chapter 11

9 0 0
                                        


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
_________ happy reading______________

Hari Jum'at adalah hari libur bagi para santri Darul Fatah. Kini Shafa memanfaatkan waktu liburnya untuk menenangkan pikirannya, ia bersama kedua temannya pergi ke saung dekat sawah, Shafa memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan angin sepoi-sepoi yang menyapa lembut pipinya.

Selain balkon pondok, saung ini juga menjadi tempat pavorit bagi Shafa untuk sekedar bersantai, atau menenangkan pikiran, cuacanya juga sangat pas tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

Shafa menyandarkan punggungnya di tihang saung tersebut. Di sampingnya ada Ama yang sedang membaca kitab untuk setorannya. Dan Fitri yang sudah menyelam di dunia mimpi.

Ama tidak bisa pokus ia terus mencuri-curi pandang ke arah Shafa.

Ama yang memang cukup peka dengan sekitar sempat merasa aneh melihat interaksi antara Shafa dan Kaila. Pasalnya mereka berdua hanya berdiam tanpa bertegur sapa, saat ngaji pun Shafa memilih pindah ke pengurus lain.

Ama mencoba memberanikan diri untuk bertanya dengan ragu ia menoel tangan temannya itu. "Fa!"

"Hm?" ujar Shafa  tanpa membuka matanya.

"Kamu gak mau cerita?" tanya Ama dengan ragu.

"Cerita apa?" tanya Shafa yang merasa bingung.

"Anu, i-itu." Ama tidak berani melanjutkan ucapannya, ia takut membuat temannya tidak nyaman. Tapi dia sangat penasaran jika tidak bertanya.

Shafa yang sudah paham kemana arah tujuan sahabatnya itu kemudian bangkit dan duduk, pandangannya lurus ke depan ia seakan menerawang beberapa kejadian yang ia alami selama seminggu ini.

"Gue bingung Ma, gue ngerasa gue gak ngelakuin kesalahan apapun sama Kaila tapi kenapa sikap dia berubah sama gue."

Ama menatap Shafa dari samping, kemudian ia menghela nafasnya. Ia mengalihkan pandangannya ke hamparan sawah di depan sana.

"Ini juga pertama kalinya Kaila kaya gini," ucap Ama seraya menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Tapi kamu sadar gak sih Fa? Kaila berubah kaya gitu semenjak Gus Zain ngasih makanan ke kamu pas kamu sakit."

Shafa mengingat-ingat kejadian tersebut dan benar saja! Ia baru ingat kemudian ia menatap Ama dengan serius.

"Apa jangan-jangan Kaila suka sama Gus Zain?"

"Bisa jadi selama ini aku perhatiin gerak-gerik Kaila kayanya emang dia suka deh sama Gus Zain."

"Tapi gak mungkin kan Ma, masa iya gara-gara cowok Kaila berubah kaya gitu apalagi dia sampe ngomong yang bikin orang lain sakit hati, aku yakin dia pasti tau gimana hukumnya bikin orang sakit hati sama ucapan kita."

"Bisa aja Fa, gak menutup kemungkinan sesolehah apapun seseorang jika dia tidak bisa melawan nafsunya dia bisa melakukan apapun tanpa berpikir sama akibatnya. Apalagi kita yang hanya bersetatus manusia gudangnya dosa dan salah," celetukFitri menimpali ucapan Shafa, tanpa membuka matanya.

Shafa menatap Fitri iapun menghela nafasnya. "Terus gue harus gimana?" tanya Shafa merasa prustasi.

"Coba kamu bicara baik-baik sama Kaila Fa, siapa tau dia mau bicara lagi sama kamu," usul Ama di balas gelengan kuat dari Shafa.

"Gak! Gue gakmau  Ma! Gue udah terlanjur kesel sama dia, gue udah pernah minta maaf tapi balasan dia malah gitu sama gue Ma."

"Shafa gak boleh gitu! Mungkin aja Kaila punya alasan Fa, gak baik loh diem-dieman lebih dari tiga hari, pamali!" bisik Ama tepat di telinga Shafa.

"Gue setuju sama Ama." Tiba-tiba Fitri bangun dan duduk menghadap mereka berdua.

"Gue pernah denger satu ceramah, waktu ada acara isra mi'raj di pesantren kita, beliau bilang gini. 'sebesar apapun amal ibadahmu, sebanyak apapun ketaatan yang kamu lakukan tidak akan di terima oleh Allah, selama kebencian ada di dalam hatimu kepada sesama muslim, sebagaimana hadis Rasul yang mengatakan, Amal kita di laporkan setiap Senin dan Kamis kepada Allah, dan Allah tidak akan pernah menerima, amal orang yang memutuskan tali silaturahim, atau amal orang yang tidak bertegur sapa, sampai Allah mengatakan tahan dulu ini orang, amalnya di tahan dulu sampai dia suluh sampai dia berdamai antara orang yang dia berselisih dengannya."

Ama bertepuk tangan kagum dan geleng-geleng kepala. "Hebat Fit, ternyata di balik kamu yang suka tidur banyak juga ilmu agama kamu."

"Makannya jangan lihat orang dari luarnya aja, gini-gini juga kalo lagi libur gue suka ngaji sama Abang gue," jelas Fitri.

Shafa hanya menunduk mencerna setiap ucapan yang di ucapkan oleh Fitri. "Kamu kenapa Fa?" tanya Ama yang heran melihat Shafa yang hanya terdiam sembari menunduk.

"Amal ibadah gue aja gak ada seujung kuku, tapi ko gue berani-beraninya nyimpen rasa gak suka sama seseorang, Allah aja maha pemaaf masa iya gue sebagai hamba yang hanya terbuat dari tanah gak mau maafin, gak mau saling memaafkan."

Ama tersenyum mendengar ucapan sahabatnya. "Jadi gimana? Mau nyoba buat damai lagi sama Kaila?"

Shafa mengangguk tanpa ragu. "Hem gue usahain."

"Semangat Fa!" ujar Fitri tulus, namun tak berselang lama ia kembali merebahkan tubuhnya da menutup matanya dengan tangan.

"Dasar queen Naum!" cibir Ama yang berhasil membuat Shafa terkekeh geli.

*******

"Kamu ada masalah?" tanya Salwa kepada Kaila.

Kini Kaila, Tuti dan Salwa sedang berada di tempat jemuran, setelah selesai menjemur pakaian, mereka memutuskan untuk sekedar duduk-duduk di bawah pohon dekat jemuran.

"Sama siapa?" tanya Kaila dengan tangan yang pokus memainkan ember miliknya.

"Shafa," celetuk Tuti, Kaila menghela nafasnya dan menunduk.

"Kamu ada masalah apa sama dia?" tanya Salwa yang sudah memposisikan duduknya menghadap Kaila.

"Gak ada," elak Kaila cepat.

"Jangan bohong Kai! Kita temenan udah lama bukan satu tahun dua tahun, jadi kita tau kalo kamu lagi bohong!" ucap Tuti dan di angguki oleh Salwa.

"Gus Zain?" tanya Salwa tepat sasaran. Kaila hanya bisa menunduk.

"Aku ngerti Kai, kamu udah lama nunggu  Gus Zain buat nepatin janji dia kan?" Kaila mengangguk tiga tahun yang lalu sebelum Zain berangkat ke Kairo untuk menimba ilmu Zain sempat membuat janji untuk melamar Kaila, bisa di bilang mereka saling suka, tapi entah apa alasannya tiba-tiba sikap Zain berubah seolah-olah tidak pernah ada janji yang ia ucapkan.

"Aku egois kan Sal?"

Salwa menghela nafasnya dan menggeleng. "Enggak Kai, tapi sebaiknya kamu bicarain lagi sama Gus Zain, coba kamu tanyakan baik-baik tentang janji dia dan alasan kenapa dia bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa di antara kalian berdua."

"Aku setuju sama Salwa, sebaiknya kamu bicara sama Gus Zain daripada kamu nyiksa diri kamu dengan menunggu Gus Zain terus menerus," timpal Tuti, Kaila lagi-lagi menghela nafasnya.

"Aku usahain," jawabnya pelan.

"Dan satu lagi aku rasa Shafa gak suka sama Gus Zain, yang Shafa suka itu kang Fauzan," jelas Tuti.

"keliatan banget kalo Shafa suka sama kang Fauzan, Shafa itu tipe orang yang berterus terang suka terbuka," sambung Tuti.

"Sebaiknya jangan lama-lama marahan diam-diaman, gak baik. Aku yakin kamu lebih tau itu Kai." Kaila menunduk ia kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu di kulah.

"Apa Shafa  mau maafin aku?" tanya Kaila ragu.

"Pasti!" jawab Salwa dan Tuti kompak. Mereka saling pandang lalu tertawa geli dengan tingkah mereka sendiri.

***********

Hai assalamu'alaikum temen-temen, maaf banget aku baru bisa up sekarang.

Oh iya gimana kabarnya nih temen-temen?

Masih nunggu part selanjutnya gak nih? Insyaallah makin kesana ceritanya makin seru hehe.

Mungkin segini dulu ya untuk sekarang. Bubay✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The story of Ma'had Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang