Siapakah dia?

8 1 0
                                    

Sore hari pun tiba. Cecil yang ketiduran langsung bangun sambil merasakan perut yang keroncongan karena belum makan siang. Ia pun menyuruh bi Inah masak makanan yang cocok di santap saat hujan.

"Bibiiiii!" ucap nya sambil berteriak.

"iya non, ada apa? " ujar bi inah sambil menghampiri Cecil.

"menurut bi inah kalo hujan-hujan gini enaknya makan apa ya?"

"menurut bibi makanan yang enak dimakan pas ujan itu bakso non, karena ada kuahnya gitu." ucap bi inah.

"Ohh iya, kaya nya enak kalau makan bakso. Tapi bibi bisa kan bikin bakso?"

"Aduh non, kalau bikin bakso bibi belum bisa, gimana kalo beli aja?"

"Oh yaudah beli aja, tapi ada gak bi di sekitar sini? "

"Ada di depan non, bakso nya tuh enak banget." ucap bi inah meyakinkan.

"Beli aja tiga porsi, sekalian buat bi inah dan mang mamat ya bi " ujar cecil.

"Baik non. Mau pedes apa enggak?"

"Pedes aja bi kayak nya enak kalo lagi ujan gini"

"Oke non, tunggu bentar ya bibi mau beli baksonya dulu. " ujar bi inah.

"Iya bi, cecil juga mau mandi dulu." ucap cecil sembari meninggalkan bi inah.

Setelah itu, cecil pergi ke kamar untuk mengambil baju dan mandi.

Selepas mandi cecil pun kembali ke ruang makan dan bi inah pun datang sembari membawa bakso nya.

"Non ini bakso nya. Masih hangat banget." ucap bi inah sembari tersenyum menyuguhkan bakso nya.

"Wah terimakasih. Ayo kita makan sama sama bi."

"Ayo non, bentar bibi pangil dulu mang mamat ke belakang." jawab bi inah.

"Iya bi silahkan" ujarnya.

Selang beberapa saat bi inah dan mang mamat pun datang.

"Terimakasih non, sudah membelikan mang mamat bakso."

"Iya non, bibi juga terimakasih ya." ucap bi inah.

"Sama-sama mang, bi. Maaf cecil udah ngerepotin bi inah dan mang mamat." balas cecil.

"Tidak apa-apa non, itu mah udah jadi tugas kita ya bu."

"Iya non itu mah udah jadi tugas kita. Ayo ahh kita makan bakso nya keburu dingin..! "

"Iya ayo bii." ujarnya.

Cecil , bi inah dan mamg mamat pun makan bakso itu dengan lahap.

Malam pun tiba, dengan suasana hujan gerimis. Cecil memainkan ponsel sambil membaringkan tubuh nya dikasur, tanpa terasa mata cecil pun mulai mengantuk, dan tak disadari ia terlelap begitu saja dengan ponsel masih dalam genggamannya.

Seketika dia terbangun dengan cahaya matahari yang menerpa mata indahnya. Cecil pun segera bangkit, dia membuka pintu balkon sehingga udara masuk kedalam ruang kamarnya.

Cecil berjalan ke arah balkon untuk melihat pemandangan diluar. Tetapi dia melihat ke arah jalan dimana ada seorang lelaki muda, yang sedang duduk dibangku dengan posisi memunggunginya. Namun dalam hati cecil bertanya tanya siapa lelaki itu seakan akan dia mengenalnya.

Seketika dia melihat wajah lelaki itu sekilas, dan benar saja dia adalah belahan jiwanya yang sudah lama hilang.

" Reagaaannnn!!" cecil berteriak memanggil lelaki itu, dan lelaki itu pun menoleh melihat ke arah cecil sambil tersenyum.

Cecil langsung berlari kebawah dengan pikiran yang berkelana. Dalam hati ia bertanya tanya
"apa mungkin dia itu Reagan sedangkan dia sudah meninggal beberapa tahun lalu",

tetapi tidak memutuskan niat nya untuk menghampiri lelaki itu. Cecil berlari keluar gerbang dan melihat dengan matanya sendiri.

Lelaki muda memakai kaos oblong hitam, celana jeans hitam dengan jam tangan ditangannya ditambah kacamata hitam menenteng di hidung mancungnya. Lelaki itu tersenyum hangat kearahnya.

" Reagan" lirih cecil dengan air mata yang hampir lolos dari pelupuk matanya.

Cecil langsung berlari memeluk erat Reagan dengan air mata yang sudah tidak dapat dibendung lagi.

"hiks hiks..... kamu kenapa tinggalin cecil hikss.. kamu tau aku gak bisa hidup tanpa kamu, dunia ku seakan hampa ree" lirih cecil.

"maaf " hanya satu kata itu yang lolos dari mulut Reagan. Sambil menghapus air mata cecil yang tak kunjung berhenti.

"kamu tau setelah kamu tinggalin aku dunia ku hancur ree. Bunda sama Papa cerai, bahkan teman-teman aku disaat aku terpuruk mereka juga tidak ada disampingku hiksss... bahkan aku hampir aja menyerah ree dunia gak adil sama aku."

"sayang dengerin aku " ucap Reagan sambil menangkup pipi gembul cecil.

"sayang dunia itu tidak akan selamanya seperti yang kamu harapkan, ada kalanya kita bahagia dan juga terpuruk.

Aku tau kamu hebat, kamu wanita kuat, ingat sayang Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya, maka dari itu Allah tau kamu kuat sayang" ucap Reagan panjang lebar.

"dan satu lagi, aku gak pergi ninggalin kamu aku tetap selalu ada disini sayang dihati kamu, jangan nangis lagi masa cewenya Reagan nangis. Nanti cantiknya ilang loh" ujarnya sambil tersenyum jahil.

"aku sayang banget sama kamu" lirih cecil.

"aku jauh lebih sayang kamu " jawab Reagan.

Setelah itu dia bangkit dan membuat cecil terheran heran.
"kamu mau kemana sayang?" tanya Cecil.

"aku harus pergi aku gak bisa lama lama disini" jawab Reagan.

"gak! kamu gak boleh pergi ree! kamu mau ninggalin aku lagi ?" tahan cecil memegang pergelangan tangan Reagan.

"maaf sayang tapi aku harus pergi" ujar Reagan sambil melepaskan genggaman tangan cecil.

"Reee... Reagan mau kemana? kamu jangan pergiiii! " teriak Cecil.

Namun Reagan seakan tuli, dia hanya menoleh ke belakang sambil tersenyum yang membuat cecil menangis histeris.

"Reagannnnnn" teriak Cecil.

Midnight Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang