Selama perjalanan mereka hanya diam saja tanpa obrolan apapun, tanpa sadar sudah tiba dipekarangan yang menurut Rafa asing karena ini adalah pertama kalinya ia berada disana.
Ia turun dari atas motor Dika dengan perlahan, sedikit kesusahan sebab ketinggian kendaraan itu tidak mampu Rafa imbangi.
Dipindainya bangunan dua tingkat itu, yang nampak sederhana namun juga terlihat mewah. Rafa ikuti langkah Dika yang mengajaknya untuk masuk kedalam.
Lagi dan lagi ia melihat sekeliling, untuk mencoba beradaptasi disana. Dan sesampainya mereka di sebuah ruangan, terdengar ramainya tawa yang menggelegar.
Sontak Rafa terkagetkan karena keberadaan seseorang yang sangat tidak asing baginya, sedang tertawa bersama tiga orang lainnya.
Suara tawa mereka terhenti kala menyadari datangnya seorang Dika dengan seorang remaja laki-laki yang tak lain adalah Rafa.
"Dik? raimu wi lho, kesuwen'e lek tuku panganan," ujar salah satu pria yang terduduk melingkari meja bersama yang lain.
TL: "Dik? mukamu itu loh, kelamaannya kalo beli makanan."
Dika menatapnya malas dan menjawab, "nyocot, wes ditukokne ra matur suwun. Nyoh, badog ae." Ia sodorkan kantung kresek yang selama ini dibawanya, jujur saja Rafa tidak sadar sedari tadi Dika memegangnya.
TL: "Bacot, udah dibeliin ga bilang makasih. Nih, makan aja."
Setelah merasa tidak mengetahui ucapan mereka, remaja pendek itu menepuk pelan lengan Dika hingga atensi lelaki itu tertuju padanya.
"Lu ngomong apaan dah?" bisiknya.
Dika terkekeh melihat wajah bingung Rafa, tangannya terangkat hendak menyentuh kepala lelaki didepannya sebelum suara deheman Bian terdengar.
"Ekhem, inget tempat bro."
Seketika itu Dika tidak menyelesaikan niatnya untuk mengusap rambut Rafa yang kini sedikit malu karena semua orang melihat dirinya.
"Bi, gue beneran butuh penjelasan lo nanti." Suara kecil Rafa hanya bisa didengar oleh Abian seorang.
"Hah? penjelasan naon deh?" balasnya sok tidak mengerti, Rafa berdecak kesal dan tangannya mulai mencubit hidung kecil milik Bian membuat sang empu mengaduh kesakitan.
"Iya-iya! etdah buset, emosian bener ya lu sekarang," keluhnya, Bian mengusap hidungnya sendiri setelah berhasil dilepaskan oleh Rafa.
"Iki sopo, Dik?" celetuk pria tadi, ia sedari tadi memperhatikan Rafa.
TL: "Ini siapa, Dik?"
"Calonku," balasnya santai.
Seketika semua orang terkejut tak terkecuali satu pun, mematung sembari menatap Dika yang malah terduduk bebas memakan snack.
"Iki wedok tomboy ta?" tanyanya mencoba berpikir positif.
TL: "Ini cewek tomboy ya?"
Dika menggeleng kecil, lalu mengalihkan pandangannya pada Rafa. Ia simpulkan sekilas senyuman kecil yang hanya disadari oleh remaja manis itu.
"Lanang, aku menggok."
TL: "Cowok, aku belok."
"EEHH??!!!"
Semua yang disana berteriak sekencang mungkin akibat pernyataan jujur tanpa sensor itu keluar dari mulut Dika. Yah, tak heran jika respon mereka begitu. Mana mungkin seorang Dika yang mereka kenal dulunya pernah berkencan dengan seorang gadis, sekarang malah mengaku belok? kan sinting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Dika! [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[Sebagian Part Diunpublish Untuk Kepentingan Penerbitan] Gimana jadinya kalo lo dicintai secara ugal-ugalan sama mas-mas Jawa? Start: 12/02/24 End: 08/06/24