15

14.3K 1K 5
                                    

Typo.

.

.

.

"Abis darimana?" tanya Bian yang dibalas dengan gelengan oleh Rafa.

Remaja lelaki itu telah kembali ke kelas tanpa pergi mencari bahas isian untuk perutnya, dia kembali ketika bel masuk sudah menggema di seluruh sekolahan.

"Gue laper," keluh Rafa dengan wajah lesu kepada Bian, yang dibalas dengan decakan oleh sang bestod.

"Halah, ngedeket pas ada maunya." Ujar Bian dengan sarkasme, Rafa membalasnya dengan cengiran kuda.

"Ayolah, temenin gue bolos. Laper banget, Bi!" rayu nya, Bian menolak keras akan hal itu.

"Gue udah bolos kemarin, hari ini ga ada bolos lagi!" titah nya yang dibalas dengan tatapan lesu oleh sang sahabat.

"Bi? lo tega? serius, lo tega sama gue?" ujar Rafa sok tersakiti, Bian memutar bola mata nya.

"Alay, udah deh tahan aja. Tadi siapa suruh ga makan? tuh, bu Desi udah dateng." Bian menunjuk pintu kelas nya yang ternyata benar-benar nampak seorang guru perempuan yang masih muda, masuk ke dalam kelas.

Mau tak mau Rafa kembali ke tempat duduk nya dengan wajah tanpa semangat, Bian merasa iba melihatnya namun tidak bisa apa-apa. Ia memilih untuk memfokuskan atensi nya ke depan.

"Selamat siang semua," sapa guru itu yang juga dibalas dengan serentak oleh para murid.

"Hari ini saya akan menyampaikan tugas yang diberikan oleh pak Joko, beliau tidak bisa hadir karena urusan mendadak." Jelasnya, mereka semua yang ada disana mendesah malas.

"Guru nya aja nggak dateng, masa tugasnya masih dateng sih?" gumam salah satu siswa, dibalas dengan delikan oleh bu Desi.

"Kan ada urusan penting, tidak seperti kalian yang akan menganggur dan berakhir membuat onar jika tidak diberi tugas." Sindir bu Desi, beberapa tertawa karena nya. Karena memang, sedikit memiliki fakta dibalik perkataan guru itu.

"Baik, nanti tugas nya saya titipkan ke ketua kelas. Dan yang lainnya, bisa berganti seragam dan segera berkumpul di lapangan."

"Ketua kelas, tolong ya." Lanjut bu Desi, ia segera pergi setelah mendapat anggukan oleh ketua kelas.

Rafa menghela nafas panjang, merasakan cacing-cacing perutnya yang mengamuk karena tidak diisi makanan.

"Ayo, Fa. Kita ganti baju paling awal biar kagak ngantri." Ajak Bian, Rafa hanya menurut saja.

Rafa dan Bian segera berganti pakaian olahraga nya. Siang-siang begini, malah mapel nya olahraga. Sial banget, gak sih?

Selang beberapa waktu setelah mereka berdua berganti, kini telah duduk di pinggir lapangan di bawah pohon Mangga sembari melihat teman-temannya bermain. Bian melirik Rafa yang memegangi perut nya dengan wajah melas, kasian banget nih curut.

Tapi bagaimana lagi? jika mereka ketahuan membeli makanan, akan mendapat hukuman.

"Lo laper banget?" tanya Bian, Rafa menatapnya dengan sinis.

"Nggak nih, kekenyangan gue mah." Balas Rafa dengan nada kesal, Bian tertawa melihat wajah kering kerontong itu.

"Liat deh muka lo, ga makan beberapa jam aja udah kaya mau modar." Ejek Bian, ia kembali tertawa sedangkan Rafa mengacungkan jari tengah nya.

"Tai, lo! nyebur wc aja sana!"

"Gue mau ikut anak-anak, lo disini sambil kelaparan aja ya?" ujar Bian, Rafa hanya mengangguk tanpa berniat membalas kejahanaman sang sahabat. Ia sudah benar-benar tidak memiliki energi lagi untuk berdebat.

Mas Dika! [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang