Pembuka

532 56 6
                                    

Keijō (Seoul), Oktober, 1910.
─────────

Ada satu hal yang telah menetap dalam jati diri Soobin sejak lama. Satu hal yang telah menjadi bagian dalam langkah hidupnya tiap detik jam saling sapa. Satu hal yang dikenalkan oleh ayahnya sejak ia baru bisa ucapkan kata. Satu hal yang tergurat apik dalam hatinya. Soobin jatuh cinta pada sebuah pena.

“Soobin, apa makna sebuah pena dalam kehidupanmu?”

Tatapan Soobin yang sedari tadi mengawang-awang, yang sedari tadi berpusat pada ujung sepatu milik orang di hadapannya, kini naik secara perlahan. Balik mengunci tatapan kepada seseorang yang baru saja bertanya. Kelopak matanya mengerjap perlahan, mengacuhkan rasa nyeri dari mata lebamnya tiap ia berkedip. Siapa pun yang melihat pasti punya satu pikiran yang sama pasal sesuatu dalam netra lelaki ini. Hening serta tiada bisa dimengerti.

“Kehidupanku sendiri.”

Nada suaranya tenang nan mantap. Perlahan ia dengakkan kepala, mengamati lampu kecil yang tak begitu beri pencahayaan berarti. Ruangan ini, masih sama saja pengapnya, dengan maupun tanpa lampu di sana. Sudah berapa lama ia di sini? Soobin tak ingat betul. Ah, tidak. Soobin memang nyatanya enggan untuk mengingat segala.

“Arti sebuah pena dalam kehidupanmu, adalah kehidupanmu sendiri?”

Malas, Soobin turunkan kembali kepala. Beradu tatap dengan entah siapa nama si bodoh di depannya ini.

“Ya.”

Lantas tawa pecah dalam ruangan. Menggema dengan nada tiada bersahabat. Soobin bergeming, setia dalam posisi serta raut wajahnya yang tenang. Si bodoh di depan seperti baru saja mendengar lelucon paling menggelikan dalam abad ini. Menambah pengap remang-remang dalam ruang, menambah pening kepala Soobin saja.

“Soobin! Soobin! Kau memang pemuda yang lucu!”

Yang ditertawakan tetap diam. Tak menemukan apa yang harus ia tertawakan. Mungkin deretan gigi kuning nan keropos si bodoh adalah satu-satunya hal yang menggelitik dalam ruangan. Soobin menghela napas ringan, tiba-tiba saja merindukan masakan ayahnya di rumah. Akhir-akhir ini derajat udara sudah mulai turun, sebuah pertanda bahwa kalender akan segera berganti ke musim dingin. Pasti nikmat apabila ia bisa pulang untuk makan semangkuk gukbap panas yang baru diangkat dari atas perapian.

Si bodoh menghela napas keras-keras, berusaha menetralkan tawanya sendiri. Mencondongkan tubuh, lantas ia kembali angkat bicara, “Kau punya lelucon lain yang sekiranya perlu aku dengar sebelum kita pergi ke puncak acara?”

Soobin memperhatikan bola mata si bodoh yang sedikit kemerahan. Pula bagaimana senyum meremehkan yang ia pasang dengan bangga. Membuat kumis tipisnya bergerak-gerak begitu menggelikan. Ia dapati pula beberapa uban yang mencuat dari kepala kosongnya. Serta keriput di seluruh wajah.

“Bagaimana jika sekalian kalian bunuh aku saja?”

Tanya yang terlontar dari bibir mungil Soobin berhasil ciptakan senyum miring si bodoh yang berangsur-angsur berubah menjadi cengiran bahagia. Menampilkan deretan gigi kuning serta kehitaman yang dibanggakan.

“Oh? Kalau untuk yang satu itu bukan lelucon namanya.”

Soobin diam, membiarkan si bodoh untuk lanjutkan wicara dengan intonasi penuh tekanan serta nada yang kelewat ceria.

“Tidak perlu terburu-buru seperti itu. Kita punya banyak waktu sebelum pangeran berkudamu itu datang. Jangan khawatir, Soobin. Kami akan pastikan agar Choi Yeonjun hanya akan dapati mayatmu yang tergeletak menyedihkan di sini.”

𖤍











.
.
.

𖤍 Sayap Pena 𖤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𖤍 Sayap Pena 𖤍

.
.
.

Dengan pelakon utama:

Dengan pelakon utama:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠︎Kisah ini akan mengandung beberapa konten dewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚠︎
Kisah ini akan mengandung beberapa konten dewasa.
Harap bijak dalam membaca.

.
.
.

𖤍 Sayap Pena akan dimulai 𖤍

.
.
.

Salam, Nad✮

Sayap Pena | YeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang