25

10.4K 954 28
                                    

Siang ini, dengan ribuan bimbang, akhirnya Rafa memutuskan untuk mengirim pesan kepada Dika yang sudah ia ketik 30 menit yang lalu. Senin yang diliburkan ini karena para guru sedang berkegiatan, kegabutan Rafa semakin meningkat.

Dikatai

Hawa nya panas bgt ya
11:29 AM

read

Bukannya membalas, namun Dika hanya membaca nya saja membuat Rafa berdecak kesal.

"Si anjir, sok seleb banget, harga diri gue udah dipertaruhin pula," gerutunya.

Sorot matanya menangkap sebuah toples berisi camilan manis sedang terduduk manis di atas nakas kamar nya, ia mencomot makanan itu.

"Wih, sape nih yang naro sini."

Kala menikmati, Rafa mendengar suara tinggi sang ibu menyebut namanya. Ia bergegas menuju tempat Elisya yang diduga berada di dapur.

"Kenapa, Bun?" tanya Rafa sesampainya disana.

Elisya menyodorkan sebuah kertas kepada Rafa dan disusul dengan beberapa lembar uang. "Nih, belanja."

"Bun? panas-panas gini loh?"

Wanita itu memutar bola matanya, ia menyentil kening Rafa perlahan hingga sang empu mengaduh.

"Panas dikit, berangkat sekarang ya?" pinta nya lagi, mau tak mau Rafa mengangguk pasrah sebab ia tidak mau dianggap anak durhaka karena tidak melaksanakan perintah ibunya.

"Makasih, sayang." Elisya mengecup pipi Rafa singkat dengan senyuman kecil, remaja itu terkekeh pelan.

"Yaudah akh berangkat sekarang."

"Iya, hati-hati."

Rafa beranjak keluar rumah di cuaca panas ini dengan sepedanya. Iya, sepeda. Mana mungkin Rafa bawa motor sendiri.

"Panas banget, buset," keluhnya diperjalanan.

Ia mulai melajukan perjalanannya sedikit lebih kencang, meski lebih banyak mengeluarkan keringat tapi setidaknya Rafa bisa segera sampai ditempat tujuan.

Hanya butuh waktu 25 menit untuk dirinya menyelesaikan misi, kini Rafa sudah mencari barang-barang yang namanya tertera dikertas yang diberikan ibunya. Kala lelaki itu hendak keluar dari toko, satu barang terjatuh membuatnya reflek menunduk hingga menubruk seseorang.

"Etdah buset, sori-sori!"

"Eh, Rafa?" ujar orang itu.

Seketika setelah namanya dipanggil, Rafa mengangkat kepalanya untuk melihat siapakah gerangan.

"Loh, Aura? ngapain?"

"Jajan lah, ngapain lagi?" balas Aura tertawa kecil mendengar pertanyaan aneh Rafa.

Orang kalau ke tempat seperti ini, tujuannya apalagi selain membeli belanjaan ataupun makanan lain?

"Hehe, yaudah sih. Gue duluan ya, sori tadi nabrak lu."

Mendengar ucapan Rafa barusan, Aura mengangguk hingga Rafa kembali lanjut berjalan keluar.

Sesampainya ia di teras rumah, setelah menempuh beberapa jarak dengan ngos-ngosan, akhirnya Rafa memarkirkan sepeda nya.

Kedua mimik mata nya tidak sengaja menangkap sebuah motor yang sangat tidak asing baginya. Kening Rafa mengkerut, ia bergegas untuk memasuki rumah.

"Bun?" panggilnya setelah melewati ambang pintu.

Sesuai dugaan Rafa, ia melihat sosok lelaki dengan cengiran tanpa dosanya terduduk di atas sofa ruang tamu.

Mulut Rafa terbuka, ia menganga mendapati Dika sedang duduk berhadapan dengan ibunya. Lihat, bahkan sudah ada dua cangkir teh yang pastinya Dika sudah ada disana beberapa waktu lalu.

Mas Dika! [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang