ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘 ♥️
Tepat setelah mengetahui bahwa sang kakek tidak berada di sekitar sang sepupu, Nathan segera melangkah diam diam ke kamar tempat si kecil, Nevan di tempati. Namun, tidak semudah itu ia membawa kabur Nevan karena di depan kamar tersebut sudah ada seorang pengawal yang sedang berjaga.
Ia melangkah dengan hati yang mantap ke hadapan sang penjaga tersebut agar tidak dicurigai.
"Ada keperluan apa?" tanya si penjaga ketika melihat seorang pemuda berdiri di hadapannya seraya menengok ke arah dalam kamar.
"Saya Nathan, cucu Pak Romi. Saya ingin melihat keadaan sepupu saya sendiri. Memang tidak boleh?" jawabnya dengan lantang.
Si penjaga tersebut sedikit ragu untuk mempersilahkan pemuda tersebut. Namun hanya dengan tatapan intimidasi dari seorang Nathan ia pun akhirnya mempersilahkan pemuda tersebut untuk masuk.
"Hanya diberi waktu 5 menit."
Pemuda dengan lesung pipit itu segera masuk ketika si penjaga mempersilahkan ia untuk masuk. Dan ketika ia masuk, Nathan dapat melihat seorang anak kecil duduk teronggok di pojokan kamar seraya menutup telinganya. Anak itu sibuk meracau tidak jelas hingga tidak menyadari si sepupu masuk ke kamarnya dan melihatnya dengan lama.
"Nev...,"
Nathan tidak dapat berkata-kata ketika melihat pemandangan yang sangat menyakiti hatinya. Ia memikirkan sang kakek yang begitu tega kepada cucunya sendiri sampai berbuat seperti ini. Tidak pernah terpikirkan sepupunya akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa secara paksa. Apa yang dipikirkan oleh si tua itu?.
Gimana reaksi Tante Donna kalau tahu anaknya diperlakukan sangat tidak adil seperti ini? Pikirnya ketika melihat keadaan si sepupu yang begitu memprihatinkan.
Ia segera menghampiri anak itu seraya memeluknya bermaksud untuk menenangkan si kecil. Nevan sempat terkejut kala ia mendapati ada seseorang yang tiba tiba memeluknya. Namun setelah Nathan berkata kalimat yang menenangkannya, ia membiarkan pemuda tersebut memeluknya. Dan lama lama kelamaan bocah itu sedikit tenang.
"Evan ingin pulang. Evan tidak ingin disini. Sakit....," pintanya kepada Nathan yang tengah mengusap-usap bahunya dengan pelan.
"Ayo kita pergi dari sini. Nev percaya kan sama Kak Nath?"
Nevan lantas mengangguk dengan yakin. Tak ia duga, si kakak sepupu menggendongnya dari belakang membuat ia semakin mengeratkan pegangannya agar tidak terpisah. Nathan melihat sebuah jendela besar yang cukup baginya dan Nevan untuk keluar dari sana.
°
°Nathan membawa anak kecil malang itu ke apartemen yang sedari dulu ia beli dengan uang tabungannya. Tempat dimana ia bisa mengekspresikan semua perasaan dan luka batinnya selama ini.
Belum ada yang pernah mengunjungi apartemen miliknya dan juga ia jarang sekali memakainya. Hanya sesekali ketika ia penat akan masalah di rumah maupun kampusnya.
Dan anak kecil ini berhasil menjadi orang pertama yang mengunjungi unit apartemennya. Ia akan menetap disini bersama Nevan sementara. Karena hanya ini salah satu solusi agar lolos dari kejaran anak buah kakeknya yang bengis itu.
Setelah Nathan membuka pintu unit apartemennya ia segera membawa masuk Nevan yang masih terlihat syok. Anak itu sedari tadi hanya diam mengikuti arahan dari si sepupu.
"Evan dimana? Evan gamau balik lagi ke tempat itu... Evan gamau disuntik lagi... sakit...,"pintanya kepada si sepupu.
Nathan yang baru saja membuka pintu lantas segera menutup pintu apartemennya dan menguncinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/261556526-288-k780473.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [On Hold]
FanfictionTentang seorang bocah buta yang mengalami bagian kelam dunia. Hanya kepada satu orang ia bertopang, yaitu Nathan sang sepupu. Namanya Nevan, sudah sedari kecil ia mendambakan hidup yang damai. Namun hingga sekarang ia masih harus menemukan hal itu. ...