Sinar mentari masuk ke dalam melalui celah-celah jendela yang masih tertutup oleh gorden. Aku sudah bangun sejak matahari belum memunculkan wujudnya.
Akhir-akhir ini aku selalu mengalami mimpi buruk yang mengerikan. Itu benar-benar seperti nyata apa adanya. Luka lebam ditubuhku yang terlihat seolah aku baru saja dipukuli terjadi di dunia nyata.
Padahal luka lebam ditanganku ini kudapatkan dari mimpiku. Aku tak mungkin berkelahi dengan orang lain. Ya lagipula siapa yang mau berkelahi.
Aku harap semuanya akan baik-baik saja dan tidak akan ada hal yang buruk terjadi padaku ataupun keluargaku atau temanku.
Masih terduduk di ranjangku tanpa bergerak sedikitpun. Hanya menatap lebam ditubuhku. Bagaimana jika ayah mengetahui hal ini? Aku yakin dia pasti akan sangat khawatir.
Memilih untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri, mencoba untuk melupakan mimpi buruk semalam yang melanda.
Pancuran air yang membasahi seluruh tubuhku kini dapat aku rasakan dingin yang menyejukan bukan dingin es yang menyeruak.
Setelah selesai kembali berpakaian dan keluar dari kamar menuju ruang keluarga. Berharap tak ada siapapun di pagi ini untuk menggangguku.
Duduk diam sambil membaca majalah yang ada dan tak lupa secangkir teh hangat dipagi hari.
Aku belum melihat Michelle, Lucy, Edmund ataupun ayah pagi ini. Mungkin mereka masih tertidur dan malas untuk bangun pagi.
Tak lama kemudian aku melihat Edmund yang baru saja keluar dari kamar dengan muka bantalnya, sesekali menguap sambil mengucek matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupilnya.
Ia duduk tepat disampingku dan mungkin belum menyadari keberadaan diriku disampingnya. Sebelum akhirnya ia melirik ke arah diriku dan menampilkan wajah terkejut padaku.
"Selamat pagi Ed, ku harap tidurmu nyenyak tadi malam" sapaku.
"Ah ya selamat pagi juga Celeste" gagapnya membalas sapaanku.
Tak ada percakapan lain yang berlangsung, hanya ada keheningan. Aku tak tahu apa yang dilakukan oleh Edmund, mungkin saja ia sedang melamun di pagi hari.
Aku? Kembali membaca majalah sampai akhirnya aku dan Edmund mendengar sebuah jeritan dari kamar atas tempat dimana kamarku berada.
Aku dan Edmund saling menatap satu sama lain dan segera bergegas menuju kamarku. Seingatku tak ada siapapun didalam kamarku, lantas siapa yang berteriak?
Aku dan Edmund kini berada tepat di kamarku. Pintu kamarku tertutup dengan rapi. Aku memberanikan diri untuk membuka pintunya dan berharap tak ada sesuatu yang cukup menakutkan di dalamnya, apalagi sepagi ini.
Dan saat aku membuka pintu dengan perlahan, terlihat seorang wanita dengan rambut hitam menggerai panjang membelakangiku.
Aku sedikit waspada dengan kehadirannya. Karena aku yakin bahwa orang yang ada di hadapanku kini bukanlah manusia, melainkan sesuatu hal yang belum aku pastikan secara keseluruhan.
Aku berjalan mendekati ranjang, dimana wanita itu berada. Edmund mengekoriku, aku tak tahu apakah Edmund bisa melihatnya atau tidak.
Saat sudah begitu dekat dengannya, wanita itu tiba-tiba berbalik ke arahku juga Edmund. Dia tak seperti yang aku bayangkan, namun aku tahu bahwa dia tak berasal dari duniaku.
Aku melirik sekilas ke arah Edmund yang sepertinya tengah terkejut melihat wanita tersebut. Wanita itu tidaklah memiliki wajah yang buruk rupa namun terdapat beberapa luka sayatan di wajahnya.
"Kau siapa?"
"....."
Wanita itu tak menjawab pertanyaan kecil yang aku lontarkan padanya. Tatapannya sangat kosong seolah jiwanya benar-benar telah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
And The World Between Us 2
ФэнтезиKisah lanjutan dari perjalanan Celestian untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Serta hal-hal yang mungkin terjadi pada dirinya saat ia mengetahui banyak hal tentang dunianya. "Jadi aku adalah..." Book 2 ON-GOING And The World Between Us Celest...