[3] Saat Kita Tak Sejalan Lagi

287 49 2
                                    

GIMANA, ADA YANG KECANDUAN BACA BREAK UP???

SECANDU APA KALIAN SAMA CERITA INI...

SUKA SAMA TOKOH YANG MANA YAAA...?

TOLONG BISIKIN YAA, HEHE 😁😄🫣


💔💔💔


Tiga tahun lalu, Aya pulang ke kampung halaman ibunya untuk membangun usahanya sendiri, memulai semuanya dari nol. Ia mendapatkan modal dari hasil kerja selama 2,5 tahun yang rajin ia tabung. Bekerja di perusahaan besar setelah selesai kuliah membuatnya cepat kaya, apalagi dia tidak suka foya-foya dan party seperti anak muda kota kebanyakan. Saat itu, Aya benar-benar hemat.

Aya lebih sering di rumah, menghabiskan waktu berjam-jam di dapur bersama ibu tirinya. Ibu tirinya memiliki usaha kue, tokonya sudah terkenal di Jakarta Selatan sehingga dia sering membantu ibunya itu setelah pulang kerja dan saat weekend tiba. Karena hal itu pula akhirnya dia jadi dekat dan cukup akur dengan ibu tiri.

Aya punya adik kecil dari ibu barunya tersebut, umurnya baru empat tahun, ia seorang laki-laki. Saat menikah dengan ayah Aya, ibunya itu sudah janda tapi tidak memiliki anak. Anak kandung ayahnya saat ini ada dua; dia dan adiknya yang bernama Bagus Dwi.

Di Tegal, Aya tinggal di rumah almarhumah ibunya, rumah warisan dari sang nenek yang telah lama wafat dan sempat dikontrakan pada keluarganya sendiri. Dari kecil Aya memang tinggal di Tegal, terbiasa hidup di sana dan suka dengan kehidupan kota kecil itu. Menurutnya, di Tegal terlihat lebih manusiawi di banding kota besar.

Saat tiba di Tegal tiga tahun lalu, Aya langsung bertekad untuk berbisnis apa saja, sampai akhirnya dia memulai usahanya dengan membuka toko kecil. Saat ini tokonya sudah menjadi toko ritel yang cukup menjanjikan masa depan karyawannya. Tokonya menjadi toko agen dan distributor sembako yang laris manis. Banyak pengusaha kecil hingga menengah yang bekerjasama dengannya, mengambil barang dagangan dari toko itu. Meski usahanya itu terbilang sederhana di mata sebagian pengusaha yang dicap "sukses", tetapi Aya tidak pernah merasa rendah diri, dia justru bangga mendistribusikan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Seluruh wilayah di Tegal telah dia kuasai, karena itu karyawannya sudah lebih dari dua puluh orang.

Aya mengehela napas berat saat terkenang masa lalunya, sebab ia akan kembali terkenang soal Devan. Laki-laki yang ia tunggu janjinya, tetapi pada akhirnya pergi begitu saja.

Bagai sampah rasanya, sebab dia telah dibuang begitu saja oleh Devan.

Devan tidak pernah tahu bahwa sambil menjalankan usahanya itu, Aya selalu berharap impiannya segera terwujud. Devan akan segera melamarnya dan menikah dengannya. Impiannya saat ini memang tentang bagaimana mewujudkan pernikahannya dengan Devan. Namun, mimpi itu akhirnya harus dihapus dari peta hidup yang sudah dia catat dalam diary dan kepalanya.

Aya semakin sesak saat percakapan masa lalunya terputar begitu saja. Bayang-bayang wajahnya dan Devan seolah ada di dinding rumah, di depannya.

"Aku pulang ke Tegal ya?" pinta Aya saat itu. Dia sudah memutuskan ingin membuka usaha apa pun di Tegal dan menempati rumah ibunya.

Raut wajah Devan tampak tak suka. "Kenapa? Mau jadi apa kamu di sana?" Tentu saja dia agak jengkel dengan keputusan mendadak sang kekasih. Saat itu, mereka baru satu tahun bersama. Baru kemarin menjalani lika-liku bersama di kota besar bernama Jakarta.

"Jadi oranglah, jadi apa lagi?" sahut Aya tak tersinggung sama sekali.

"Iya, maksud aku, kamu mau kerja apa di kota kecil kayak gitu?" ujar Devan lebih tenang.

BREAKUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang