07 - Gak dibawa Ribet

16 3 1
                                    

Yang Jevin yakini saat ini ialah, Kayla sedang marah. Sangat marah.

Terbukti, saat puluhan pesannya hanya dibaca dan panggilan telepon yang tidak terjawab tak terhitung lagi berapa kali karena saking seringnya. Jevin bahkan tidak jadi pulang, setelah mengantar Sasa, ia kembali berbalik arah menuju kos Kayla. Namun gadis itu tidak kunjung keluar, dan Jevin akhirnya menyerah karena mengira Kayla sudah tidur.

Taka yang melihat Jevin pulang dengan raut masam pun mengernyitkan keningnya heran. Bukan kah pemuda itu baru saja bertemu dengan sang pacar? Taka bahkan rela putar balik karena tidak mau menjadi penganggu pasangan itu, namun kenapa Jevin pulang dengan raut seperti baru saja mengalami masalah?

"Je." Bahu Jevin tersentak karena kaget dengan panggilan Taka di antara lamunannya tentang bagaimana cara agar Kayla tidak marah lagi kepadanya.

"Berantem sama Kayla?"

"Perasaan emang setiap hari berantem mulu." Keduanya menoleh pada asal suara yang datang dari belakang mereka. Julian yang tadinya hendak mematikan lampu ruang utama jadi mengurungkan niatnya saat melihat dua orang yang tengah berbincang di teras di saat waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

"Lo berdua ngapain ngomong di teras, sih? Udah malam juga." Julian menggelengkan kepalanya heran, lalu tatapannya beralih kepada Jevin dengan mata memincing. "Kenapa sama Kayla?"

Jevin menghembuskan napasnya dengan berat. "Sasa."

"Kayla ketemu Sasa?" tebakan Taka diangguki oleh Jevin. "Terus?"

"Gue disuruh nganterin dia pulang karena udah malam."

Julian mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti dengan jalan cerita selanjutnya. "Jadi lo anterin Sasa pulang dan Kayla tau jadi dia marah sama lo?"

"Emang ketemu Sasanya di mana, sih?" tanya Taka heran kenapa bisa Jevin sampai terseret lagi dengan Sasa, bahkan untuk kedua kalinya mengantarkan gadis itu pulang.

"Di kos Kayla."

"Hah? Ngapain Sasa di kos Kayla?" Julian mengerutkan kening tak paham.

"Juju, dia 'kan teman jurusannya Juju." Ini Taka yang menjawab.

"Kayla gak cerita sama teman kosnya Sasa itu siapa?" tanya Julian.

Jevin menggeleng, "Dia gak pernah cerita tentang siapa pelaku yang udah sebar fitnah soal dia dulu." Mendengar hal itu, lantas membuat Julian menghembuskan napasnya, merasa gemas dengan Kayla yang kenapa dari dulu tidak mau memperpanjang masalah ini padahal apa yang dilakukan Sasa sangat keterlaluan, dan Kayla malah mengambil jalur damai.

"Lalu gimana sekarang?" tanya Julian, merasa kasihan juga melihat Jevin yang sedang dilanda kegalauan.

"Gue cuma lagi mikirin gimana caranya biar Kayla maafin gue."

"Gue gak bisa salahin lo juga sih, karena posisinya emang sudah malam dan gak mungkin juga lo menolak untuk antar dia yang mau pulang sendirian malam-malam gini 'kan? Kayla juga pasti paham, sekarang dia cuma lagi kesal aja, besok juga udah baikan." Julian menepuk pundak Jevin sebanyak dua kali, "Ya sudah lah, Bro. Mending main PS sini sampai pagi."

Jevin terkekeh pelan, ucapan Julian cukup menghiburnya meski tidak bisa dipungkiri jika pikirannya masih didominasi oleh marahnya Kayla.

***

Kayla terbangun pada pukul tiga dini hari, ia tidak sadar tadi malam tertidur saat tengah sibuk membaca di aplikasi novel daring untuk mengalihkan pikirannya yang kesal karena Jevin tengah mengantar Sasa pulang. Ia tahu keputusan Jevin tidak sepenuhnya salah, tapi rasa kesal dalam hatinya itu nyata, apa lagi saat melihat senyum miring tercetak samar di wajah Sasa. Sepertinya gadis itu benar-benar sengaja memanfaatkan situasi untuk dekat dengan Jevin lagi. Alhasil, agar menetralisir rasa kesalnya, ia mencoba mengalihkan perhatian dengan membaca cerita, hanyut dalam imajinasi kata demi kata. Namun ia tidak sadar malah tertidur dengan ponsel yang ternyata banyak mendapat panggilan tak terjawab serta pesan masuk dari pacarnya. Kebetulan, Kayla memang kerap kali mengatur ponselnya dalam nada hening, sehingga ia sama sekali tidak tahu jika ponselnya tengah berdering.

JEKAYLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang