[11] Kecolongan

179 29 0
                                    

HAIII, JANGAN LUPA HABIS INI SIAPIN KAKOIN UNTUK PEMBELIAN BAB SELANJUTNYA DI KK YA TEMAN

MURAHHHH POKOKNYA

Salam literasi damai 💌💌💌



---



"Mbak, AC kamarnya Mbak Aya panas, tadi Bibi nyalain pas bersih-bersih. Kayaknya minta dibersihin juga deh AC-nya. Bibi panggilin tukang service AC ya?" lapor Bi Sri dari seberang sana.

Mendengar laporan itu Aya mendesah dan membuat Aryo melirik heran.

Ternyata bukan dadanya saja yang sesak dan panas ketika mendengar Devan sedang mencari perempuan baru. Tetapi AC kamarnya sejak malam juga ikut bermasalah. Dia sampai tidur di luar sendirian saking panasnya. Dan sudah dua hari Lia kembali ke habitat aslinya setelah membawa kabar tak sedap itu.

"Jangan deh! Kan, cuma dibersihin. Aku suruh Aryo aja, Bi. Dia bisa kok ngurus itu." Aya menatap wajah Aryo sekilas. "Dari semalam juga gitu, aku lupa bilang," lanjutnya.

"Baik, Mbak."

Aya menutup sambungan. "Yo. Kamu bisa, kan, ke rumah aku sore ini? Urus AC," ucapnya pada Aryo yang sedang memakan nastar buatan ibu tiri Aya. Aya membawa sebagian oleh-oleh itu ke tokonya.

"Bisa," sahut Aryo mantap. Tidak hanya urusan di toko, di rumah Aya pun dia bisa membantu ini itu. Aryo juga cukup loyal pada bosnya, selain karena sudah kenal lama, mereka kan lumayan dekat.

"Ya sudah, cepet beresin kerjaan. Nanti langsung balik ke rumah aku, Yo!" perintah Aya tak sabar.

"Oke." Aryo buru-buru pergi membawa file kerjanya dan setoples nastar setelah mendapat anggukan kecil dari Aya.

Aya memijat pelipisnya, ia sudah tidak fokus bekerja lagi setelah mendapat serangan telak dari Devan. Cowok itu sukses membuatnya kepikiran berhari-hari, cowok itu berhasil mengusik ketenangan Aya lagi setelah sekian hari hidupnya tenang dan damai—tanpa intervensi masa lalunya bersama Devan.

Aya bangkit dari kursinya dan memilih menutup semua lembar kerja di atas meja, mematikan komputernya dan berjalan keluar. Lebih baik dia bekerja di lapangan, mengecek gudang di belakang dan melihat semua barang yang masuk hari ini agar pikirannya kembali teduh. Nyatanya itu semua tak membuahkan hasil, ia masih teringat soal Devan. Sampai akhirnya jam pulang pun tiba dan ia segera mengajak Aryo ke rumahnya.

***

Aya syok melihat wajah Tama yang kotor, penuh debu dan entah apa lagi. "Kamu kenapa, Mas?" tanyanya ingin tahu.

Aryo menyusul langkah bosnya dan berdiri di sisi bosnya yang tampak kaget. Mereka berdua baru saja memarkir motor di halaman rumah dan helm keduanya masih belum lepas.

"Tadi, saya ...." Tama tampak ragu mengatakannya sampai akhirnya si Bibi keluar dari dalam rumah membawakan handuk kering untuk Tama.

"Ini handuk barunya, Mas. Yang tadi Bibi cuci dulu, kotor soalnya."

"Makasih," sahut Tama sambil menerima handuk tersebut.

Bi Sri menatap Aya dan Aryo dengan senyuman penuh maksud. "Tadi Mas Tama yang bersihin AC di kamarnya Mbak Aya. Ternyata Mas Tama jago juga, hehe."

Aya mengernyitkan keningnya, heran menatap Tama. "Kamu bisa?"

"Kebetulan aja," ujar Tama merendah. "Waktu itu AC kamar saya juga pernah bermasalah, terus diajarin sama sodara yang jago service," jelasnya.

Aya menggaruk keningnya yang berkeringat dan mungkin ada kutu tak kasat mata. Duh, dia masuk kamar aku? batinnya meronta. Ia tak suka orang asing memasuki kamarnya sembarangan.

BREAKUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang