Chapter 07
Hai, assalamualaikum!
Sebelumnya aku mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa,
Gimana puasanya lancar?
Semangat buat kalian yang sedang menunaikan ibadah puasa.🤗
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
_________happy reading______________
"Ma, kapan si beresnya?"
"Baru juga mulai Fa, udah nanya beres aja."
"Gue cape Ma, laper lagi, jangan-jangan gue mau pingsan deh Ma." Gerutu Shafa seraya mengusap peluh di keningnya dengan punggung tangan, Ama hanya terkekeh mendengar gerutuan temanya yang menurutnya sangat lebay.
"Ama, Shafa. Ayo makan dulu!" teriak Salwa dengan melambaikan tangannya.
"Yes!" Shafa melempar setengah ikat padi di tangannya ke sembarang arah, Ama berdecak sebal lalu ia mengambil padi tersebut dan menyimpannya di pinggir sawah.
Shafa berlari dengan semangat menuju saung yang sudah ada banyak sekali santri di sana.
"Hati-hati jangan lari-larian nanti kepeleset!" peringat Salwa yang tidak di hiraukan oleh Shafa.
"Teh Salwa serasa lagi jaga bocil ya," celetuk Fatimah salah satu santri di sana. Salwa hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi ucapan teman seperjuangannya itu.
"Sini Fa," ajak Salwa, dengan semangat Shafa menghampiri Salwa dan duduk di sampingnya.
"Nih cuci tangan dulu." Shafa mengambil air yang Salwa berikan, kemudian ia celingukan mencari keberadaan seseorang.
"Nyari siapa?" tanya Salwa heran.
"Fitri mana ko gak ada?"
"Ngapain nyari gue? kangen ya?" celetuk Fitri yang baru saja datang dengan beberapa helai daun pisang di tangannya.
Shafa memutar bola matanya malas. "Idih enggak ya!"
"Ngaku aja sih Fa," ledek Fitri dengan menoel-noel tangan Shafa pelan.
"Enggak! Tadi kayanya gue kesambet penunggu sawah jadinya nanyain lo Fit," jawab Shafa asal.
"Shafa ih aku di tinggal sendirian di tengah sawah." Ama menghampiri Shafa dan menatap Shafa dengan kesal.
"Lah gue kira lo bakal ngikut, lo ngapain aja?"
"Tadinya mau ngikut eh nanggung dikit lagi beres satu petak, jadi aku lanjutin aja."
Shafa tersenyum bangga dan menepuk pundak Ama cukup keras. "Nah ininih baru santri teladan, patut di contoh," ucap Shafa tanpa melunturkan senyumannya.
"Udah ayo makan dulu," ajak Salwa. Shafa pun menarik tangan Ama dan Fitri agar duduk di sampingnya.
"Bentar Fa, gue masih ada kerjaan, sisain aja satu tempat buat gue," ujar Fitri, Shafa mengangguk paham.
"Teh ini mau di panjangin atau di per kelompok?" tanya Fitri sbelum mulai menata daun pisang tersebut.
"Panjangin aja Fit," timpal beberapa santri di sana.
"Kalo di panjangin berarti makannya di bawah semua," ujar Fitri yang di balas anggukan oleh mereka.
Fitri mulai menata daun pisang tersebut di bantu beberapa santri senior termasuk Tuti, Kaila dan Salwa. Selesai menata daun pisang kini mereka menata nasi liwet dan lauk pauk seadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The story of Ma'had
Подростковая литератураPesantren, satu kata yang bahkan tidak pernah ada dalam pikiran Shafa. Kabar mengejutkan dari kedua orangtuanya mengharuskan ia tinggal di sebuah penjara suci yang bernama pesantren tersebut. Mau tidak mau ia harus menerima keputusan kedua orangtua...