Bagian 4: Wanita Tua dan Identitas

260 39 30
                                    

Tempat dan waktu tidak diketahui.
─────────

Direktur Choi membawa mereka ke sebuah rumah bundar terdekat, milik seorang wanita tua bersayap putih. Soobin dibuat mengernyit saat dapati bahwa sayap kanan si wanita hanya tersisa separuh, nampak seperti dipotong secara sengaja. Fakta lainnya, ternyata wanita tua ini seorang tabib. Sedari tadi pandangan Soobin tak ada habis-habisnya memperhatikan tumbuhan obat-obatan yang tergantung di tiap sisi dinding. Seluruh tempat ini terbuat dari kayu, dengan lampu gantung cantik di beberapa sudut. Hangat, dan menenangkan. Soobin langsung teringat akan rumah nenek di desa.

Kini mereka duduk memutari meja bundar yang tepat berada di tengah ruang tamu. Wanita tua tadi datang membawakan lima cangkir teh berwarna merah muda, dan beberapa piring camilan yang belum pernah Soobin lihat sebelumnya. Si wartawan memperhatikan bagaimana sepucuk bunga merah muda yang dicelupkan dalam teh berputar secara perlahan. Harumnya langsung mendobrak indra penciuman dengan elok. Tak lupa ia ucapkan terima kasih, dibalas oleh senyum hangat si wanita.

“Terima kasih, Nyonya Adelyn. Kami selalu berutang banyak budi kepada Anda,” Direktur Choi berikan anggukan kepala hormat.

“Tidak, Tuan Muda Daniel. Tolong jangan berkata seperti itu, sudah kewajiban kami melayani keluarga Anda,” si wanita tua lantas melirik Soobin dengan senyuman terpatri, “Dan Tuan Soobin. Selamat datang. Senang dapat melihat Anda di sini.”

Si wartawan membalas senyuman si wanita, “Terima kasih banyak atas segala kebaikan Anda, Nyonya Adelyn. Saya lebih senang bertemu dengan Anda.”

Lantas, si wanita tua undur diri dari ruangan. Mengatakan ingin memanen beberapa tumbuhan obat di halaman belakang. Ketua Choi langsung mencomot salah satu camilan di piring setelah absennya si wanita tua, berdeham akan rasanya dengan senyum lebar. Sedangkan Soobin, ia memperhatikan Direktur Choi dengan tatapan bertanya. Si iblis yang tengah menyeruput teh, langsung meletakkan cangkirnya ke tempat semula. Mengerti apa maksud dari tatapan Soobin.

“Jangan panggil aku sebagai Choi Yeonjun di sini. Nama lahirku Daniel, Choi Yeonjun hanya nama tipuan yang kupakai di duniamu,” begitu jelasnya singkat.

“Dan identitas Tuan di dunia ini?” Soobin bertanya dengan nada penuh keingintahuan. Oh, ayolah, siapa pula yang bisa diam tak layangkan barang segurat pertanyaan saat tiba-tiba disuguhi sebuah negeri dongeng di depan mata?

“Dia putra mahkota,” bukan si iblis yang menjawab, tetapi Ketua Choi. Pria itu kembali mengambil camilan lain untuk dikunyah. Kali ini, kedua bola matanya melebar. Kemudian menyodorkan piring yang baru saja ia comot camilannya ke arah Wakil Kang dengan bahasa tubuh heboh. Memaksa si wakil untuk makan sembari berkata di tengah kegiatan mengunyahnya, “Sumpah, ini paling enak!”

“Putra mahkota? Calon raja?” Kepala Soobin tertoleh otomatis dengan nada tak percaya.

Si iblis menghela napas lelah, “Beomgyu, demi Dewa Matahari. Sekali lagi kau berkata sembarangan, akan aku patahkan lehermu jadi dua bagian. Lalu kugelindingkan kepalamu di sepanjang jalanan Keijō.”

Ketua Choi langsung terbatuk sambil menepuk-nepuk dada.

“Aku anak dari panglima kerajaan,” si iblis membenarkan.

“Anak panglima kerajaan yang lebih dihormati ketimbang rajanya sendiri,” Wakil Kang angkat bicara. Akhirnya memutuskan untuk memakan camilan yang disodorkan Ketua Choi, mengunyahnya perlahan.

Kai akhirnya memutuskan untuk menjelaskan lebih jauh, “Raja di dunia ini tidak ada wibawanya sama sekali, Kak. Tidak becus melakukan pekerjaan. Saat panglima kerajaan diminta untuk menjadi pengawal pribadi satu-satunya sang raja, tiba-tiba kinerjanya langsung naik drastis. Rumor berkata, panglima rajalah yang 'membantu' segala pekerjaan raja selama ini. Walaupun itu bukan rumor, sih, itu kenyataannya. Semua kalangan rakyat tahu. Maka dari itu, kalau diurutkan, orang paling dihormati di negeri ini sekarang adalah ayah Kak Daniel. Nomor dua, Kak Daniel itu sendiri.”

Sayap Pena | YeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang