Mari kita vote dulu, makasih...
Absen sekalian ya, awal tahu cerita ini dari manaaa??
Btw, buat kalian yang suka ngikutin cerita ini, please buat akun Karyakarsa biar kalian bisa baca lebih cepat. Di KK bakal update lebih banyak dan bikin kalian puas.
Happy reading!
"Mbak, Mbak Aya!" panggil Bi Sri. Sambil setengah berlari dia terus menyebut nama itu dan menuju beranda rumah, akhirnya ia dapat menyusul langkah Aya yang hendak pergi.
Aya berhenti tanpa menoleh, dia sibuk dengan ponselnya yang terus meraung sejak pagi buta. Devan kembali menghubunginya setelah barhari-hari hilang tanpa kabar. Devan kembali membuat hari Aya menjadi buruk setelah semalam gadis itu bisa tertidur lelap sekali. Sampai akhirnya tadi pagi dia harus dibangunkan oleh Lia yang tidur di kamarnya.
Ponsel Aya masih berdering, Aya malas mengangkatnya dan memasukkan ke tasnya lagi. "Apa, Bibi?" ucap Aya dengan menahan diri, dia harus sabar.
"Ini," Bi Sri ternyata menyiapkan bekal makan siang untuk nonanya. "Ayam kecap sama perkedel kentang!" serunya sambil menarik tangan kanan Aya dan membuat bingkisan makan siang itu berpidah tangan. "Jangan lupa senyum!" katanya lagi.
"Hii," Aya terpaksa menyengir agar Bi Sri tak bawel lagi. "Thanks, Bi. Oh ya, bangunin Lia jam sepuluh katanya, dia ada tugas online nanti."
"Siap, Mbak. Hati-hati di jalan!"
Aya berlalu setelah mengucapkan salam untuk berpisah sementara waktu. Dia selalu menggunakan motor matic-nya ketika pergi ke toko, lebih efisien. Dan motornya juga bisa dipakai oleh pegawai lain yang harus mengantar barang ke toko reseller terdekat.
Hari ini Aya melangkah keluar rumah dengan senyuman, dia harus segara melupakan Devan dan hidup bahagia dengan caranya sendiri. Meski tidak ada Devan di sisinya, dia pasti akan bahagia. Dia yakin seratus persen!
Patah hati di usia yang sudah tidak muda lagi memang sulit. Namun, Aya memilih realistis. Kalau Devan tak mau dengannya, ya sudah, dia akan menerima walau butuh waktu. Dia juga akan mencari yang baru, walau butuh usaha keras. Ah, tidak tahu apakah dia masih bisa percaya pada laki-laki lain.
Nama Devan kembali muncul di layar ponselnya ketika Aya sudah masuk ke tokonya yang sibuk. Aya mendesah kesal dan berniat mematikan ponselnya sampai siang tiba. Ia tidak tahu apa maunya Devan, benar-benar mengganggu sekali.
Dari kemarin dia menunggu panggilan lelaki itu, tetapi tidak pernah ada. Saat dia mulai rela dengan perpisahan ini, saat dia mulai bisa menerima keputusan dan sikap Devan yang kekanak-kanakan, mengapa lelaki itu malah mengganggunya? Kali ini, Aya benar-benar menahan diri untuk tidak menerima panggilan itu. Semua sudah berakhir, terlambat.
"Pagi, Mbak Aya ... lama enggak ketemu makin bersinar aja nih," sapa Yana, salah satu pegawainya dibagian administrasi.
Aya berhenti di depan meja Yana yang menghadap ke arah pintu toko. "Pagi, Na. Gimana kemarin? Ada kendala enggak?"
"Aman kok, Mbak." Yana menyengir lebar. "Oh ya, kemarin ada yang nelepon ke sini dan nyari Mbak Aya ... kalau enggak salah namanya ...." Ia terlihat berpikir, lupa dengan nama orang yang mencari bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAKUP
RomanceAya, menjelang 29 tahun malah diputusin pacarnya, impian menikah tahun ini pun gagal, ekspektasinya runtuh, hidupnya benar-benar surut. Dia ingin menepi sejenak, sampai akhirnya dia bertemu dengan para pria ini; Bambang dan Tama. Karena seumur hidup...