya sendiri dengan menjatuhkan semua orang yang me...