40

7.4K 578 24
                                    

"Kok jam segini baru pulang, Dek?"

Suara Elisya yang terdengar dalam ruangan itu, berhasil menghentikan langkah Rafa yang hendak menaiki tangga.

"Main sama temen, Bun. Udah izin Ayah kok," balas Rafa saat ia menoleh menghadap ibunya yang sedang memakai celemek.

"Nanti bantu Ibun, ya. Kamu mandi dulu," pintanya diangguki oleh sang anak.

Rafa kembali beranjak untuk melanjutkan jalannya menuju kamarnya yang berada di atas. Dirinya benar-benar menuruti perkataan Elisya, setelah selang sekitar 30 menit ia kembali turun dan menghampiri sang ibu.

"Udah selesai, Bun?" tanya nya.

Elisya yang sedang sibuk mengeluarkan sebuah kue dari pemanggang pun menoleh. "Belum, bisa bantu Ibun buat hias rumah aja?"

"Mau buat apa?" Rafa mengangkat kedua alisnya.

"Loh, ini kan ulang tahun Kakakmu. Masa lupa?"

Seketika Rafa membelalak, ia mengedarkan pandangan untuk mencari kalender yang biasanya berada di sana. Dan benar saja, pagi tadi sudah menjadi awal dari hari spesial Efania. Lalu Rafa malah benar-benar melupakannya.

Sial, dia tidak sempat membeli hadiah apapun untuk sang kakak.

"Kok aku nggak dikasih tau dari pagi tadi sih, Bun?!" protes Rafa dengan wajah panik.

"Kirain udah tau," jawabnya enteng.

Rafa mengepalkan tangannya setelah mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu segera melangkah untuk mencari ponsel miliknya untuk menghubungi seseorang.

"Nanti aja ya, Adek hias rumah. Adek cari kado dulu buat Kakak!" ujar Rafa sedikit berteriak.

Elisya yang masih sibuk di dapur diam-diam tertawa kecil mengetahui kepedulian anaknya terhadap saudarinya.

"Yaudah, cepetan ya sebelum Kakak pulang," tuturnya mengingatkan.

"Emang Kakak dimana?"

"Ikut Ayah jemput Abang," balas wanita itu.

Rafa hanya ber-oh ria saja. Lelaki itu segera menghubungi sebuah nomor, kali ini hanya dia yang terpikir di benaknya.

"Bisa anterin gue, nggak?" ucapnya sedikit berbisik dengan benda pipih yang tertempel di telinganya.

"...."

"Iya, sekarang."

"...."

"Oke." Akhirnya sambungan terputus, remaja itu menghela nafas.

"Adek siap-siap dulu, Bun!" pamitnya segera berjalan menuju kamar.

Rafa yang bergegas mempersiapkan dirinya dengan hoodie berwarna biru langit dan celana jeans yang di padu dengan sepatu putih itu sedang menunggu di depan rumah tetangganya.

Ia melambaikan tangan saat lelaki itu datang dengan motornya, segera menghentikan didepan Rafa.

"Kenapa nunggu disini?"

"Kalo didepan rumah langsung, bisa berabe kalo Ibun tau," jawab Rafa diangguki oleh Dika.

Mereka segera berjalan saat Rafa sudah menaiki jok belakang. Dengan kecepatan rata-rata, mereka mengiringi kendaraan-kendaraan lain yang juga berlalu-lalang.

"Anak gadis itu suka nya apa?" tanya Rafa.

Dika mengerucutkan kening. "Mau kamu kasih siapa?"

"Kak Nia, dia ultah ini." Ucapan Rafa berhasil menghentikan acara Dika yang hendak marah, lelaki yang sedang fokus menyetir motornya itu mengangguk-angguk.

Mas Dika! [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang