Tempat dan waktu tidak diketahui.
─────────Ternyata, tempat yang dimaksud Direktur Choi tak lain dan tak bukan adalah sebuah festival hutan hujan negerinya. Sebuah perayaan yang diselenggarakan satu tahun sekali oleh para penjaga hutan hujan sebagai rasa terima kasih terhadap kehidupan yang telah diberikan hutan. Festival ini bertempat pada desa yang mengitari sebuah pohon eboni tertua dengan ukuran begitu raksasa yang diagungkan di tempat ini. Ranting serta daunnya secara megah menutup teriknya mentari siang hari, menjadi pelindung para makhluk di bawahnya tanpa meminta imbalan. Menyejukkan para pengunjung dengan penuh kasih serta sayang.
Sedari tadi, Soobin terkagum-kagum di sepanjang perjalanan. Asik mengamati ragam tumbuhan asing nan elok yang menghiasi tiap sudut hutan, begitu pula dengan para fauna yang asik berseliweran. Dengan bibir mungilnya yang sibuk mengunyah camilan, si wartawan berkali-kali menyempatkan diri untuk berhenti di banyak jajaran toko. Mulai dari makanan, minuman, kerajinan tangan, perhiasan, pakaian khas, buku, sampai bunga.
“Tak ingin tambah?”
Pria manis itu menggelengkan kepala tanpa melirik pada lawan bicara. Mengunyah potongan terakhir sebuah camilan khas—yang tidak Soobin ketahui namanya—dengan santai. Bungkus daun ia lipat rapi untuk dimasukkan pada saku celana, berhubung saat ini ia tak melihat ada tong sampah terdekat. Tiada membuang waktu lebih lama, si wartawan melangkahkan tungkai ke salah satu toko perhiasan. Mengedarkan manik mata pada deretan produk yang terpajang di balik kaca. Perhiasan yang dimaksud di desa ini tak ada yang terbuat dari perak, emas, maupun batu mahal yang berkilau selayaknya perhiasan pada umumnya. Mereka menggunakan kayu yang diukir, bunga yang diawetkan, hingga simpul akar berbagai tanaman. Kedua netra si manis bersinar, mengagumi detail demi detail buatan tangan yang tersaji begitu elegan.
“Masuk saja. Sudah aku bilang, ambil semua yang kau inginkan,” celetuk Direktur Choi.
Soobin membalik badan dengan gaya malas, “Saya tidak ingin menakuti-nakuti pengunjung di dalam toko.”
Iblis di hadapannya mengernyit, “Apa maksudmu? Kau bukan bangsa penyihir yang kanibal dan selalu mengenakan jubah hitam. Bahkan makluk paling lemah di sini pun tak akan takut pada seorang manusia macam kau.”
Memutar bola mata, si wartawan mengendikkan dagu ke arah pedang berkilau yang bertengger pada pinggang si kaya raya. Lantas ia angkat bicara secara sarkas, “Pedang Anda sepertinya kurang berkilau, Tuan Daniel.”
Oh ayolah, memangnya ada pengunjung festival yang menenteng senjata tajam sesantai Direktur Choi saat ini? Tiada memedulikan bagaimana tatapan orang-orang sekitar yang memunculkan secuil raut waspada. Juga bagaimana mayoritas para ibu yang berpapasan dengan mereka akan segara menarik anak masing-masing, mengambil jarak aman dari makhluk yang terkenal haus darah. Mengambil langkah menjauh dari si iblis yang menenteng pedang kebanggaan. Berjaga-jaga, meminimalisir persentase kesempatan kepala yang bisa hilang di masa depan akibat sabetan sang saudagar.
Direktur Choi memilih untuk acuh, “Ada yang salah? Aku kesatria yang sedang bertugas.”
“Kesatria yang statusnya tidak aktif,” Soobin mengoreksi.
Iblis itu mengendikkan bahu. Mengambil langkah mendekat untuk menautkan jemari pada milik si pria manis, lantas menariknya masuk ke toko begitu saja. Bahkan sampai si pemilik toko memberikan senyum hangat di balik etalase, tautan jemari keduanya malah makin erat tanpa diminta.
“Pilih apa yang kau mau,” titah si kaya raya.
Soobin menurut. Karena jujur saja, makin ditolak yang ada saudagar satu itu makin akan bersuara panjang lebar selayaknya cuitan burung di pagi hari. Maka dari itu, kini ia memutuskan untuk mengedarkan netra bersinar pada kerajinan di depan mata. Membiarkan Direktur Choi dan sang penjual berbincang-bincang selayaknya kawan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pena | Yeonbin
FanfictionMasyarakat kota Keijō (Seoul) akhir-akhir ini tengah sibuk bergunjing pasal salah seorang saudagar kaya raya pemilik bisnis tekstil dan perhiasan, sekaligus direktur muda bank kota, Tuan Choi. Mereka berkata bahwa saat ini Tuan Choi merupakan pria i...